Sore cuaca cukup bagus untuk berjalan-jalan keluar, apalagi ini hari libur. Jadi Leysa memilih untuk ke taman menikmati keramaian sore hari yang mungkin saja bisa sedikit menghibur hatinya.
Kaos berwarna biru muda polos yang sedikit ketat dengan celana jeans di atas lutut, itulah yang dikenakan sekarang. Hanya sederhana saja tapi mampu membuat beberapa orang yang melihatnya terpesona. Apalagi ia dengan sengaja mengurai rambut panjangnya karena masih basah, biasanya ia selalu mengikat cepol rambutnya tapi kali ini tidak.
Beberapa kali anak muda yang seumuran dengannya bersiul padanya, tapi dasar Leysa si gadis pemalu. Ia hanya menunduk.
Matanya berhenti pada gerobak es krim, begitu menggiurkan, pikirnya. Waktu kecil ayahnya sering membelikannya es krim, jadi ia merupakan salah satu gadis penikmat es krim. Tapi semenjak ia bekerja dan tinggal sendiri, jarang membelinya karena ia harus berhemat apapun yang ingin dibelinya harus ditahan, karena ia harus memikirkan uang kos serta makan sehari-harinya.
"Kali ini beli aja deh" gumam Leysa sambil tersenyum kecil. Ia merogoh uang di kantong celananya dan mendapati uang selembar bernilai sepuluh ribu.
Leysa pun berjalan mendekat pada gerobak itu. Matanya berbinar seperti anak kecil. Kalau dilihat-lihat pun hanya dirinya yang paling besar berdiri sebagai pembeli. Tapi biar saja, toh diri-dirinya.
"Bang yang vanila berapaan?" tanya Leysa.
"Tujuh ribu dek"
"Saya satu bang" Abang es krim mengangguk lalu mengisi cup es krim dengan rasa yan diucap Leysa tadi.
Abang itu menyodorkan cup yang sudah berisi es krim di hadapan Leysa. Leysa menerimanya lalu memberikan uangnya. Tak menunggu lama, abang itu kembali menyodorkan uang kembaliannya.
"Makasih bang"
"Sama-sama dek"
Leysa pun berbalik lalu mengedarkan matanya pada seluruh penjuru taman. Ada kursi taman yang kosong. Tanpa berpikir panjang ia langsung menuju ke tempat duduk tersebut.
Setelah sampai ia menduduki dirinya di bangku itu, ia tersenyum sambil menatap es krimnya yang belum disentuh lidahnya itu. Oke waktunya mencicipi es krim yang menggirukan itu.
Baru saja mulutnya akan menyambar benda lembut mania dan dingin itu, tapi terhenti saat matanya menangkap anak kecil yang sedang melihat es krimnya penuh minat. Ia balas menatap wajah anak kecil berumur sekitar enam tahun tersebut, rambut dan poninya pendek. Matanya bulat dengan pipi yang gembul. Ia jadi gemas sendiri melihat wajah gadis itu.
"Halo. Kamu mau es krim ini?" tanya Leysa lembut.
Gadis itu mengangguk antusias.
"Ini ambil aja punya kakak, belum dimakan kok"
Mata bulat gadis itu berbinar, wajahnya yang tadi terlihat murung kini tersenyum lebar menampilkan gigi depannya yang bolong, "wahh makasih kakak cantik" lalu mengambil es krim yang disodorkan oleh Leysa.
"Iya sama-sama. Yuk duduk di samping kakak" gadis itu kembali mengangguk, dan Leysa pun membantunya untuk naik ke atas kursi.
"Nama kamu siapa?" tanya Leysa sambil mengelus lembut kepala gadis kecil yang asik dengan es krim itu.
"Kila"
"Imutnya" gumam Leysa gemas sendiri melihat mulut gadis bernama Kila itu sedikit belepotan.
"Kila kesini bareng siapa?"
"Paman tapi gak tau kemana jadi Kila jalan sendiri aja"
"Kila gak boleh jalan sendirian nanti kalau diculik gimana. Pasti paman Kila juga khawatir"

KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan KeDua
FanfictionSanggupkah aku dengan sikap kamu yang kasar. Kamu yang membuatku nyaman dan cinta tapi kamu juga yang membuatku membenci dirimu. Melihatku menangis tersiksa karena perbuatanmu membuat kamu tersenyum bahagia. Sebenarnya apa mau kamu? Apa memang kelah...