❝Apa pun yang kamu katakan, kuanggap sebagai paksaan. -Felysia Aileen❞
№
FELY buru-buru melepaskan helm-nya lalu melemparkannya pada wajah Haris. Beruntungnya cowok itu dengan cekatan menangkapnya. "Gila! Bar-bar banget tuh cewek. Mana gue ditinggalin lagi."
Tampaknya Haris cepat-cepat menyusul langkahnya ke dalam kafetaria El Café's. Bunyi lonceng di atas pintu kontan berbunyi ketika Fely masuk.
Begitu menyusul masuk, Haris disuguhkan dengan raut wajah para pengunjung kafetaria yang terang-terangan menunjukkan ekspresi terkagum-kagum ketika melihat tampang bule Haris. Dengan sengaja, cowok itu melayangkan senyum maut yang sontak membuat siapa saja yang melihatnya menggigiti jarinya sendiri. Haris meringis pelan melihatnya.
Nyaris lupa dengan tujuannya berada di sini, Haris pun menghampiri waitress perempuan yang tak jauh darinya. "Eh, lo liat Fely gak?" tanyanya yakin. Karena setahu Haris, cewek itu sering mengunjungi tempat ini. Otomatis para pekerja di sini mengenali anak sang pemilik kafetaria.
Waiterss itu malah terdiam memandangi Haris sembari menunjukkan ekspresi terpesona. Sampai Haris berdeham sejenak. "Hah-Ekhem, Mbak Fely barusan ke lantai atas, Mas!"
"Di sebelah mana?" tanya Haris.
"Lewat tangga di pojok sana. Lalu, nanti di atas ada ruangan private yang hanya boleh diakses bila diizinkan." Waiterss itu dengan profesional menjelaskan dengan detail. Namun tetap saja pandangannya tak luput memuja wajah tampan Haris.
Haris manggut-manggut paham. "Gue dapet izin, nih?"
Waiterss itu mengangguk. "Namanya Mas Haris?" Ia bertanya dan Haris pun mengangguk. "Pak Arka telah mengizinkannya."
"Oke, makasih."
"Sama-sama, Mas Haris."
Dan masih sempat-sempatnya Haris menggoda waiterss itu dengan mengedipkan sebelah matanya ke arahnya. Hingga membuat waiterss itu tersipu.
№
"Hayo, loh! Lagi ngapain lo?"
Fely sontak terkesiap. Nyaris terjatuh dari kursi saking kagetnya. Ia menatap tajam si pelaku dan rasanya ingin menerkamnya saat ini juga. Lalu ia tersadar dan mengembuskan napas lelah. Fely melengos. Setelah itu terdengar derit kursi yang tertarik. Cewek itu masih diam saja.
"Bagi dong! Haus banget gue." Tanpa mendapatkan izin darinya, Haris dengan cekatan mengambil alih minuman ice coffee dari genggaman Fely agar berpindah pada genggamannya.
Haris meminum isinya tanpa menyadari bahwa Fely membeliak. Dan rasa ingin menerkamnya saat ini juga makin menjadi-jadi.
"Itu minuman bekas gue!" pekik Fely.
"Terus kenapa?"
Fely terperangah malas. "Terus kenapa? Lo tanya terus kenapa? Itu minuman bekas minum gue, gila!" Ia berdecak kesal. "Dasar kebawa-bawa kebiasaan di luar negeri!"
"Hah?" Sayangnya, Haris belum paham. Dan sayangnya, dengan begitu Fely semakin kesal.
"Sana lo pulang!"
"Lo kenapa, sih?" Raut wajah Haris tampak kebingungan. Membuat Fely mencak-mencak melihat tingkah sok polosnya itu.
"Lo nyuri first kiss gue!" pekik Fely.
"Hah?"
Fely sontak tersadar dan bola matanya membola. Ia menutup mulutnya dan meruntuki dalam hati kenapa harus berbicara selantang itu. Jika saja ia bisa sulap, ia ingin sekali menghilangkan dirinya sekarang juga dari hadapan Haris. Abrakadabra! Fely menghilang dan tiba-tiba ada di kota Barcelona bukan di kota Jakarta! Tring! Mantranya tidak berhasil sama sekali. Cewek itu pun hanya bisa menunduk karena sudah kepalang malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adios
Teen Fiction[ follow dulu sebelum membaca! ] Awal yang baru bagi seorang Haris. Ah, semuanya serba baru bagi Haris. Tinggal di perumahan elit dengan banyak tetangga, membuat Haris mengenal perempuan bernama Fely, tetangga samping rumahnya. Hari-hari baru Haris...