Menurut Leysa apa yang dilihatnya barusan sangatlah sulit dipercaya. Dari awal lelaki itu masuk ke ruangannya, meminta maaf atas apa yang dilakukannya selama ini, bahkan dia sampai menangis karena begitu menyesal dengan apa yang dilakukannya.Memang selalu saja kisah seperti ini, merasakan arti dari penyesalan saat kisah hampir selesai. Ia selalu berpikir kenapa selalu seperti ini? Kenapa tak dari awal saja?. Ia sungguh ingin merasakan saat ini sejak awal ia mengatakan jika dirinya jatuh cinta pada lelaki itu. Namun tuhan seakan mempermainkannya dalam sebuah kisah bernama takdir. Jika ia mampu menyelesaikan permainannya akan mendapatkan apa yang diinginkannya sejak lama. Memang benar akhirnya ia sampai ke titik kesenangan ini. Tapi hatinya seakan bimbang, apakah harus memberi lelaki itu kesempatan atas apa yang dilakukannya atau?. Tolong kali ini saja tuhan membantunya dalam mengambil keputusan. Cukup selama ini ia diam dalam menghadapi kesunyiannya hidup.
Pandangannya memburam sambil memegang dadanya. Dalam keheningan malam ia kembali terisak. Menangisi hidupnya yang tak pernah merasakan bahagia, selain rasa sesak di rongga dadanya yang selalu menemani sunyinya kehidupannya.
"Hiks... sampai kapan?" Lirihnya seraya menutup wajahnya dengan kedua tangan. Isakan memilukan lagi-lagi menjadi lagu dalam kesunyian ruangan rumah sakit ini.
Lelaki yang ditangisinya telah keluar beberapa menit lalu, setelah meminta maaf dengan diiringi tangisan padanya. Namun Leysa seolah bisu, ia diam saja tak mengeluarkan sepatah kata pun untuk lelaki itu. Bukan, bukan karena tak ingin memaafkannya, ia hanya tak percaya jika Dafil bisa menangis, lagi itu karenanya.
Akhirnya ia tahu alasan dari semuanya. Kenapa lelaki itu selalu menyiksanya. Ya, apalagi alasan utamanya kalau bukan karena penolakan yang terjadi beberapa tahun lalu dan saat Firza meninggal hanya karena menolongnya. Lelaki itu menjelaskan semuanya secara rinci. Tentang kebenciannya yang ternyata mengandung rasa cinta yang begitu dihindarinya. Dafil, dia lagi-lagi mengungkapkan fakta baru dari bibirnya. Bahwa dia mencintai Leysa, hanya saja rasa itu tertutup oleh dendamnya yang mengakibatkan kebenciannya mendalam.
Leysa tentu percaya dengan penjelasan Dafil, dalam hati kecil maupun besar selalu percaya pada lelaki itu, walaupun apa yang dilakukannya dulu. Tapi ia tetap percaya. Karena apa, Leysa terlalu mencintainya hingga rasa itu menyiksanya dengan terus bertahan pada Dafil yang selalu berperilaku kasar padanya.
Kan, ia memang gadis bodoh. Kenapa rasa cintanya tak berkurang sedikit pun. Kenapa semakin bertambah saat melihat lelaki itu mengatakan sebenarnya kemudian meminta maaf padanya.
"A-aku cinta sama kamu Fil, hiks dan aku benci sama diri aku yang gak bisa ngilangin rasa ini" ia bergumam. Menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak.
.
.
.
Sam mengeratkan pegangannya pada kenop pintu tersebut. Ia mendengar semua lirihan gadis itu yang menyakitkan. Rasanya mengganjal memang, seolah ia tak terima kenyatannya jika Leysa masih menyayangi lelaki brengsek yang sayangnya merupakan sahabat dekatnya itu.
Namun ia bisa apa selain membiarkan Leysa memilih kebahagiannya sendiri. Ia tak boleh bersikap egois dengan memaksa Leysa membeci Dafil karena perlakuannya dulu. Lagipula ia hanyalah orang baru yang masuk ke dalam hubungan mereka. Walau ia memang mempunyai niat baik dengan menolong Leysa, tetap saja ia tak berhak untuk menentukan kebahagiaan gadis itu.
Jadi sekarang ia hanya perlu mengikuti alurnya saja. Tanpa perlu ikut campur hubungan mereka, kecuali jika Leysa kenapa-napa karena Dafil.
"Sam" lelaki itu tersentak ketika ada tangan yang menepuk pundaknya. Ia segera berbalik, mencari tahu siapa pelakunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan KeDua
FanfictionSanggupkah aku dengan sikap kamu yang kasar. Kamu yang membuatku nyaman dan cinta tapi kamu juga yang membuatku membenci dirimu. Melihatku menangis tersiksa karena perbuatanmu membuat kamu tersenyum bahagia. Sebenarnya apa mau kamu? Apa memang kelah...