Uzumaki Sakura berdecak kagum menatap pantulan cermin. Dirinya tampak menawan malam ini, berkali-kali lipat dengan polesan make-up tipis yang akhir-akhir ini jarang ia gunakan.
Sesekali ia melirik makanan mewah yang sebentar lagi akan tandas dimakan oleh nya dan sang suami.
Tapi, walau sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Naruto sama sekali tak ada kabar.
Sakura gusar, pikirannya melayang kemana-mana dan terus berprasangka buruk. Ia takut sang suami dalam keadaan tak diinginkan -seburuk-buruknya pemikirannya adalah kecelakaan.
Teet.
Bell apartemen berbunyi. Sakura berlari kecil kesana, membuka pintu otomatis itu dengan tergesa-gesa.
"Naruto kenapa kau-"
Ia nyaris berteriak keras, kendati bukan suami nya yang ada dihadapannya.
"K-Kenapa kau disini?" Mereka terdiam, saling menyelami masa lalu. Masa lampau dimana keduanya terpaut kasih begitu dalam.
Rasa sayang dan rindu membuncah di hati sang pria dengan balutan kemeja biru -senada dengan gaun yang Sakura kenakan. Tangan kekar nya gatal ingin merengkuh wanita yang rapuh karena nya.
"Aku ingin memberikan dokumen perusahaan pada Naruto."
Dari sana Sakura menyimpulkan. Bahwasanya suaminya -Uzumaki Naruto seharusnya sudah pulang.
"Terimakasih Sasuke-san, tapi bisakah kau pergi?" Lekas dengan gesit wanita dengan wangi parfum bubble gum itu menarik paksa berkas-berkas yang lelaki dihapadannya pangku.
"Bisakah kita bicara?"
"Tidak-"
Onix nya tersentak ketika wanita yang ia sayang itu hendak menutup pintu. Sedangkan Sakura melirik sinis satu kaki Sasuke yang mengganjal di pintu nya.
Ia mendengus kesal sebelum melirik lelaki tampan dengan gaya rambut emo -sahabatnya dan Naruto.
"Apa yang kau mau?" Ketusnya.
"Kau menerimaku. Memaafkan ku."
"Sudah kubilang itu bukanlah kesalahan mu. Keluarga mu yang melakukannya, Sasuke-san." Jawab sang Uzumaki dengan penyebutan -san yang ia tekan.
"Lantas kenapa kau membenciku?"
Sakura kalut. Ia tak ingin menangis. Tapi pria ini membuatnya lagi-lagi mengingat masa sulitnya dulu.
Akhirnya ia berjalan dua langkah mendekati Sasuke. Menatap lamat-lamat iris hitam pekatnya.
"Karena kau, Uchiha."
.
.
.
Reserve Women.
Naruto Belong Masashi Kishimoto.
Part #7 (Liar's King).
.
.
"Cheers."
Ting.
Suara alunan lagu mellow mengitari sepenjuru restoran mahal berbau Italia itu sama sekali tak bisa memecahkan gelak tawa antara Hiashi dan Naruto. Keduanya tampak seperti Ayah dan seorang anak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Reserve Woman
Fanfiction:[Naruto and Hinata Fanfiction] :[Naruto Belong Masashi Kishimoto] :[Genre: Drama, Romance, Slice of Life] :[Warning Adult Area 15+] Mungkin Hinata terlalu bodoh karena terus menyetujui permintaan Naruto. Bahkan ketika pemimpin Uzumaki Corporate ter...