Part #4

2.8K 291 35
                                    

Reserve Women
Naruto Belong Masashi Kishimoto
Part #4 (Mrs. Uzumaki)

.

.

.

Hari ini Kushina Kaa-chan kembali datang ke apartemen ku dan Naruto. Seperti biasa, ia memberikan minuman 'Penyubur' untuk ku agar lekas memiliki momongan dipernikahan ku dengan putera nya yang sudah berjalan satu tahun ini.

Kembali aku menatap sekeliling, bosan selalu hadir. Semua teman-teman sekolah ku kini bekerja. Ada yang diperusahaan suami ku, seperti Kiba dan Sasuke. Juga diperusahaan Gaara.

Karena itu, disinilah aku belajar untuk memasak makanan kesukaan suamiku sendiri. Ramen. Sebenarnya aku bahkan tak percaya jika Naruto memang menyukai ramen atau ia justru menghargai upaya ku yang hanya bisa membuat mie asal Jepang ini.

Aku tidak seperti Hinata yang pandai meracik bumbu dapur hingga membuat orang lain ketagihan datang ke rumah nya hanya untuk sekedar makan makan. Aku juga tidak sepintar dia yang menyelesaikan D3 secepat itu.

Aku bahkan masih kuliah sekarang.

Titah Naruto sebenarnya namun jujur, ada sedikit rasa iri selalu hadir dariku untuk sahabat bersurai indigo ku itu.

Aku tau, Hinata memang menyukai Naruto dari kecil. Aku tau betapa antusias nya dirinya ketika menceritakan masa-masa Naruto ketika masih kecil. Ia hafal betul setiap kejadian dalam hidupnya bersama suamiku.

"Tadaima."

"Okaerinasai, Naruto." Aku berlari kecil lalu membawa tas jinjing berisikan makanan cepat saji yang dibawa olehnya. Menatap wajahnya yang sedikit muram.

"Ada apa?" Tanyaku, ingin ia bercerita tentang kesehariannya hari ini.

"Hanya sedikit kesal." Gerutu nya lalu melepas sepatu dan menyimpan nya pada rak.

Ia mendekat lalu mencium kening ku lama. Memelukku dan aku balas memeluk nya. Selalu seperti ini, wangi nya benar-benar hangat seperti bau matahari. Aku menyukainya dan semua yang ia miliki.

"Kushina Kaa-san datang barusan, Naruto. Dia memberikan minuman lagi untuk masalah kesuburan ku. Gomenne." Tugas ku hanya satu, memberikan keturunan untuknya. Tapi aku bahkan tidak tau apa dosa ku hingga tak kunjung diberikan pewaris.

"Tak apa, Sakura-chan. Kita masih muda tak apa menunda adanya anak." Ia memang pengertian. Dan mungkin itu alasan mengapa aku jatuh hanyut pada bola mata safir yang menatap ku lekat sekarang.

"Kau ingin punya anak kah, Naruto?" Ketika ia melangkah masuk kedalam apartemen lalu duduk diatas sofa aku bertanya perihal pikiran ku yang terus mengganjal.

Tapi Naruto menggeleng lalu mengganti saluran televisi dari acara gosip ke acara berita.

"Aku memasakkan mu ramen."

"Arigato." Aku tersenyum ketika memberikannya. Lantas aku terduduk disebelah dirinya yang kini menyantap makanan ku.

"Apa benar kau tak ingin memiliki anak?"

"Yang lain pun belum menikah, jadi tak apa menunda anak. Kau mau memiliki anak, Sakura-chan?" Ia berhenti lalu menatapku kembali.

"Sesungguhnya iya, aku bosan sendirian dirumah ini. Aku sempat memikirkan jika suatu saat ada anak-anak yang berlarian disini, memanggil ku Okaa-sama dan kau Otou-sama. Lalu kau akan bermain dengan mereka dan aku memperhatikan betapa bahagianya keluarga kecil ku."

Reserve WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang