PART 6. Menyelamatkan

10 2 0
                                    

❝Jangan pernah merasa takut, karena aku selalu berusaha melindungi mu. -Adhyastha Haris❞

"BENERAN lu?"

"Iya beneran. Beuh cakep banget! Putih bersih bening banget!" ucap Matt penuh semangat. "Lumayan gue bisa cuci muka."

Kata Matt, hari minggu kemarin dirinya pergi ke pantai untuk membidik pemandangan pantai sampai menunggu sunset indah. Sejak berbunyinya bel istirahat pertama, Matt sangat menggebu-gebu dalam menceritakan pengalamannya ke pantai bertemu dengan wanita bule, dasar Matt seperti tidak pernah melihat bule saja.

Sedangkan Haris menyimak bosan, lagi pula dirinya tidak terlalu tertarik membahas bule-bule. Lagian dirinya kan juga bule! Memang dasarnya Matt ndeso Dana juga iya.

"Udah lah mau ke kantin apa gak nih?" tanya Haris.

"Hah?" jawab Matt bingung, lalu beberapa saat sadar akan pertanyaan Haris. "Lahh kuyy!" katanya bersemangat 45.

"Dah lah nanti sambung lagi. Cacing gue meronta-ronta minta di kasih makan." Dana mengelus perut ratanya.

Matt dan Dan berjalan keluar tanpa mengajak Haris, diiringi dengan Matt yang kembali bercerita tentang bule yang dirinya temui di pantai.

"Lah sialan gue yang ngajak, malah gue yang di tinggal!" gerutu Haris. Lelaki itu buru-buru berjalan mengikuti kedua temenya. Beruntung Dana dan Matt belum terlalu jauh.

"Kirim ke gue foto bule-nya, mau gue cetak yang besar terus gue tempelin di kamar. Biar tiap malem gue pantengin terooos," celoteh Dana, yang meminta dikirimkan foto bule itu untuk di jadikan panjangan di kamar.

"Pasti lahh, belum gue pindah ke laptop. Nanti pulang sekolah gue kirim."

Haris harus menutup telinganya karena celotehan kedua temanya yang sedari tadi membahas wanita bule itu. Haris seperti tidak di anggap saja, lelaki itu berjalan di belakang Dana dan Matt. Memasukan kedua tanganya di saku celana, menambah kesan cool. Yang membuat beberapa siswi yang berjalan di koridor hampir memekik karena melihat wajah kebule-bule-an milik Haris.

"Emang pesona gue gak di ragukan," gumam Haris sangat pelan. Di persimpangan koridor, Haris melihat Fely sedang berjalan bersama ketiga temanya, yang baru saja keluar dari kelas. Terlintas ide di otak Haris, lelaki itu berjalan mendekati Fely. Tanpa memperdulikan Matt dan Dana.

"Eh gue udah lama gak ke El Café's, Fel," Kata Vania.

"Boleh tuh! Kita atur jadwalnya aja," ucap Fely. "Gimana setuju kan, Nai? Iva?"

"Ikut aja," jawab keduanya bersamaan.

"Oke deh, nanti gue sama Fely atur jadwal di grup," jelas Vania. "Gue juga pengin ketemu Mas Adnan, tuhkan jadi--"

"Hola ciwi-ciwi gemes minta di cekik."

Mereka berempat kaget dengan ke datangan Haris tiba-tiba. Apalagi lelaki itu merangkul erat bahu Fely.

Fely meronta minta di lepaskan. "Haris lepasin!"

Haris tidak menggubris perkataan Fely, dengan entengnya lelaki itu berucap. "Eh kalian mau ke kantin ya? Gue ikut yuk!"

Ketiga teman Fely cengo melihat Haris senyum-senyum seperti orang idiot.

Lama mendapat jawaban Haris lebih dahulu berjalan bersama Fely ke kantin. Gadis itu berusaha melepaskan diri dari rangkulan Haris. "Heh lepasin!"

"Hust diem kek singa aja lo." Haris mempererat rangkulanya.

"Sialan ngatain gue singa!" kepala Fely seperti sudah bertanduk gara-gara Haris.

AdiosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang