🌻 Chapter 01 : Ablaze

436 52 149
                                    

Ablaze : Menyala, berpijar.

"Saat aku menemukanmu, kamu hanya diam tidak bersuara. Benar, kita ini asing."

🌻

Kedua perempuan itu berjalan beriringan menuju salah satu ruangan di mana mereka akan berkumpul. Salah satu perempuan itu menutup mulutnya ketika dirasakan dirinya akan menguap. Dia kemudian menepuk-nepuk bibirnya supaya suara menguapnya tidak terdengar.

Namun, upaya itu sepertinya percuma. Karena, teman satu anggota OSIS-nya melihat serta mendengarnya. Dia lalu menggelengkan kepalanya.

"Semalem lo tidur jam berapa sih, Yor?" tanya Naomi sembari merapikan name tag-nya.

Yora menoleh sejenak pada Naomi, setelahnya perempuan itu menjawab, "Jam dua. Gue lagi nyicil buat laporan kegiatan MPLS tahun ini."

Naomi terkekeh. Meskipun temannya itu sering bertingkah berlebihan, namun Yora sangat bertanggungjawab terhadap tugasnya menjadi sang sekretaris OSIS di sekolah ini.

"Gue ada permen karet, nih. Kali aja bisa bikin kantuk lo hilang." Naomi merogoh saku jasnya lalu memberikan pada Yora permen karet itu.

"Thanks, Nom." Yora tersenyum sembari membuka bungkus permen karet itu.

Kedua mata perempuan berambut pirang itu kemudian menemukan lelaki yang wajah serta rambutnya serupa dengannya. Namun, ini versi laki-lakinya. Siapa lagi kalau bukan Caraka Arnandra, adiknya.

"Nom, lo duluan aja ke ruang OSIS-nya. Gue mau ke sana dulu, ya!" Yora menepuk bahu Naomi dan tanpa mengetahui tanggapan dari Naomi, Yora sudah berlari menghampiri adiknya.

Naomi kembali menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Yora. "Yora, Yora."

Kedua kaki perempuan berambut pirang itu dia bawa menuju adiknya itu. Jaraknya sudah lumayan dekat dengan adiknya itu, dia lalu mengendap-endap. Berniat mengejutkan Andra.

"Satu, dua, tig---! ANJIR!!" Yora malah terkejut sendiri. Pasalnya, Andra tiba-tiba saja membalikkan tubuhnya dan seketika menabrak kening Yora.

Kening bertemu kening dengan keras. Pastilah sekarang kakak beradik itu sama-sama mengaduh kesakitan.

"Aduh! Kak Yora! Sakit, bege!" Andra mengusap-usap keningnya yang rasanya seperti akan retak.

Yora memukul lengan Andra, setelahnya perempuan itu mengusap-usap keningnya pula. "Lo kira gue gak kesakitan?! Sakit, tahu! Lo tuh kalau mau balik badan, bilang-bilang kek!"

"Masa balik badan bilang-bilang! Aneh lo!" cibir Andra. "Lo sendiri, ngapain tiba-tiba ada di belakang gue? Ya, gue mana tahu ada lo di belakang!"

"Gue tuh niatnya mau ngagetin lo. Eh, malah kejedot jidat lo yang sekeras batu marmer!"

Sudah bukan rahasia lagi jika kedua kakak beradik sering sekali beradu mulut, bukan? Begitu pula dengan Yora dan Andra. Tidak ada sehari terlewatkan dengan perang mulut. Namun, itu yang semakin membuat mereka saling menyayangi satu sama lain. Ya terkadang banyak kesalnya sih.

"Sialan. Jidat gue dikatain kayak batu marmer! Jidat lo noh yang terlalu lebar! Udah kayak stadion Gelora Bung Karno!"

"Apa lo bilang?!" Yora langsung menjambak rambut adiknya itu tanpa belas kasih. Dirinya jelas tidak terima dikatai keningnya lebar.

"AAWW!!! SAKIITTT!!!" Tentu saja lelaki mungil itu meringis kesakitan. "TOLONG! KAKAK OSIS SATU INI JAHAT! MASA NYIKSA ADIK KELASNYA SENDIRI! TOLONG, WOY! TOLONG!! KASIHI HAMBA!!"

Sunflower (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang