Wanita dengan balutan pakaian tipis berbalut kardigan itu menatap pantulan cermin. Samar-samar ia dapat melihat kantung mata nya.
Setelah percakapan panjang dengan Sasuke kemarin malam, ia benar-benar tak bisa tertidur barang sekejap. Kalimat-kalimat sarkas dari mulut Uchiha nya begitu menghantui.
Lagipula memang benar adanya. Naruto memang bukan miliknya. Dan ia harus mundur dari hubungan gelapnya dengan sang kekasih.
Namun lagi-lagi Hinata tak yakin bagaimana ia bisa mengakhiri hubungan nya dengan Naruto yang selama ini ia tunggu-tunggu. Bahkan seumur hidupnya Hinata hanya mencintai satu laki-laki dan itu adalah sang kekasih.
Tangan seputih salju nya menghapus embun yang menempel pada cermin dikamar mandi nya. Ia menatap wajahnya yang mulus tanpa komedo maupun jerawat.
Kadang Hinata berpikir apa yang kurang dari dirinya untuk Naruto?
"Apa yang harus aku lakukan, Naruto-kun?" Gumam nya. Iris rembulan tenang nya itu meredup, menyaksikan air mata turun perlahan dari kelopak mata nya.
"Aku tak pernah bisa menempati posisi Sakura-chan." Ia menggigit bibir. Sakura segala nya untuk Naruto dan Hinata benar-benar paham dengan kondisi itu.
Tampaknya. Ia memang harus meninggalkan sang kekasih. Membiarkan dirinya bahagia dan menjemput kebahagiaannya yang lain.
Hinata lekas membasuh wajah nya. Sudah pukul tujuh pagi, tanda nya ia harus bersiap untuk pergi ke Sabaku Corp.
Lalu Hinata menggunakan kimono mandi nya. Dan disibukkan dengan merias wajahnya sedemikian rupa untuk menyamar kan si kantung mata panda.
Drrtt.
Gaara is Calling.
Hinata mengernyit bingung dengan sang penerus Sabaku Corporate.
"Moshi-moshi."
"Aku menunggumu diluar gedung apartemen."
Raut muka Hinata terkaget. Sejujurnya ia tak ingin memiliki hubungan lebih dengan sang penerus ini, tapi pria itu tetap kekeh mendekatinya.
"Kau duluan saja, touch-up seorang wanita itu lama."
"Oleh sebab itu aku menelpon mu agar kau bersiap lebih cepat. Disini dingin, cepatlah."
"Siapa suruh datang menjemput? Aku bisa membawa mobil sendiri atau pergi bersama Naruto-kun." Cetusnya dengan satu tangan memoles bibir tipis kecil nya dengan lipstick berwarna merah.
"Naruto?..." Tanya Gaara ragu.
"Uhum, Naruto-kun."
"Naruto bukannya sedang berlibur dengan Sakura?"
Deg.
"Tau darimana kau?" Ada nada getar yang keluar dari mulut mungil Hinata.
"Aku berbincang dengan mereka pagi ini, mereka baru saja pergi barusan, membawa koper kecil."
Hinata terpaku. Wah ini menakjubkan. Dunia nya runtuh seketika. Jadi Naruto membatalkan janji mereka untuk pergi bersama dengan Sakura? Berlibur? Honeymoon untuk kesekian kalinya?
Diam-diam ia menggulum bibirnya. Rasa nyeri merambat ke ulu hati. Padahal ia yang mencari hotel dan tempat berlibur yang bagus untuk nya dan sang kekasih. Tapi justru bukan ia yang pergi.
Ah- lagipula apa hak nya?
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Reserve Woman
Fanfiction:[Naruto and Hinata Fanfiction] :[Naruto Belong Masashi Kishimoto] :[Genre: Drama, Romance, Slice of Life] :[Warning Adult Area 15+] Mungkin Hinata terlalu bodoh karena terus menyetujui permintaan Naruto. Bahkan ketika pemimpin Uzumaki Corporate ter...