Apa kau pernah terjebak dalam pikiran yang rumit dan larut dalam keheningan?
Sangaji sudah memikirkan skenario terburuk saat mendengar kabar Aryaseka yang tengah mengamuk, entah hukuman skorsing untuk si pemuda atau yang lebih buruk.
Hukuman yang harus dilaksanakan pilar utama Sakamada, ketua kelas mereka. Bentala.
Jika bagian akhir yang terjadi, dapat dipastikan bukan hanya satu orang saja yang menerima luapan emosi.
Bayang-bayang masa lalu dan resiko yang harus diterima jika terulang kembali pun memenuhi pikiran, selagi kedua penumpu melaju menuju tempat keributan.
Hingga entitas yang paling dikhawatirkan muncul tepat di seberang koridor, yang demi Tuhan membuat jantungnya seakan mencelat.
Anjir!
Anjir!
Anjir!
Shanon, please.
Shanon.
Jika bisa, Sangaji ingin berteriak sekarang juga atau menarik Bentala pergi dari tempat keributan. Tapi nampaknya akan sia-sia, yang ia bisa lakukan hanya berdoa.
Semoga Sandyakala dan lainnya dapat mengatasi keadaan.
"Candrika!"
Nampaknya keberuntungan sedang berpihak pada mereka.
Candrika, nona berkulit pucat yang dipadu helaian jelaga pada kapita tengah terduduk tanpa suara. Dengan cairan berbau anyir yang menetes dari hidung, dan guratan wajah yang bingung.
Bukan satu atau dua kali 'raden ayu'nya Sakamada dalam kondisi demikian, juga bukan lagi hal yang asing untuk dua puluh empat pemuda dan pemudi lainnya.
Candrika memang memiliki daya tahan tubuh yang tidak bisa dikatakan sekuat gadis lainnya. Bahkan untuk sekadar upacara bendera saja ia sering kali dipindahkan ke ruang kesehatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
dua lima pena, 2000
Fanfiction❛ Mereka terlalu gemar bercanda, hingga kau beri canda penuh luka. Semesta, apa semua itu belum cukup untuk mereka? ❜ non-baku