11. La Storia di Mamma

4.1K 213 3
                                    


Anggi menatap keluar kaca mobil, sedari tadi ia tidak menemukan satu pun rumah hanya hamparan pepohonan dan ilalang serta jalan aspal berkelok-kelok yang memenuhi indra pengelihatannya.

"Kita mau kemana?" tanya Anggi akhirnya menatap wajah sang suami yang tampak fokus mengemudi.

"Kes uatu tempat," jawab Early yang untuk kesekian kalinya membuat Anggi menjadi geram.

"Iya tapi kemana?" geram Anggi menatap Early, "Dari tadi aku hanya melihat padang ilalang saja."

"Wife bisakah kamu lebih bersabar," kata Early menatap Anggi sekilas.

"Aku sudah sabar dari kemaren," Anggi bersedekap dada seraya menyandarkan tubuhnya.

"Sabar sedikit lagi," kata Early, "Sebentar lagi kita akan sampai."

Kedua anak manusia itu kembali fokus ke jalanan yang mereka lewati sebelum mobil Mercie hitam itu berhenti di salah satu rumah tani yang berada di puncak bukit atau pegunungan Anggi tak terlalu yakin namun rumah itu lebih seperti rumah kebajikan.

"Tempat apa ini?" tanya Anggi.

"Ayo turun, kamu akan tau nanti," kata Early turun dari mobilnya.

Anggi berjalan memasuki pekarangan rumah besar itu, banyak sekali orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya, ada yang bercanda, menanam bunga, bercerita, membuat sebuah kerajinan, tua maupun muda terlihat sangat bahagia.

"Apa ini panti asuhan?" tanya Anggi dengan mata yang liar menelusuru sekitar kawasan rumah itu, "Tapi tidak ada anak kecil disini?"

"Sejenis itu," jawab Early tersenyum dengan kedua tangan di masukkan kedalam saku celanannya.

"Tapi kenapa kita kemari?" tanya Anggi menatap Early.

"Karna dia?" tunjuk Early pada seseorang membuat Anggi tercegak dan mematung di tempatnya.

Orang yang di tunjuk Early yang tadinya sibuk pada aktivitasnya pun tersadar akan kehadiran mereka, reaksinya pun sama dengan gadis yang terlihat mematung di sebelah Early.

"Anggita," kata orang itu.

"Mamma," gumam Anggi.

********

Anggi duduk di sebuah kursi taman yang mengarah pada halaman utama rumah di sana semua orang tampak sibuk menoreh tinta pada sepanduk dan sesekali bercanda.

"Apa kabar Anggita," kata wanita parubaya yang memiliki wajah sangat mirip dengan Anggi, terdengar sangat pelan.

"Baik," jawab Anggi menatap lurus kedepan melihat Early yang tampak tertawa bersama pria dan wanita di sana.

"Mama senang bisa melihat kamu untuk pertama kalinya," kata wanita itu.

"Ohya," Anggi menatap Mamanya dengan tatapan miris, "Aku bahkan jauh lebih senang saat melihat kamu ada di tempat semacam ini," sindir Anggi menohok.

Namun bukannya marah atau merasa tersindir wanita itu malah tersenyum manis menatap ke arah Early dan rekan-rekan sesama LGBT nya.

"Kamu tau Gi," ujar wanita itu tampak tegar, "Andai Mama bisa memilih, dan mereka semua yang ada di sini bisa memilih kami juga ingin memiliki hidup dan cinta yang normal."

"Namun nyatanya kami tidak seberuntung Anggi," ujar wanita itu lagi dengan suara serak menahan tangis.

"Beruntung? Apa aku bisa di sebut beruntung?" kata Anggi menatap tak suka pada wanita yang duduk di sebelahnya itu.

"Aku harus menahan hinaan dari keluargaku sendiri karna aku terlahir dari rahim perempuan seperti kamu," cecar Anggi cukup keras namun tak bisa di dengar oleh Early dan yang lainya karna jarak mereka yang cukup jauh.

Secret Scandal With Husband [Ebook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang