iii. epilog

1.1K 111 4
                                    

Pria itu memutar balik mobilnya kemudian menginjak pedal gasnya dengan sangat dalam. Setelah menimbang-nimbang kembali, ia memutuskan untuk kembali. Kembali ke rumahnya, rumah yang awalnya hanya rumah palsu baginya, berubah menjadi rumah yang sebenarnya baginya.

Awalnya Abian ingin menahan Embun, tapi ketika Embun pergi ekspresinya seperti tidak ingin ditahan, maka Abian membiarkannya pergi. Namun, setelah Abian pikir-pikir kembali. Apa salahnya mencoba menahan, memintannya kembali dan memulai dari awal? Meski kemungkinan besar Embun akan menolak.

Abian memarkirkan mobilnya di depan cafe kemudian masuk ke dalam cafe itu, namun pemandangan yang ia lihat sekarang sangat mengecewakan. Embun sedang menangis dipelukan Ale dan Bina menatap ibah Embun. Haruskah mengurungkan niatnya? Jelas tidak, apa pun yang terjadi ia harus mencoba.

Abian berjalan menuju meja Embun dengan jangtung yang berdetak kencang. "Mbun.." Panggil Abian.

Bina, Embun dan Ale yang baru sadar akan kehadiran Abian terkejut ketika melihat Abian berada tak jauh dari mereka. "K-kak Bian.." Gumam Embun.

"Kalo lo ke sini cuman pengen bikin Embun nangis lagi, mending lo pergi, Bang!" Kata Ale dengan dingin.

"G-gueㅡ" Abian menarik nafasnya dari hidung kemudian mengeluarkannya dari mulut, "Gue tau gue salah, gue brengsek, gue egois. Tapi, meski dari awal hubungan kita palsu, tapi gue sadar perasaan gue ke lo itu tulus, murnih dan nggak palsu, Mbun." Lanjutnya.

"Lo bohong kak, gue tau lo cuman kasian kan sama gue?" Tukas Embun. "Lo berkali-kali minta maaf dan gue maafin, makanya sekarang lo datang dan pengen minta maaf karena lo tau gue bakalan maafin lo lagi. Udah kak guㅡ"

Abian menarik Embun ke dalam pelukannya membuat perkataan Embun terpotong. "Enggak, gue nggak kasian sama lo, justru gue kasian sama diri gue sendiri, karena udah bodoh nyianyiain cewek kaya lo."

Abian memegang kedua tangan Embun dan menatapnya dalam, "Could we start it over again? I can make it right."

Embun mematung jantungnya berdetak kencang, ia dapat melihat ketulusan di mata Abian, ketulusan yang baru saat ini ia lihat. Jika sudah begini bagaimana cara Embun menolaknya?

Embun tersenyum air matanya mengalir membasahi pipinya. Abian mengerutkan alisnya kemudian menghapus air mata Embun dengan kedua ibu jarinya, "Kenapa nangis hmm? Kalo lo enggak bisa dan enggak mau. Nggak apa-apa kok, gue mengerti."

Embun menggeleng, "No, we could, kak."

Abian terkejut, matanya membulat sempurna. "So, we could start it over again?" Tanyaya meyakinkan.

Embun mengangguk dan tersenyuman bahagia, Abian mengangkat Embun ke pelukannya sampai kedua kaki Embun terangkat tidak menyentuh lantai.

"ANJENG! BARU DATANG UDAH DISUGUHIN KE-UWU-AN YANG MEMBUAT SAYA IRI." Teriak Amel dari ambang pintu cafe.

Tawa Bina dan Ale pecah, melihat ekspresi Amel dan mendengar kata-kata Amel barusan.

"Jomblo sih." Celetuk Agam yang berada di sampingnya, kemudian menerobos masuk ke dalam. "Bang, enggak mau tau ya! Pj!" Sambungnya.

Amel masuk ke dalam cafe sambil menghentakan kakinya dilantai jangan lupa mulutnya yang komat-kamit mengumpati Agam.

Embun dan Abian yang melihat itu tertawa lepas kemudian duduk bergabung bersama teman-teman mereka.

"Gue pikir Embun nyuruh gue ke sini gegara dia broken heart, tau-taunya dia mau pamer ke-uwu-an, anjeng!" Misuh Amel.

ғɪɴɪsʜᴇᴅ___________________

jangan lupa mampir di annoy pair; spin-off cerita ini. terima kasih <3

[i] FOOLISH DEAL, catherizm ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang