Kata 'menegangkan' menjadi satu dari sekian kata yang memiliki persentase di bawah 5% untuk terjadi dalam rumah kecil Sakamada; ruang kelas sebelas umum-lima.
Hampir setiap harinya, Sakamada hanya diliputi canda.
Bercanda.
Bercanda.
dan bercanda.
Bahkan saat di hadapkan dengan ujian semester atau olimpiade, mereka masih sempatkan diri untuk bercanda. Hingga menuai tawa yang tanpa sadar melesap segala beban di dada.
Tapi entah mengapa akhir-akhir ini nampaknya persentase 'menegangkan' telah melonjak dengan tidak terduga. Bahkan nampaknya telah menjadi kawan akrab yang tiap saat hadir untuk mendampingi mereka.
Kini terjadi lagi.
Padahal baru beberapa minggu lalu nama pemuda Yudharta kembali mendapat poin merah pada buku hitam pembina kedisiplinan, perihal perkelahian dengan Sasena dari kelas olahraga. Untung saja Aryaseka masih mendapatkan toleransi, sebab beralasan untuk pertahanan diri. Meskipun wali kelas mereka pun harus unjuk aksi.
Lantas kini apa lagi yang baru dilakukan Aryaseka, hingga kembali mendapat panggilan dari pembina kedisiplinan?
Bahkan saat ini telah ada tiga anggota kedisiplinan dengan kain merah yang melingkar di lengan bagian atasnya, turun langsung menerobos ruang kelas Sakamada.
"Sekali lagi, Aryaseka Danur Yudharta, sebelas umum-lima, segera menemui pembina kedisiplinan."
Terhitung tiga kali, Angga, pemudi tingkat satu diantara dua pemuda lainnya tengah melisankan perintah panggilan untuk Aryaseka. Namun, empunya nama masih saja tak acuh, sembari menyembunyikan muka pada kedua lengannya di atas meja. Tidur.
Aryaseka hanya tidur dan tak menggubris polah tingkah anggota kedisiplinan yang ada di sana.
Sakamada yang mengisi ruangan hanya menghela napas panjang, cukup paham situasi pemuda Yudharta yang datang ke sekolah dengan lebam memenuhi muka. Jika tidak berkelahi, mungkin semalam ia terjatuh dari kendaraannya.
Sayangnya, pilihan kedua adalah hal yang tidak mungkin terjadi. Perbandingannya 70 dan 30, tujuh puluh untuk berkelahi dan 30 untuk kecelakaan dengan kendaraan.
Pasalnya, bisa lebih parah luka yang diterima Aryaseka, jika kembali mengalami kecelakaan dari roda dua. Dua puluh empat Sakamada tahu benar, bagaimana anak tunggal Yudharta generasi ketiga ini dalam mengemudikan si merah, begitu panggilannya.
Kalau lambat bisa jatuh, kenapa gak laju sekalian. Begitu katanya.
"Arya-"
KAMU SEDANG MEMBACA
dua lima pena, 2000
Fanfiction❛ Mereka terlalu gemar bercanda, hingga kau beri canda penuh luka. Semesta, apa semua itu belum cukup untuk mereka? ❜ non-baku