Chapter 10

369 19 1
                                    

Kedatangannya kembali ke kos mengundang banyak tanya, karena mereka sempat kaget mendengarnya baru saja keluar dari rumah sakit. Beberapa orang berdatangan menanyakan keadaannya, Leysa menjawab dengan senyuman hangat dan berkata bahwa ia baik-baik saja. Membuat mereka bersyukur, walau bagimana pun mereka tahu bahwa Leysa adalah gadis pekerja keras.

Leysa membuka pintu kamarnya, suasana dalam kamar kosnya masih seperti biasa saat ia memasukinya. Masih terlihat rapi karena terakhir kali ia meninggalkan kamarnya dengan keadaan bersih. Kepalanya menoleh pada seseorang yang ikut masuk dan duduk di tempat tidurnya tersebut. Tak ada kata yang keluar dari mulutnya, namun senyumnya merekah saat ingatan hari kemarin singgah di kepalanya. Saat lelaki itu memohon maaf padanya dan meminta kesempatan kedua. Ia tentu saja memberikannya karena apa. Alasannya hanya satu. Cinta. Ia terlalu mencintai lelaki itu hingga sulit rasanya untuk tidak memberikan kesempatan padanya. Lagipula setiap orang memang membutuhkan kesempatan kedua, jika ia bersungguh-sungguh pasti semua yang hal buruk yang dilakukannya dulu bisa tergantikan dengan apa yang akan dilakukannya kedepan nanti. Kita tidak tahu, jadi jalani saja dulu.

"Kamu ngapain berdiri aja disitu?" Pertanyaan itu membuat lamunan Leysa buyar. Mendengar Dafil berbicara lembut padanya membuat sesuatu dalam dadanya bergejolak. Rasa bahagia menggoroti hatinya.

"Ah em gak kok" ucapnya gugup. Sedikit canggung dengan suasananya karena tak pernah sekalipun ia berada di suasana nyaman seperti ini.

Tanpa diberitahu pun Dafil paham kenapa Leysa terlihat canggung. Karena gadis itu belum pernah melihat sisi lembutnya seperti ini. Dengan gerakan pelan ia beranjak lalu mendekat, menarik tubuh Leysa ke dalam pelukannya. Menenggelamkan kepala gadis itu di dada hangatnya. Gerakan pelan ia mengelus kepala Leysa. Entah mengapa ia jadi suka sekali memeluk gadis itu, jika tahu begini rasanya memeluk Leysa sudah dari lama ia melakukan hal ini.

Tubuhnya menegang, masih belum terbiasa dengan pelukan Dafil. Namun ia tetap menyukainya, sensai hangat yang seakan melindunginya dari sesuatu yang berbahaya. Tanpa sadar kedua tangannya terangkat memeluk pinggang lelaki itu.

Keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing. Dafil tengah tersenyum kecil seraya mengelus kepala gadis itu. Sedangkan Leysa tengah menarik napas panjang dalam pelukan Dafil. Air matanya lagi-lagi mengalir begitu saja, ia belum bisa percaya bahwa Dafil melakukan hal ini padanya.

Dafil melepaskan pelukannya tiba-tiba ketika merasakan bahwa kaosnya basah. Menangkup kedua pipi Leysa seraya menghapus air matanya dengan jari ibunya. "Kenapa nangis?" Tanyanya lembut.

Leysa menggeleng sambil tersenyum lebar, "aku cuma gak percaya aja"

Memajukan wajahnya lalu mencium lama jidat gadis itu. Leysa menutup matanya saat benda kenyal itu mendarat di jidatnya. Tanpa bisa ditahan, bibirnya membentuk kurva. Senyuman bahagia.

"Sekarang kamu percaya?" Leysa mengangguk kecil.

Dafil tertawa melihat wajah malu-malu Leysa yang begitu menggemaskan. Tanpa sadar ia kembali mencium pipi tirus gadis itu dan membawanya ke dalam pelukan hangatnya.

Satu yang dipahaminya sekarang ini. Ia mencintai gadis itu dari dulu namun rasa cintanya nampak saat rasa dendamnya menghilang.

.

.

.

Leysa mengedipkan matanya bingung saat melihat Dafil yang baru saja masuk ke dalam kamarnya dengan membawa kantong besar. Lelaki itu tersenyum lebar lalu ikut duduk melantai bersama Leysa.

Tadi lelaki itu berkata akan keluar sebentar, dan tak lama kemudia kembali sambil mententeng kantong. Entah apa isinya itu.

“Ini makanan” ucapnya seolah tahu bahwa Leysa sedang bertanya-tanya dalam pikirannya.

Kesempatan KeDuaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang