Gue menyilangkan kaki canggung, menatap kanan kiri dengan melipat bibir.
"Gue sebagai Ketua periode ini sangat-sangat berterima kasih buat kalian semua, makasih ya udah penuhin harapan gue selama ini."
Gue menatap malas Kak Jaehyun yang berdiri menggunakan lututnya, memberikan ceramahan untuk anak-anak olim yang kebetulan dapat beberapa juara.
"Buat yang enggak dapet, enggak masalah. Kalian luar biasa!"
Penasaran siapa yang dapat? Oke, gue sebutin. Biologi yang diikuti dua perwakilan; Chanwoo dan Yoojung, mereka berdua dapat. Chanwoo peringkat dua, Yoojung peringkat lima. Kimia, tim Kino Eunseo berhasil mengambil peringkat tiga. Matematika yang punya dua perwakilan ada di peringkat sembilan dan dua puluh. Sedangkan Fisika di peringkat enam dan lima belas.
"Makan aja sepuas kalian, tapi jangan sampe bikin dompet gue melompong." Kak Jaehyun berkacak pinggang, pura-pura marah. "Anggap aja ini reward kalian karena berhasil menghadapi keegoisan gue."
"Lama banget buset." Kino yang ada di sebelah kiri gue berbisik, gue mengangguk setuju. "Keburu laper."
Kak Jaehyun akhirnya duduk di hadapan gue, sebelahan dengan Kak Jungkook yang sedang bermesraan dengan pacarnya. Iya, tadi pacarnya ditelpon harus datang kesini.
"Angkringan kan ini?"
Tau gue, dua orang di sebelah gue kebingungan karena pertanyaan Kak Jaehyun.
"Angkringan tuh milih sendiri menunya, Kak."
"Iya, itu kan milih sendiri."
Gue meringis pelan, Kak Jaehyun enggak nangkap omongan gue. Maksudnya tuh, kalo di angkringan kita duduk di warungnya yang penuh sama makanan, jadi enak tinggal pilih. Nah, tadi kita malah mengantre gitu buat pilih makanannya, lalu duduk lesehan yang disediakan Abangnya. Paham sih gue, tempat duduk di warungnya enggak bakal muat kita tempati. Tetap aja gue gedek.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekarang sudah jam tujuh malam, gue kembali ke rumah dengan menaiki bis bersama Chanwoo. Dia lebih pilih bareng gue dibanding naik mobil sekolah, selain itu Kino juga lagi ada urusan, jadi enggak bisa ikut kami berdua.
Gue jalan sambil menendang-nendang angin, rasanya Chanwoo jadi pendiam lagi. Dari kami di bis sampai jalan menuju rumah enggak ada suaranya sama sekali. Ini gue ada salah apa, ya?
"Chan, sariawan?" ucap gue sembari menatap Chanwoo dari samping.
Kepala Chanwoo menggeleng. "Lagi mikir."
Gue berdecak, mata gue beralih ke langit yang agak mendung, soalnya enggak ada bintang sama sekali. "Olim udah kelar kali, lo mikir apalagi?"
Chanwoo diam, membuat atensi gue kembali kepadanya.