PROLOG

31 6 6
                                    

Kenangan masa lalu selalu hadir kembali, sekelebat. Ah, bukan sekelebat. Tapi, berputar sangat jelas.

Tentang tawanya semerdu lagu tidur. Tentang suaranya seindah dongeng tidur.
Tentang binar mata seindah kelap-kelip bintang.
Tentang senyuman hangat seperti pelukan di bawah langit dingin.

Seharusnya, semua itu bukan hanya terjadi di masa lalu. Tapi, juga di masa depan. Memang, semua itu kembali hadir di masa depan. Namun, dengan orang yang berbeda, juga perasaan yang berbeda pula.

KEDUA insan berdiri di bawah langit hitam bertabur bintang, dengan hiruk pikuk perkotaan besar yang ramai. Tapi, keramaian itu seakan tidak terdengar.

Saling menatap satu sama lain, helaan napas terdengar dari pihak lelaki. Tampak asap yang keluar dari mulut saag berbicara karena suhu yang lumayan dingin. "Ayo pulang," rayu laki-laki itu sejak satu jam yang lalu.

Bukan mendapat jawaban. Namun, yang laki-laki itu dapatkan adalah tatapan mata tajam namun juga dengan genangan air mata di pelupuk. "Lo juga bales dendam ke gue. Dengan cara sama-samain gue sama masa lalu lo itu?!!" tandas perempuan itu dengan suara rendah namun penuh penekanan.

"Jawab!" tekan si gadis itu.

Lelaki itu berusaha meraih tangan perempuan di hadapannya. Namun, dengan cekatan cewek itu menepisnya. "Dengerin gue," kata laki-laki itu seraya memegang kedua pundak si cewek. "Gue bener-bener sayang sama lo. Dia masa lalu gue dan lo masa depan gue!"

Di dorongnya dada laki-laki itu supaya menjauh. "Bohong! Dasar pembohong!"

"Apa lo perlu bukti?" tanya laki-laki itu dengan sabar.

"Iya! Gue perlu bukti!!"

"Aku gak bohong demi apapun, dia cuma sebatas masa lalu. Aku udah lupain dia dari lama... dari awal aku cinta sama kamu. Kamu masa depan aku," katanya seraya menggenggam tangan perempuan di depanya. "Bukti yang aku punya, aku benar -benar mencintai kamu."

Senyuman di bibir muncul perlahan-lahan saat mendengar pengakuan dari lelaki itu. "Dasar buaya!" ejek perempuan itu seraya tersenyum.

"Anjir, udah romantis pake aku-kamu juga."

"Alay!"

"Bodo!" ucap laki-laki itu setengah marah. "Tapi lo percaya 'kan?"

Gadis itu mengangguk. "Iya gue percaya!" Memeluk dengan erat tubuh lelaki jakung itu.

Lelaki itu juga membalas pelukan yang tak kalah erat, tak membiarkan angin menyelusup. Di bawah langit malam bertabur bintang menjadi saksi bersatunya mereka berdua.

Hai hai aku kembali lagi datang dengan cerita baru :)

Cerita ini collaborasi dengan temen saia :v
yaitu; faniiagustinii_
Ayo sungkem dulu sama fani ;)

A/n; Jadi buat yang bingung, aku jelasin ya. Aku sama temen aku Fani, kita collaborasi. Otomatisasi ceritanya sama, yang membedakan dari cerita Adios adalah prolog-nya, sengaja kita berdua bikin prolog yang berbeda. Tapi, untuk alur cerita tetep sama, isi tiap bab juga sama. Bisa baca di akun faniiagustinii_ atau akun aku
yellow-bubble, gak usah bingung mau baca yang mana karena sama. Mau baca dua-duanya juga boleh, lagian alurnya sama ceritanya sama.

28 April 2020

AdiosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang