Sudah satu Minggu lama nya aku tak menerima kabar apapun dari Hinata. Ia menghilang tanpa meninggalkan jejak apapun seolah tak ingin aku gapai kembali.
Kemana kau? Hatiku berteriak setiap saat ketika mengingat dirinya. Perempuan yang ternyata sangat berharga untukku.
"Naruto... "
"S-Sakura-chan?" Cicitku melihat perempuan yang masih menetap berada disampingku sebagai seorang istri itu. Sakura berdiam diri di daun pintu kamar.
"Aku tak bisa menerima perceraian kita, Naruto. Sejujurnya, tampaknya aku terlalu bergantung padamu selama ini. Aku tak bisa melepaskanmu, maafkan aku." Ia tertunduk lalu menyimpan map diatas nakas sebelah pintu yang bisa aku tebak itu adalah surat pengajuan perceraian.
Lantas aku turun dari ranjang. Berjalan ke depannya dan meraih kedua bahu mungil itu untuk aku cengkram lembut.
"Kenapa kau teramat menyakitkan untukku, Sakura-chan?" Cicitku menggigit bibir kuat-kuat. Rasa bersalah melingkupi ku saat ini.
"M-Maksudmu?" Nafasnya menderu ketika aku selesai mengutarakan apa yang ingin ku sampaikan.
"Aku tak bisa. Menerima perasaan mu yang terlalu besar untukku. Aku tak bisa, Sakura-chan... Ini terlalu memaksakan untuk kita berdua. Tidakkah kau menginginkan pernikahan yang utuh?"
Maaf membuatmu menangis untuk kesekian kalinya, Sakura. Tapi aku bersumpah jika aku membenci kau yang menangis seperti saat ini. Aku tak menginginkan akhir yang seburuk ini.
Kulihat air matanya berulang kali berjatuhan. Bibirnya yang pucat turut bergetar hebat. Aku menyakitinya. Setelah Hinata, kini Sakura.
Bajingan? Brengsek? Sialan? Bodoh?
Aku terima semua itu dengan lapang dada. Karena bukan aku yang menginginkan perasaan sialan seperti ini. Ini salahku, yang memilih jalan rumit. Karena ku kira semua itu adalah hal yang mudah. Kukira selepasnya aku bisa bersama dengan Hinata tanpa ada yang merasa tersakiti.
Tapi aku salah. Aku menyakiti diriku sendiri dan dua perempuan yang sangat mencintaiku.
"Aku tak bisa Sakura-chan. Aku tak bisa meneruskan semua ini. Aku ingin mencari Hinata. Aku ingin bertemu dengannya dan mengucapkan banyak kata maaf padany-"
"Lalu aku?"
Aku terpaku mendengar pertanyaan yang ia lontarkan.
"Kau hanya memikirkan Hinata! Bahkan kau mengigau namanya, Naruto..... Kau- hiks. Kenapa tak sedikitpun kau berpikir untuk menerima perasaanku padamu daripada mengejar perempuan itu?! Kenapa? Kenapa aku jatuh cinta pada lelaki egois sepertimu, Naruto?!"
Ia melepas paksa tangan ku dari bahu nya. Ia bahkan memukul dada ku keras hingga serentak aku bisa merasakan perasaan nya yang tersalurkan begitu saja.
"Kau seharusnya meminta maaf pada pernikahan kita bukan pada Hinata... "
Sakura benar. Aku telah mempermainkan pernikahan yang sakral.
"Aku juga tak menginginkan ini, Sakura-chan. Aku menginginkan pernikahan yang abadi. Tapi aku-"
"Salah memilih wanita?"
Emerald nya penuh luka. Hidupnya sudah amat menderita dan sekarang aku kembali mengukir kenangan buruk untuknya.
"Apa kau menikahi ku karena rasa kasihan, Naruto?"
.
.
.
![](https://img.wattpad.com/cover/218527890-288-k839728.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Reserve Woman
Fanfiction:[Naruto and Hinata Fanfiction] :[Naruto Belong Masashi Kishimoto] :[Genre: Drama, Romance, Slice of Life] :[Warning Adult Area 15+] Mungkin Hinata terlalu bodoh karena terus menyetujui permintaan Naruto. Bahkan ketika pemimpin Uzumaki Corporate ter...