Balik

99 6 0
                                    

Waktu bergulir begitu cepatnya. Sudah saatnya aku kembali ke pondok. Walau terasa berat untuk kembali berhadapan dengan aktifitas-aktifitas yang begitu meruwetkan otak itu, tapi... be strong. Aku tak akan menyerah karena ini adalah salah satu jihadku untuk membanggakan kedua orang tuaku. Dan pada balikan pondok yang sekarang ini ada hal yang baru karena aku akan menjalani semester yang baru di kampusku. Aku akan memasukui semester ke tiga.

"Kenapa mbak?" Tanya Fitri padaku, yang diam saja sejak tadi.

Ya, seperti tahun kemarin, aku berangkat menuju pondok diantar oleh semua anggota keluargaku. Sekalian silaturrahim, kata ayah. Kami sudah duduk di kursi bis pariwisata yang akan mengantar kami ke Jember. Aku, Fitri dan Safira duduk berjejeran. Sedangkan ayah dan ibu duduk berdua di sebelah kami.

"Nggak, Fit. Mbak ngantuk,"
"Ya udah mbak tidur aja." Aku mengangguk sambil tersenyum ke arahnya.

"Kamu nggak mau tidur, itu adik kamu udah tidur?" Tanyaku pada Fitri begitu melihat Safira sudah tertidur pulas banget dengan menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.

"Nggak mbak. Fitri mau lihat jalan raya. Seru! Pemandangannya indah banget."
"Ya udah mbak tidur ya?"
"Iya mbak."

Aku berusaha memejamkan mataku. Sebenarnya, aku tidak benar-benar mengantuk tadi. Hanya saja aku tidak mau Fitri melihat ekspresi wajahku yang memang kusut banget sejak keluar dari rumah tadi. Entah kenapa, membayangkan kehidupan di pondok membuatku lelah. Aku nggak semangat yang mau balik ke pondok. Tapi, tak tahu sejak kapan aku benar-benar terlelap beneran. Terbawa suasana. Hehe.

Empat jam berlalu. Aku sudah tiba di pondokku. Setelah ayah selesai memasrahkan aku kembali pada pengasuh ayah pun pamit pulang. Di satu sisi aku bahagia karena aku kembali dipertemukan dengan teman-temanku, ya walaupun di sisi yang lain aku sedih karena harus terpisah kembali dengan keluargaku.

Jodoh istikharah (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang