PART 20. Taman Safari

3 1 0
                                    

Kamu salah satu obyek favorit, yang membuat fokusku hanya padamu saja. —Adhyastha Haris❞

WAKTU berlalu cepat dan hubungan Haris dan Fely berjalan mulus seperti jalan tol. Walaupun Fely yang sering ngambek, itu sebenarnya karena Haris yang bersikap semena-sena. Haris sering meminta Fely untuk mentraktir dirinya sendiri. Ketika Fely ngambek atau marah, Haris punya 1001 cara agar Fely mau memaafkannya.

Seperti sekarang ini, Haris mengajak Fely ke Taman Safari. Kali ini Haris berjanji akan membayar semuanya, mulai dari; bensin, uang parkir, tiket masuk ke Taman Safari, spai membayar wahana—yang rencananya akan mereka coba, dan yang terakhir uang makan.

Itu pun hasil mengumpulkan sisa uang jajan, yang sangat lebih dari cukup untuk berkeliling Taman Safari. Sekali-kali membuat Fely senang tidak masalah bukan?

"Ris, lo beneran punya duit, 'kan?" tanya Fely.

Seketika Haris mengintip dari spion motor, pandangannya bertemu dengan netra Fely. Wajah gadis itu nampak was-was. "Beneran, Fel. Gue nggak bakal malu-maluin lo kok. Kali ini aja, sih."

"Awas ya sampai lo enggak punya duit, terus minta gue yang bayarin!"

"Iya, Sayang. Kan hari ini khusus banget aku yang ngeluarin duit buat menyenangkan hatimu."

"Najis!" cela Fely seraya menggeplak kepala Haris yang tertutupi helm.

Haris tergelak, sampai matanya menyipit. Lelaki itu memarkirkan motornya di parkiran khusus motor, lalu turun dari motor diikuti Fely.

"Bocil gandengan dulu biar nggak ilang," ujar Haris sambil menggandeng Fely.

"Gue nggak bocil!" Mata Fely melotot mendengar ucapan Haris.

Lelaki itu terkekeh lagi. Haris membeli karcis masuk ke dalam Taman Safari, setelah mengantre sebentar. Lalu keduanya pun dapat masuk ke dalamnya. Haris melirik Fely yang tampak bersemangat, binar matanya terlihat jelas.

"Ke kandang macan sama singa, yuk, Ris."

Tanpa diduga, Fely lebih dulu menggenggam tangan Haris. Lelaki itu pun menarik salah satu sudut bibirnya. Sementara tangan yang bebas dia masukan ke dalam celana jeans pendeknya.

"Noh! Spesies lo jangan lupa disapa," ujar Haris berdiri di depan kandang singa.

Fely tidak menggubrisnya Gadis itu kembali menggandeng tangan Haris, mengajak Haris ke kandang harimau.

"Ris, gue pengin foto sama harimau dong. Kayak yang itu." Fely berujar seperti anak kecil yang meminta gulali pada ayahnya, tak lupa tangannya yang menunjuk segerombolan orang yang mengantre ingin berfoto dengan harimau.

"Takut nerkam deh. Kek lu." Haris mau-mau saja kok, menuruti keinginan Fely. Lagi pula, harimau itu dijaga petugas. Haris hanya pura-pura menolak, untuk melihat respons Fely.

"Hih, pelit." Fely memajukan bibirnya.

"Pacar aku gemoi banget, ih." Haris terkekeh seraya mencubit kedua pipi Fely, gemas. "Ayo, kita foto bareng harimau."

"Yuk!"

Pokoknya hari ini wajah Fely dihiasi senyuman.

"Mbak, harimau-nya aman apa nggak, sih?" tanya Haris ketika keduanya sudah sampai di tempat berfoto dengan Harimau.

"Aman kok, Mas," ucap penjaga itu.

"Gih, Fel. Katanya mau foto bareng."

"Sama lo ya, mbak-mbaknya yang fotoin," ujar Fely seraya menarik ujung hoodie Haris.

AdiosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang