Bagian 22

185 51 6
                                    

"Gelud kenapa, dah?"

"Dengerin dulu! Nih, ya, padahal banyak yang liatin, tapi enggak ada yang nolongin, dong."

"Lah, lo juga cuma jadi penonton doang." gue melihat Xiao yang menunjuk Seungkwan, biang gosip hari ini.

"Ngeri, bego kalo kena jontos."

Moonbin yang mendengar hal itu otomatis meledeknya.

"Pas lawannya udah K.O. ternyata Kino ngembaliin tas Ibu-ibu yang lagi gendong bayi, abis itu pergi deh sambil meganging pipi."

Gue menajamkan telinga. Enggak salah denger, kan? Kino katanya? Gelud? Nolongin yang kena jambret?

"Kino babak belur?" Moonbin agak menggebrak meja yang dibalas anggukan Seungkwan. "Emang pentolan, tuh bocah."

Gue berdiri keluar kelas, papasan dengan Eunbi yang nanya mau kemana tapi enggak gue jawab. Tujuan gue sekarang adalah nyamperin Kino ke ruang ekskul IPA, iya mereka lagi belajar buat OSK.

"Lo lagi. Mau ngapain?"

Gue menatap Kak Jaehyun agak takut. "Maaf, Kak. Bukan mau ganggu, tapi mau liat kondisi Kino aja. Dia ada, kan?"

Kak Jaehyun meneliti gue sebentar, kemudian mengangguk. "Dia kenapa, sih? Kok mukanya bonyok?"

"Seriusan bonyok, Kak?" dibalas dengan anggukan Kak Jaehyun. Gue melirik ke dalam, sama kayak kemarin. Semua bidang disatuin, sedikit meringis pas nyadar kalo tatapan Chanwoo pindah haluan ke gue. "Nanti aja deh, Kak. Gue pamit dulu."

"Day,"

Gue menghela napas setelah menyadari tangan Chanwoo yang menahan gue. "Udah belajar lagi sana, ntar diomelin Kak Jaehyun lagi."

Yang disindir cuma membesarkan mata.

"Lo ngapain kesini?"

"Gue mau mastiin omongan Seungkwan aja, ternyata bener." Chanwoo mengangkat alisnya bingung, jadi gue menunjuk Kino. "Mukanya udah kayak palet punya gue."

"Itu yang bibirnya luka, sini."

Gue menatap Kak Jaehyun heran, dia manggil siapa sih? Yang di dalam juga bingung, bahkan Kak Eunwoo pun ikutan mencari siapa yang dimaksud Kak Jaehyun. Emang enggak jelas banget manusia ganteng satu ini.

"Iya, lu. Sini, buruaaaan." nada Kak Jaehyun tinggi. "Tuh, dicariin."

Mata gue menajam. Kan, Kak Jaehyun enggak ada akhlak. "Lo gini, tuh tanda minta maaf yang kemaren apa gimana?"

"Kenapa gue minta maaf? Emangnya gue punya salah apa sama lo?"

Gue menunjuk Kak Jaehyun dengan lantang, pas banget mau jawab omongannya, dia masuk gitu aja dan ninggalin kami bertiga.

"Anjinggg! Kok ada cowok kayak dia, sih?!" kaki gue menginjak-injak keramik dengan kesal, tangan gue pun ikutan terkepal. Jengkel banget sama yang namanya Jaehyun, bajingan.

"Jadi mau ngapain?"

Atensi gue kembali terarah ke Kino. Benar ternyata. Sudut bibir kanannya lebam, rahang bawahnya lecet, keningnya juga sedikit lecet.

 Sudut bibir kanannya lebam, rahang bawahnya lecet, keningnya juga sedikit lecet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Paradoks | 98 Liners ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang