Liburan

84 6 0
                                    

Tanpa terasa waktu begitu cepat berlalu. Satu tahun sudah aku menajalani hidupku di pesantren ini dan libur pondok pun sudah didepan mata. Betapa hanya rasa bahagia yang memenuhi hatiku juga para santri-santri pondok pesantren Nurul Islam yang akan segera bertemu dengan keluarga masing-masing.

Waktu telah menjelang senja. Matahari kini akan kembali ke tempat peristirahatannya dan bulan pun akan hadir menggantikannya. Desiran angin senja terasa sangat dingin menerpa tubuhku. Aku sudah berada di perjalanan menuju rumahku. Aku menumpangi bis kota bersama ayahku. Malam pun menjelang petang. Aku sudah tiba di rumahku. Dengan langkah yang pelan aku memasuki rumahku bersama ayah dan rupanya ibu dan kedua adikku sudah menungguku. Aku langsung menghambur ke pelukan mereka, dan air mata kamipun tumpah. Terima kasih ya Allah... Aku masih diberi kesempatan untuk dapat berkumpul kembali dengan keluargaku, ya walaupun hanya beberapa hari karena aku harus kembali ke pondok.

“Mbak Naila baik-baik saja kan di pondok?”

Safira adikku yang paling kecil membuka pembicaraan. Aku menganggukkan kepalaku sambil sesekali mencium lembut keningnya. Wajahnya yang mungil membuatku gemes ingin sekali meremas-remasnya. Aku mengajak Fitri dan Safira ke kamarku untuk mendengarkan cerita-ceritaku. Mereka juga terlihat begitu bersemangat untuk tahu perjalanan hidupku disana.

“Naila, Fitri, Safira ayo makan dulu sayang ibu sudah siapkan makanan kesukaan kalian ini.”
“Ya bu.”

Aku menjawab ibu sambil membawa dua adikku ke ruang makan. Lalu menikmati jamuan makan yang telah disiapkan oleh ibu. Tuhan... aku sangat merindukan momen-momen ini. Sudah lama aku tak merasakannya. Terima kasih tuhan masih memberikanku takdir bisa makan bersama mereka kembali.

Setelah itu aku kembali ke kamarku. Aku sedikit terperangah melihat sebuah undangan tosca tergeletak di meja dekat tempat tidurku. Aku lalu meraihnya dan melihatnya.

“Itu undangan untuk mbak dari kak Nizam.”
“Iya sayang. Kamu gak istirahat?”
“Nggak bak.”
“Sayang mbak boleh minta tolong nggak. Mbak ngantuk banget. Fitri bisa tinggalin mbak, atau kalau mau Fitri tidur sama mbak di sini?”
“Ya sudah Fitri keluar saja mbak. Selamat istirahat ya mbak.”
“Ok. Makasih ya sayang.”

Setelah Fitri keluar dari kamarku aku langsung mengunci pintu kamarku lalu merebahkan tubuh di tempat tidur, dan tidur.

Jodoh istikharah (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang