PART 24. Flashback

1 1 0
                                    

Setidaknya dengan berharap, manusia masih percaya pada Tuhan. Salah satunya berharap untuk selalu bersama dan saling menggengam. Tapi takdir selalu berkata lain. — Haris Adhyastha❞

BARCELONA.

Minggu pagi sambil membawa kamera yang menggantung di leher, Haris berjalan mengikuti Fara. Gadis itu nampak bersemangat menyusuri jalan La Rambl, salah satu jalan yang dikhususkan untuk penjalan kaki. Di sisi kanan dan kiri jalan banyak pepohonan rindang yang menghiasi pinggir jalan.

"Fara," panggil Haris. Gadis itu langsung menoleh, lalu mengenyit. "Istirahat dulu, kamu pasti capek."

Gadis itu mengangguk, lalu meraih lengan Haris untuk digandeng. "Aku juga lapar. Mungkin kita bisa pesan makanan di salah satu kedai."

"Ayo."

Haris mengajak Fara pergi ke salah satu tempat makan langganannya. Setelah mempersilakan Fara duduk terlebih dahulu, Haris memanggil salah satu waitress. Haris nampak memilih-milih makanan pada buku menu yang diberikan waitress tersebut.

Haris tidak perlu bertanya pada Fara, apa makanan yang ingin gadis itu makan. Karena Haris sendiri sudah tahu makanan kesukaan Fara.

"Setelah ini mau kemana lagi?"

"Ke mana aja asal sama kamu."

"Aris!"

"Iya kan, aku beneran."

Fara kembali diam, ia menatap sekeliling sangat ramai dengan orang-orang yang berlalu-lalang. Fara menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga, lalu pandangannya kembali menatap Haris lurus. Lelaki itu sedang senyum-senyum seraya bertopang dagu. "Ngapain senyum-senyum gitu?!"

"Liatin kamu." Cantik. Fara itu unik dan tentunya menarik. Menarik karena dapat membuat Haris terpikat dengan Fara. Bisa dibilang Fara itu bongsor, tingginya tidak seperti anak kelas 9 SMP namun seperti anak kelas 11 SMA. Tapi jika disandingkan dengan Haris, tentu saja Haris lebih tinggi daripada Fara.

Rambut pirang sepunggung menjadi daya tarik seorang Fara, gen dari Papanya lah yang membuat rambut Fara pirang. Sedangkan wajahnya persis seperti Mamanya, khas jawa. Sedangkan mata dan hidung seperti Papanya.

Netra Haris terus tenggelam akan kecantikan Fara yang natural. Bocah ingusan di depannya sudah bertubuh besar nan cantik rupanya.

"Disfruta la comida," ucap waitress perempuan setelah meletakkan menu yang dipesan Haris. Dia bilang: Nikmati makanannya.

"Gracias,"  jawab Haris. "Nih Tortilla, makanan kesukaan kamu." Haris menggeser piring yang berisi Tortilla Espanola, pizza khas dari Spanyol. Haris mengatakan: Terima kasih.

"Lalu, kamu pesan apa?" tanya Fara heran.

"Sepiring berdua."

"Tapi kamu makan satu potong aja. Sisanya buat aku semua."

"Sebenarnya sih udah kenyang."

"Bukannya waktu kita berangkat ke sini kamu belum makan?"

"Iya. Aku kenyang liatin kamu," ucap Haris menggoda Fara.

Untuk kesekian kalinya Fara merotasikan bola matanya. Gadis itu mulai memakan Tortilla-nya, sesekali matanya
memperhatikan sekitar. Tanpa Fara sadari,  Haris memotret wajah Fara dari samping. Candid. Walaupun hanya terlihat separuh wajah saja, tetapi kadar kecantikan Fara sama sekali tak berkurang. Apalagi foto yang Haris ambil saat Fara tidak sadar.

AdiosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang