PART 3. Naik pitam

12 2 0
                                    


❝Karena ulahmu, aku menganggap musuh salah satu cogan di dunia ini yaitu: kamu. —Felysia Aileen❞

BARU saja Fely memasuki gerbang sekolah. Namun sudah disambut hangat oleh ketiga temannya. Siapa lagi kalau bukan Vania, Naila, dan Iva. Naila mencegatnya hingga membuatnya merotasikan bola mata jengah. "Apa?"

"Mau nyambut lo," ucap Vania.

"Selamat pagi, Fely." Naila membungkukkan tubuhnya menghadap Fely. Kekehan renyah Vania keluar dari mulutnya. Iva yang berdiri di samping Vania tidak banyak mengeluarkan ekspresi.

Fely memicingkan kedua matanya merasa ada yang aneh. Sejak kapan dirinya disambut seperti ini oleh ketiga temannya? Biasanya juga ia yang selalu ternistakan.

Tidak ingin ambil pusing, Fely melenggang masuk dan dengan cepat diikuti ketiga temannya. Di seberang sana tiba-tiba pandangannya menatap seseorang yang juga sedang menatap ke arahnya. Orang itu mendekat dengan senyum jahil khasnya. Di belakangnya ada dua cogan dengan tampang lumayan namun kebanyakan cengengesan. Seketika Fely berdecak kesal.

"Kok lo ninggalin gue?"

"Hah?" Bukan hanya Fely saja yang terkesiap. Lima orang yang ada di dekat mereka pun menunjukkan ekspresi yang sama. Fely menatap cowok yang berucap tadi dengan tatapan ingin memangsa.

"Lo putusin dia?" tanya Naila, polos. Menatap Fely dengan raut wajah tidak terdefinisikan. "Kok gue gak tau ya, jadiannya kapan."

"Baru masuk sekolah lo udah punya pacar dan begonya malah udah putus?" Cogan dengan tampang urakan berceletuk dan seketika cogan dengan kamera di lehernya menimpuk kepala temannya itu.

"Bego!" maki Fely pelan. "Mau apa lo, hah?" Baru kali ini seorang Fely tidak kalem di hadapan cogan. Ah, sepertinya cowok itu tidak termasuk dalam daftar cogan-nya di sekolah ini. "Gak usah ngomong sama gue!"

"Lo dendam sama gue?" Senyum miring tercetak jelas. Namun, raut wajah petakilannya tidak luntur sama sekali.

"Lo—murid baru yang langsung terkenal itu, kan?" Vania angkat suara. Cewek itu sedari tadi meneliti cowok di hadapannya. "Dan nama lo itu—Haris. Iya, kan?"

Haris mengangguk bangga. Lalu ia melirik Fely seolah ingin bilang, "See? Gue cogan yang famous!"

"Lo pacaran sama Fely?" tanya Naila. Sumpah tuh anak ngeselin, sampai pengin mutilasi. Fely mengerling malas.

"Enggak!" tukas Fely dan Haris serentak.

"Cieee... kompak!" goda cogan yang terkalung kamera.

"Up to you!" sembur Fely. Lalu ia melenggang pergi begitu saja. Meninggalkan mereka yang masih kebingungan, kecuali Haris.

"Kenalan dong, nama lo siapa? Gue Matt. Cowok ganteng seantero SMA SMART."

"Namanya Iva, Matt." Itu suara Naila. "Dia suka mendadak gagu kalau di depan cogan."

"Nama panggilan gue Dana, dong."

"Gue gak tanya," celetuk Naila.

"Btw, ada hubungan apa lo sama Fely?"

Fely mengembuskan napas kasar ketika memasuki kelasnya dan duduk di bangkunya. Ia merasa gerah setelah bertemu dengan Haris. Cowok ganteng pertama yang berhasil membuat suasana hatinya panas. Karena yang sebelum-sebelumnya, ketika ia bertemu dengan cowok ganteng suasana hatinya langsung adem.

Fely merasa udara di kelasnya ini kian memanas. Dan ditambah panas dengan kedatangan ketiga temannya itu. Raut wajah mereka berbeda beda. Yang satu biasa-biasa saja. Yang satu seolah menuntut penjelasan. Dan yang satu seolah ingin melampiaskan kekesalan.

AdiosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang