Kali ini gue berangkat sekolah bareng Chanwoo. Gimana, dong. Gue lagi jalan berdua sama Lucas mau ke halte, taunya Chanwoo ngikutin dari belakang pake motor. Tadinya Lucas minta bonceng tiga ke halte, tapi gue tolak.
GA PAHAM APA BADAN DIA SAMA CHANWOO SEGEDE GABAN?!
Jadi berakhirlah sekarang gue jalan berdampingan ke kelas, tanpa bicara. Selama di perjalanan juga diam aja, paling ngelirik lewat spion, kalo spionnya geser sama Chanwoo dibenerin lagi. Baper enggak, sih, kalo boncengan sama cowok terus dia ngarahin kaca spion ke kita?
Ya, udah. Iya, maaf. Hati gue masih lemah imannya.
Kami berdua udah mulai mendekati kelas, di depan kelas juga ada anak cowok yang duduk di lantai sambil mainin rubik, enggak keliatan soalnya pake hoodie.
Gue duduk, dan enggak tau kenapa langsung melihat ke kolong meja. Benar dugaan gue, udah ada marshmellow panjang yang kayaknya beli di Alfamei.
"Dapet lagi, ya?"
Gue menghapus senyuman dan menatap Chanwoo, lantas mengangguk pelan.
"Dari siapa, Day?"
"Dari gue.".
Gue yang mau jawab pertanyaan Chanwoo otomatis melihat ke arah pintu. Ternyata.. Ternyata cowok yang main rubik itu Kino!
"Day, kemarin lo ambil juga, kan?" gue mengernyitkan alis, ngambil apa emangnya. "Eh, iya. Kemaren lo sama Chanwoo kok enggak ada?"
"Jalan sama gue. Kenapa?"
Gue menatap Chanwoo cemberut.
Kino mengangguk. "Ooh. Jadi gimana, Day?" gue diam karena bingung. "Hati lo gimana sekarang?"
"Kin, mending lo keluar, deh." Chanwoo menghentikan Kino dengan sifat yang sebelumnya. Guepun melihat anak kelas yang penasaran tapi keluar kelas lagi karena yah, ini privasi kami bertiga walaupun kayaknya diumbar.
"Kenapa, sih, Chan? Kita enggak mungkin digantung gini sama Dahyun."
Gue yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Siapa yang menggantung siapa?"
Kino ketawa. Dia ini tipe cowok yang santai walaupun lagi kesal gini. "Padahal gue udah sering bilang. Gue yakin juga kalo Chanwoo udah bilang."
"Berarti yang dulu lo bilang kalian pacaran itu bohong?" Chanwoo menatap gue dan Kino bergantian.
"Kenapa sekarang lo balik ke Dahyun lagi?" Kino tersenyum. "Yoojung gimana?"
Disini gue bisa lihat Chanwoo yang mulai keliatan geram.
"Udah, deh, Kin. Urusan lo sama gue, kan?" gue menarik ujung baju Kino dan menatapnya. "Mau ngomong dimana?"
"Gue ikut." Chanwoo mengangkat tangannya.
"Enggak, Chan." gue menggelengkan kepala.
"Enggak peduli."
Gue menghela napas, lalu menoleh ke Kino. Menanti persetujuan tapi Kino malah keluar tanpa bicara, gue agak berlari untuk mengikutinya, begitu pula dengan Chanwoo.
Setelah pintu terbuka, mata gue mengelilingi tempat yang pernah jadi rumah kedua buat gue. Iya, rooftop.
Kisah dimana gue dan Kino dipertemukan. Awal kisah dimana Chanwoo berubah. Semuanya berubah.
"Kok bersih?" ucap gue tanpa sadar. Saat pertama kali bertemu Kino, dia yang ngotorin tempat ini pakai puntung rokok sama plastik bekas camilan.
"Gara-gara lo." gue berdeham menatap Kino tak paham. "Jadi gue bersihin tempat ini. Susah tau bawa plastik sampah dari atas ke bawah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradoks | 98 Liners ✔
Fanfiction/pa•ra•doks/ n pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran. © April, 2018 Highest ranking: #2 Dahyun #1 98 Liners