A story by Ananda36
.
.
.
DLDRSuara teriakan menggema di kantin yang sedang ramai tersebut. Para siswa menonton drama yang lumayan mengisi kesuraman kantin yang tidak ada tanda kehidupan selain orang makan.
Dua manusia yang menjadi tontonan tersebut masih melakukan aksi drama. Tapi bukan akting, itu nyata dimana seorang lelaki sedang membentak gadis yang tak sengaja menumpahkan jus di sepatu mahalnya. Gadis yang diketahui bernama Leysa Sektiani Furhan itu terlihat menangis dengan tubuh yang gemetar karena takut pada lelaki yang membentaknya.
"Ma-maaf aku gak sengaja Fil" gumam Leysa lirih. Ia berlutut di kaki lelaki tampan. Namanya Dafil Febrian Sanjaya, anak pengusaha terkenal yang ayahnya merupakan salah satu donatur terbesar di sekolah SMA Terbit Terang tersebut.
Leysa sama sekali tak merasa malu ketika Dafil menyuruhnya untuk berlutut padahal banyak yang melihat bahkan beberapa dari mereka mengabadikan momen tersebut dengan ponsel mahal mereka. Ia tak malu, hanya saja ia takut pada lelaki itu. Dafil akan melakukan apa saja agar dirinya menderita, jadi ia tak melakukan perlawanan.
"Apa lo bilang? Maaf. Lo pikir dengan minta maaf sepatu gue yang mahal ini bisa kering lagi" teriak Dafil pada gadis itu, lalu mendorongnya sampai terduduk di lantai yang masih basah karena tumpahan jus tadi.
"Hiks aku mohon maafin aku Fil, a-aku janji gak bakal ngulangi lagi"
Dafil tersenyum remeh sambil meludah ke samping kemudian mensejajarkan dirinya dengan gadis itu. Leysa mendongak ketika Dafil dengan kasar mencengkram pipinya membuatnya menutup mata kuat-kuat karena denyutan dipipinya itu.
"Bukan berarti lo pacar gue dan lo bisa seenaknya sama gue cewek miskin. Liat diri lo yang dekil ini seharusnya lo senang dong punya pacar kayak gue yang kaya, ganteng dan terkenal"
"I-iya aku senang kok"
PLAKK
Tamparan keras dari lelaki itu meluncur cepat bagaikan kilat di pipi Leysa membuat gadis itu tersunggur di lantai kantin. Ujung bibirnya berdarah akibat tamparan tersebut.
Seluruh siswa menatap dengan santai, ya sudah menjadi makanan sehari-hari dimana gadis itu selalu dibully bukan hanya pacarnya tapi yang lain juga sering membullynya.
Mereka diam kadang berteriak seru melihat Leysa yang kesakitan. Ingin menghentikan aksi Dafil sama saja menyerahkan diri di kandang singa. Lelaki itu akan membuat orang yang menganggunya keluar dari sekolah. Masih ingat salah satu siswa laki-laki yang beberapa bulan lalu membantu Leysa, bukan ucapan terima kasih atau syukur yang didapatnya melainkan pukulan dari Dafil, lalu keesokan hari lelaki itu sudah dikeluarkan dari sekolah.
"Bagus kalau lo senang" ucap Denal sambil menyeringai kejam, kemudian berjalan meninggalkan kantin tersebut.
Gadis yang tersunggur di lantai itu sudah menangis sedari tadi. Tapi ia berusaha menegarkan dirinya, ayolah Leysa kamu harus kuat penyiksaan ini sudah biasa kan. Setiap hari kamu merasakannya jadi tak perlu lagi membuang-buang air mata, batinnya menguatkan dirinya sendiri.
"Leysa lo gakpapa?" setelah semua orang bubar barulah gadis berambut kepang menyamping itu datang untuk membantu Leysa. Tadi ia ingin sekali membantu tapi takut, jadinya menunggu sampai semuanya bubar lalu menghampiri Leysa.
Air mata Leysa menetes tapi ia tersenyum untuk menjawab pertanyaan sahabatnya. Ya sahabat sekaligus teman satu-satunya di sekolah ini. Bayangkan saja ribuan orang yang bersekolah di sini tapi temannya hanya satu, yang lain tentu saja tak ingin berteman dengannya gadis miskin yang hanya mengandalkan beasiswa agar bisa bersekolah disini.
"Ya Allah bibir lo Ley berdarah. Yuk gue obatin" Amel berusaha membatu sahabatnya itu untuk berdiri. Setelahnya mereka berjalan ke ruang Uks.
"Gue gakpapa kok Mel. Udah biasa" gumam Leysa pelan, sedikit meringis ketika ujung bibirnya berdenyut sakit.
Amel tak bersuara karena sedang bersusah payah membombong tubuh Leysa yang lumayan berat itu. Ia tahu Leysa merasakan sakit. Gadis itu banyak menanggung beban, tapi kenapa dia masih bisa tersenyum di keadaan yang menyedihkan ini. Apa dirinya benar-benar jelmaan malaikat.
Hatinya perih, tentu sebagai sahabat ia sangat mengkhawatirkan Leysa.
Menduduki tubuh sahabatnya itu di ranjang Uks. Ia meringis melihat pipi Leysa sudah membiru darah di ujung bibirnya pun mengering.
Dengan buru-buru Amel mengambil kotak P3K dan peralatan lainnya untuk mengompres pipi Leysa. Menepuk jidatnya ketika baru sadar, ternyata ia membutuhkan es batu. Kalau begitu ia harus ke kantin dulu, tapi bagaimana dengan Leysa.
"Ley lo disini yahh jangan kemana-mana gue mau cari es batu buat ngompres wajah lo" Leysa tersenyum kecil sambil mengangguk patut. Kemudian Amel langsung saja berlari menuju kantin.
Suasana ruang Uks yang sunyi membuat Leysa menarik napasnya panjang ketika rasa sakit menusuk dadanya. Kenapa selalu rasa sakit itu datang padahal ia sudah sering mendapatkan perlakuan kejam dari mereka.
"Hiks Ya Allah kapan ini berakhir" tak lagi, ia tak bisa lagi menahan isakan itu. Terlalu menusuk dadanya sampai-sampai matanya pun menjadi pelampiasan hatinya yang sakit. Dengan mengeluarkan air mata, hatinya bisa tenang walau tak sampai tenang sekali, paling tidak ia bisa mengeluarkan sedikit rasa sesak di rongga dadanya itu.
"Firza andai kamu masih hidup a-aku gak mungkin kayak gini. Hiks adik kamu jadiin aku pacar bukan untuk jagain aku, tapi untuk balas dendam" gumam Leysa lirih diikuti tangisan-tangisan memilukannya. Ia mengadu entah pada siapa, disitu tak ada orang selain tiupan angin yang masuk dari jendela yang tak tertutup.
Leysa memegang pipinya yang masih berdenyut sakit, mengelus pipinya sendiri berusaha menyalurkan kehangatan dan kekuatan lewat elusan tangannya. Ayolah ia anak yang kuat. Lihat sejauh ini dia mampu bertahan, disaat ibunya membuangnya ia masih bisa bertahan.
Lesya hanyalah gadis remaja yang begitu banyak cobaan. Ayahnya meninggal saat ia masih kecil, lalu ia tinggal dengan ibunya yang sama sekali tak mengharapkan kehadirannya di dunia ini. Selama masih ada ayahnya ia diperlakukan dengan baik, tapi setelah ayahnya meninggal ibunya memperlakukannya seperti anak tiri padahal ia adalah anak sungguhnya. Hari-hari ia mendapat perkataan kasar dan pukulan dari ibunya, sampai saat dimana ia memasuki sekolah menengah atas, ibunya menikah dan mengusirnya dari rumah. Leysa bingung apa yang harus dilakukannya, dan dimana dia akan tinggal. Namun bukan Leysa namanya jika harus putus asa begitu saja. Dengan uang tabungannya ia mencari tempat kos lalu melamar kerja di sebuah kafe. Bekerja sampingan setelah sepulang sekolah, untung saja pemilik kafe itu baik hati sehingga mau mengerti keadaanya.
"Hiks ayah" isakannya kembali lolos dari bibir mungilnya, "ayah kenapa gak ngajak Leysa. Leysa capek kayak gini terus hiks"
Tangisan gadis itu seolah menjadi lagu dalam ruangan Uks yang sunyi senyap tersebut. Ingin rasanya menghentikan tangisannya tapi ia merasa lega dengan tetesan-tetesan yang keluar dari matanya. Seperti bebannya sedikit menguap.
Amel ikut menangis ketika melihat Sahabatnya yang terisak dalam Uks. Sudah sedari tadi ia balik dari kantin, tapi ia menghentikan langkahnya untuk masuk ketika melihat Leysa yang menangis. Kenapa tuhan begitu kejam pada sahabatnya itu.
Menangislah jika kamu rasa bisa mengurangi beban di hatimu - Leysa.
.
.
Bersambung.....
Vote dan komen yahh gaesss.
Aku balik lagi dengan imajinasi yang berlebihan ini kawan-kawan.
Sumpah aku nulis ini sampai nangis...😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan KeDua
FanfictionSanggupkah aku dengan sikap kamu yang kasar. Kamu yang membuatku nyaman dan cinta tapi kamu juga yang membuatku membenci dirimu. Melihatku menangis tersiksa karena perbuatanmu membuat kamu tersenyum bahagia. Sebenarnya apa mau kamu? Apa memang kelah...