14. bimbang

527 104 2
                                    

Abian menatap Ila yang terlihat mengantuk sambil memainkan ponselnya dan menyedot teh kotaknya. Kedua alisnya bertautan ketika melihat ekspresi Ila kesal menatap ponselnya.

"Kenapa La?" Tanya Abian.

"Kata El gua balik deluan aja, soalnya rapatnya lama." Jawab Ila dengan lesuh.

Abian berdecak kesal, "Terus lo pulang naik apa? Gila nih El, dia-kan tau lo ga berani naik gr4b atau g0jek."

Ila tersenyum kecut, "Gua nyamperin Fanny aja, dia lagi ada kuliah juga kok. Cuman masih sejam lagi sih kuliahnya selesai."

Abian menggeleng, "Ngga ngga, mending lo gua yang anter."

Embun menatap tak percaya Abian dan Ila menatap Embun kemudian menatap Abian, "Enggak Yan, kalo lo anter guaㅡEmbun gimana? Ga mungkin lo tinggal kan?" Tolaknya.

Abian menatap Embun sejenak kemudian kembali menatap Ila, "Gapapa, kita anter Embun ke fakultasnya dulu abis itu gua anter lo dan balik lagi ke kampus jemput Embun."

Embun naik pitam mendengar ucapan Abian barusan, tapi dia masih bisa menahan emosinya.

"Enggak, gausah mending gua nyamperin Fanny aja Yan." Tolak Ila tegas kemudian beranjak, tapi tangannya ditahan oleh Abian. Sedangkan Embun menatap miris Abian. Sekarang cowok terbrengsek yang pernah Embun temui seumur hidupnya adalah Abian.

"Gua anter lo sekarang! Ga ada penolakanㅡMbun lo biㅡ

"Embun urusan gua bang! Lo urusin aja mantan lo itu." Potong Ale yang entah sejak kapan berada didalam kantin yang sama dengan mereka. Ale memegang pergelangan tangan Embun.

Embun menatap Ale tak percaya, "Ale." Gumamnya.

Abian menatap Ale yang memegang tangan Embun, "Ga, gua bisa anter Embun ke fakultasnya kok." Tolaknya, dia tidak suka Ale dekat dengan Embunㅡlebih tepatnya dia cemburu.

Embun tersenyum miris menatap Abian, demi apa-pun dimata Embun, Abian sangat brengsek.

"Bang, lo sadar ga sih kalo lo itu secara tidak langsung udah mainin perasaan Embun?" Tukas Ale.

Abian smirk, "Lo sadar ga sih udah ikut campur urusan orang lain?"

"Urusan Embun urusan gua juga bang!" Ucap Ale dingin. Kemudian menarik Embun untuk beranjak.

Abian menahan tangan Embun, "Gua yang anter Embun."

"Bian, gua naik gr4b atau g0jek aja deh, gapapa, gua ga enak." Sahut Ila sambil menatap sekitar, orang-orang melihat mereka dan beruntung kantin sepi.

Abian menoleh ke Ila kemudian menahan tangannya, "Ga, lo gua anter." Tolaknya.

Ale smirk, "Sekarang lo pilih bang, mantan lo atau Embun pacar lo?"

Abian mematung terdiam sejenak, Embun menatap Abian dan Ila menatap Embun.

"Lo gabisa milih kan?" Tukas Ale dengan smirknya, "Dasar egois." Sambungnya. Kemudian menarik Embun keluar kantin meninggalkan Abian yang mematung dan Ila yang terus menatap Abian tak percaya.

"Yan, lo tau kenapa gua dulu tinggalin lo?" Tanya Ila. Abian menoleh, menatap kosong Ila.

"Karena lo labil dan egois kaya gini, sumpah otak lo itu sebenarnya dimana? Kenapa lo ga nahan Embun? Seharusnya lo lebih milih Embun dari pada gua!" Oceh Ila.

"Gua masih sayang sama lo La." Ucap Abian memelas.

Ila melepas tangan Abian yang memegang pergelangan tangannya, "Tapi faktanya we're never going back together Yan, perasaan gua udah ilang dan jangan lupain fakta kalo gua adalah pacarnya El yang mana sahabat lo sendiriㅡmending lo lupain gua dan bahagiain Embun, coba lo buka hati lo buat Embun." Ila meninggalkan Abian yang mematung ditempat sambil menatap punggung Ila yang perlahan menjauh dan menghilang.

Meanwhile, Embun memeluk Ale dan menenggelamkan wajahnya didada Ale, isakan samar-samar terdengar. Ale menepuk-nepuk punggung Embun sesekali mengelus rambut Embun.

"Le, kak Bian jahat banget." Ucap Embun disela-sela isakannya.

"Dari awal gua emang udah ga suka lo dekat sama Abian, dari mukanya bisa ditebak kalo dia tuh brengsek." Celetuk Ale.

⑉⑉⑉ ᴛᴏ ʙᴇ ᴄᴏɴᴛɪɴᴜᴇᴅ ⑉⑉⑉

[i] FOOLISH DEAL, catherizm ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang