"Misi, Tante."
Gue memutarkan bola mata melihat Eunbi menunduk ke mama yang lagi ngerjain laporan dadakan di ruang tamu.
"Temennya Dahyun, ya?"
"Ya, iyalah, Ma. Masa Lucas?" Mama ketawa, Eunbi senyum. Akhirnya kita berdua naik ke kamar gue.
"Jadi ada apa lo tiba-tiba mau main kesini? Masih jam sepuluh, loh." gue menatap Eunbi sarkas.
"Gabut." Eunbi ketawa. "Adek lo mana?"
"Sekolah, lah." iya, jadi sekolah kita doang yang libur, ada rapat komite. Makanya Lucas tadi pagi uring-uringan, enggak adil katanya. "Seriusan lo mau ngapain disini, hah?!"
Eunbi yang tiduran, langsung duduk dengan helaan napas. "Dua hari ini lo kenapa, Day?"
Gue mengangkat alis. "Emangnya gue kenapa?"
"Jangan kira gue enggak perhatiin lo, ya." gue diam. "Lo, Chanwoo, Kino. Kalian tubir?"
Awalnya gue enggak ada niat buat cerita, tapi karena gue juga butuh saran akhirnya memutuskan untuk menjelaskannya.
"Iya dan enggak tau."
"Hah?"
Gue berdecak. "Gue ribut sama Chanwoo, gara-gara... Confess."
"Gimana, gimana?"
"Chanwoo bilang suka sama gue, dari dulu. Gue tolak." tau Eunbi ingin membuka mulut, gue potong duluan. "Dengan penjelasannya, gue enggak mentolerir kesalahan yang dia buat dulu. Yaaaa, gitu."
Eunbi mengangguk. "Bener, kan, yang gue bilang. Chanwoo takut kehilangan lo karena ada Kino."
Dalam hati gue mengiyakan ucapan Eunbi.
"Terus Kino?"
"Enggak tau. Kalo ketemu cuma senyum doang, enggak pernah chatting juga sekarang." bayangan gue kembali pada Kino yang terlalu dekat dengan Eunseo. "Mana gue bilang ke Chanwoo enggak usah kenal lagi."
"Iya? Kok enggak keliatan? Kalian berangkat sekolah bareng terus, kan?"
Menggeleng, gue menatap Eunbi bingung. "Lo tau darimana, deh?"
"Lo enggak nyadar kalo dia selalu ada di belakang lo? Buat makanan sama minuman yang ditaro di kolong meja juga gue tau."
Buat makanan, Chanwoo emang terang-terangan, tapi gue enggak pernah satu bus kalo berangkat sekolah. Jarak waktu bus yang sama juga hampir setengah jam.
Akhirnya gue mengeluarkan ekstra hembusan. "Chanwoo juga jadi lebih sering main PS di rumah bareng Lucas, tapi mukanya sama aja kayak dulu." gue mencebikkan bibir.
Eunbi tertawa. "Lo kesel Chanwoo main kesini apa kesel mukanya kayak enggak ada kejadian apapun?"
"Apaan, sih, lo?!"
"Gue liat Kino juga deket sama Eunseo anak MIA-4." kata Eunbi setelah memajukan bibirnya.
Gue tau, tapi lebih memilih diam.
"Kata Moonbin udah deket dari dulu, baru keliatan sekarang doang karena mereka jadi partner buat wakil sekolah."
Mengernyitkan alis, gue menjawab. "Bukannya individu, ya? Kok duo?"
"Ah, lo mah katak dalam tempurung." gue enggak ngerti Eunbi ngomong apa, tapi tabok dulu mukanya pakai bantal. "Itu mah Biologi doang. Makanya mata jangan liat ke dunia Chanwoo aja!"
"Kan dulu gue buta."
"Iya, buta karena cinta!" mendengar itu, gue memonyongkan bibir. "Jadi lo, kan, nolak Chanwoo, terus kelanjutan sama Kino gimana nanti?"
![](https://img.wattpad.com/cover/100618319-288-k270817.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Paradoks | 98 Liners ✔
Fiksi Penggemar/pa•ra•doks/ n pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran. © April, 2018 Highest ranking: #2 Dahyun #1 98 Liners