Cerly menatap kedua temannya secara bergantian sambil tersenyum, "gaes mulai!" perintahnya.
Leysa menelan ludahnya takut saat merasa keadaan ini. Ia tak tahu apa yang akan dilakukan mereka.
Memekik sakit ketika Sita ikut menjambak rambutnya dan Rina menampar pipinya. Air matanya kembali menetes saat rasa sakit itu menghantamnya bersama-sama. Pipinya yang semalam ditampar Dafil belum sembuh kini mereka tambah menamparnya.
PLUKK
Ia menutup matanya ketika cairan telur yang pecah di kepalanya itu mengalir di wajahnya. Perutnya seperti terkocok menciun aroma amis dari telur itu, ia mual seketika.
"Week tangan gue ikut kena" keluh Sita sambil mengibas-ngibaskan tangannya.
"Udah lanjut aja"
Rina mengangguk antusias mendengar ucapan Cerly dengan semangat 45 ia mengambil botol yang berisi cairan berwarna hitam pekat.
"Hiks ja-jangan a-aku minta maaf"
"Gue sih owh aja yah" gumam Rina sambil membuka tutup botol tersebut. Sebelumnya ia menyuruh kedua temannya menjauh agar tak terkena cimprakan air bau busuk yang diambil di comberan sekolah, bukan dia yang mengambil tapi orang suruhannya.
Rina menendang kuat lutut Leysa dari belakang sampai membuat tubuh gadis itu terjatuh. Tanpa menunggu lama ia langsung menyiram air busuk itu ke wajah Leysa.
"Wahahaha lumayan juga yah" Rini menepuk kedua tangannya girang karena melihat hasil karyanya.
"Ihh bau banget" keluh Sita sambil menutup hidungnya, begitu juga dengan Cerly.
"Yaudah kita pergi aja, gue gak tahan bau banget" Rini dan Sita mengangguk mendengar ucapan Cerly, selanjutnya mereka berjalan keluar meninggalkan Leysa yang tengah duduk meringkuk sambil terisak.
"A-aku capek hiks kayak gini terus. Kapan ini berakhir, ke-kenapa harus a-aku hiks aku salah apa?" ia menepuk dadanya sambil menggigit bibir dan menutup matanya kuat-kuat.
"Ke-napa gak dari lahir kamu ambil aja nyawa aku, hiks kenapa malah biarin ak-u tersiksa kayak gini" gumamnya lirih.
"INI GAK ADIL HIKS KAMU KASIH AKU COBAAN BERAT KAYAK GINI TAPI ORANG LAIN GAK, KENAPA MEMANG AKU SALAH APA SAMA KAMU?" teriakan memilukan Leysa memenuhi kelasnya yang sunyi senyap. Hatinya berdenyut sakit saat Tuhan mempermainkan takdirnya seolah ia tak bisa mendapatkan kebahagiaan sekali pun.
"Hiks a-aku salah apaa? Tolong bilang sama aku" lirihnya.
.
.
.
Menahan napas sambil membuka perlahan pintu atap tersebut. Sunyi, tak ada seorang pun yang ada disitu, dan ia menyukainya. Ini bagus untuk menenangkan diri.
Untung saja ia selalu menyimpan baju olah raganya di loker, jadi tadi ia membersihkan diri di toilet sekolah, lalu mengganti seragam olah raga.
Tapi setelah berganti ia tak langsung ke kelas karena bel sudah berbunyi ditambah ia memakai pakaian olah raga, pasti tak akan dibiarkan masuk. Jadi ia memilih membolos dan datang ke tempat ini. Atap sekolah, untuk menenangkan pikirannya.
Angin sejuk bertiup membuat beberapa anak rambutnya berterbangan menggelitik wajahnya. Ini yang membuatnya suka sekali datang ke atap, suasananya menenangkan hati dan pikiran. Apalagi disaat banyak beban, tempat ini bisa menjadi salah satu rekomendasi menenangkan diri.
"Haa sejuk" gumamnya lirih sambil menutup matanya.
Sedikit meringis ketika luka di jidatnya berdenyut, ia mengelus pelan perban yang sudah berwarna gelap tersebut, yah berubah warna karena kelakuan Cerly dan teman-temannya tadi.
![](https://img.wattpad.com/cover/219053577-288-k557211.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kesempatan KeDua
FanfictionSanggupkah aku dengan sikap kamu yang kasar. Kamu yang membuatku nyaman dan cinta tapi kamu juga yang membuatku membenci dirimu. Melihatku menangis tersiksa karena perbuatanmu membuat kamu tersenyum bahagia. Sebenarnya apa mau kamu? Apa memang kelah...