Part #6

2.5K 213 21
                                    

"Hentikan!! Berhenti!!"

Aku mendengarnya. Pekikan suara istri ku. Tapi sialnya, disini terlalu gelap. Aku tak bisa melihat apapun. Tak ada secercah cahaya apapun disini. Gelap gulita. Bagaikan seorang yang buta.

"Berhenti Hiashi-san. Berhenti!"

Lalu samar suara lelaki yang aku kenal memanggil nama ku. Oh- sudah berapa tahun aku tak mendengar suaranya memanggil nama ku. Ia terdengar begitu ketakutan.

Dan perlahan aku bisa melihat....

Tubuh mereka bergetar hebat, bercak darah ada dimana-mana. Mata kedua orang didepanku membelalak, seolah aku adalah monster kelaparan.

"Kumohon. Jangan!" Aku membatin. Tapi aku benar-benar tak bisa mengontrol tubuh ku. Aku ingin berhenti bergerak melangkah kedepan. Dimana mereka meringkuk memohon ampun.

"Aku bisa jelaskan semuanya!" Sergah pria didepan ku. Oh tidak, ini de Javu. Aku tau adegan ini.

"Berhenti Hiashi-kun." Lalu wanita itu.

Sial. Aku menangis sekarang. Untuk kesekian kalinya.

"Aku minta maaf. Maafkan aku." Ia menyeret tubuhnya yang berdarah-darah. Berlutut didepan ku dengan lalu bersipuh di kaki kiriku.

Ia terus memohon.

"Gomenasai."

Tapi rasa dongkol di hatiku tak kunjung hilang. Ketika melihat lelaki itu dipojok sana, menahan genangan air yang keluar dari rongga dada kanan nya. Menahan darah untuk mengalir keluar lebih banyak. Rasanya aku benar-benar murka.

Mungkin jika ia-

"Jangan kumohon. Biarkan ia tetap hidup."

-Jika ia tak memintaku menolong lelaki brengsek itu.

"Tolong panggil ambulan, biarkan dia hidup."

Tidak. Aku tak menginginkannya. Tangan ku yang ringan mengarahkan pistol ke arah wanita yang terseok-seok didepan ku.

Wanita yang aku cintai dengan sepenuh hati ku, yang telah aku berikan kehidupan, juga yang mengkhianati ku.

-Aku tak akan pernah membunuhnya.

.

.

.

Reserve Women.
Naruto Belong Masashi Kishimoto.
Part #6 (Bloody Memories)

.

.

.

"Otou-sama."

Rasa pening hadir menyerang kepala beruban nya. Hyuuga Hiashi terbangun dengan peluh yang membanjiri seluruh tubuhnya. Namun bulu kuduknya pun berdiri tanpa kehendak.

"Karin-san memberitahu ku bahwa sudah seminggu Otou-sama selalu seperti ini. Ada apa?" Sebagai seorang anak. Hinata bertanya tanda simpatik.

"Tidak ada apa-apa." Ia tersenyum. Mengelus bahu anak tunggal nya. Gadis manis nya.

"Otou-sama rindu sekali padamu." Lalu ia memeluk Hinata erat. Mencoba mengenyahkan mimpi buruk yang terus menghantuinya selama ini.

Reserve WomanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang