Pagi yang indah. Alhamdulillah... puji syukurku tak pernah ku lupakan karena aku masih ditakdirkan bertemu dengan pagi kembali. Aku beserta keluarga besarku sudah siap berangkat menuju rumah Nizam untuk memenuhi undangan pernikahannya dengan Faira.
“Saya terima menikah dan mengawini Faira Rosalina binti Adi Wijaya dengan seperangkat alat shalat dibayar tunai.”
Dalam hati aku bertasbih dan linangan air mataku pun ikut serta mengiringi tasbih dan tahmid yang terlontar dari mulutku. Aku ikut berbahagia karena Nizam dan Faira telah resmi menjadi pasangan suami dan istri. Aku juga berdoa agar kehidupan mereka yang baru ini mengundang barokah sehingga mereka mampu membina keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah. Aku bersyukur karena apa yang telah Nizam lakukan padaku tidak dia lakukan pada Faira. Cukup aku saja yang dia sakiti, jangan Faira.
“Faira...”
Aku melambaikan tanganku pada Faira yang berdiri di ujung selatan tempat resepsi. Dia mendekatiku. Sejurus kemudian tubuhku dan Faira pun bersatu dalam pelukan yang hangat. Walau kita baru saling mengenal tapi keakraban diantara kami terjalin begitu hangat. Aku dan Faira bagaikan saudara.
“Happy wedding Faira... aku seneng banget sekarang kamu sudah sah menjadi istrinya Nizam.”
“Makasih Naila... Oh iya katanya kamu mondok di Jember ya? Gimana, betah?”
“Iya Alhamdulillah Faira, udah satu tahun.”
“Jangan sia-siakan Nizam ya... aku tahu dia itu sebenarnya penyayang banget.”
“Makasih ya Naila, kamu nggak membenci Nizam. Secara dia kan pernah melukai kamu dulu.”
“Nggak ada gunanya juga aku benci sama dia Ra. Mungkin memang bukan jodohku.”
“Ya sudah aku pamit duluan ya Ra, masih mau cari ibu.”
“Ok”
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh istikharah (Tamat)
Kısa Hikaye"Naila, apa jawabanmu nak?" Naila diam, mencoba meyakinkan dirinya yang masih ragu untuk mengambil keputusan. "Baiklah, siapapun kamu, kamu adalah yang terbaik untukku." Ucapnya dalam hati, yang kemudian diikuti anggukan kepalanya, mengisyaratkan se...