"Kemarin Nisa pulang sama siapa?"
Pemudi dengan helaian jelaga yang diikat kuda menghentikan gerakan pena, satu pertanyaan dari pemudi yang membiarkan helaiannya terurai nampak menghancurkan fokusnya dalam sekejap mata.
"Ehm— itu, a—aku dijemput ayah pulang." Nisaka terbata, mengelabui netra Candrika yang berkedip beberapa kali dalam satu sekonnya.
"Dijemput ayah atau diantarin gebetan? Hm?"
Lirwening menyela, sebelum Nisaka kembali menyampaikan alasan dengan suara terbata yang demi semua komik koleksinya, terlihat bebar kebohongannya. Padahal dengan jelas, pemudi Sarasvati melihat kebenaran dengan kedua netra eboninya sendiri.
Lalu apa alasan pemudi Parwata mengatakan hal yang tidak benar adanya?
"Ah, ehm."
"Hayo, pulang sama siapa?"
"Nisa 'nggak sama ayah?"
Nisaka menunduk dalam, tidak sanggup bila harus melihat ekspresi Lirwening yang penuh penekanan dan Candrika yang dilanda kebingungan.
Terlebih, apa Nisaka boleh berbohong pada kedua kawannya?
Sedangkan ia benar-benar tidak bisa mengatakannya. Bukan sebab tidak mau, hanya sedikit malu. Setidaknya biarkan ia menjernihkan segala hal yang masih terkesan abu-abu, hingga membuat dirinya yang sekarang merasa ragu.
Hhhh. Baiklah.
"Aku pulang sama—" Nisaka menggantung kalimat, mempirsa dua pemudi dengan helaian jelaga yang pekat.
"—Palung."
KAMU SEDANG MEMBACA
dua lima pena, 2000
Fanfiction❛ Mereka terlalu gemar bercanda, hingga kau beri canda penuh luka. Semesta, apa semua itu belum cukup untuk mereka? ❜ non-baku