6. Mood Swing

13K 1.4K 545
                                    

Dari awal kaki ini melangkah masuk ke dalam kantor, aku sudah merasakan atmosfer yang berbeda. Terasa seperti mencekam, padahal biasanya di pagi hari semua orang masih nampak bahagia.

Aku yang kurang enak badan hari ini, berjalan dengan bingung menatap semua temanku yang diam di kubikelnya masing-masing.

Ada yang salah di sini. Aku tidak tahu apa yang terjadi karena aku memang datang sedikit terlambat karena pagi ini aku merasa kurang sehat.

Aku mengucap salam, tapi tak satupun yang menjawab. Tidak biasanya. Mataku yang jeli melihat Acha yang terisak di kursinya.

Semua juga tampak menunduk. Aku tidak tahu apa yang menyebabkan Acha menangis, dan temanku yang lain tidak ada yang menenangkan gadis itu.

Aku segera berlari dan mengajaknya berbicara. Acha membuatku terkejut ketika wajahnya sudah merah dan penuh air mata.

"Mbak," ucapnya bergetar lalu langsung memelukku. Sambil mengelus bahunya agar lebih tenang, aku memanggil Mbak Maya untuk bertanya apa yang terjadi.

Mbak Maya menghampiri kami dengan lesu dan wajah yang tak kalah suram. "Boss marah besar."

Aku terkejut. Selama dua tahun bekerja di MerahJambu.Publisher ini, tak pernah sekalipun aku melihat boss marah besar. Dia orang yang pintar menaham emosinya.

Kata orang, marahnya orang pendiam itu sangat mengerikan. Dan ternyata itu benar, buktinya semua karyawannya sampai melempem begini.

"Buku biografi yang di edit Acha salah cetak, padahal udah ada 10.000 eksemplar dan siap edar. Tadi pagi, staff gudang protes ke kantor, tepatnya ke Mas Keanu. Mas Keanu marah banget Zel, semuanya kena semprot, gak kayak biasanya. Dan parahnya, Acha di pecat."

Mataku terbelalak ketika mendengar Acha dipecat, sangat terkejut. Biasanya boss-ku tidak pernah mengambil keputusan di saat emosi begini. Aku merasa ada yang aneh dengannya.

"Mbak Zela, tolong bantuin Acha, Acha gak mau dipecat Mbak," pintanya sambil menangis.

Aku juga ingin menangis melihatnya. Acha yang paling muda di sini dan sudah ku anggap sebagai adik sendiri.

"Kalau lo yang ngomong, gue yakin boss pasti mikir ulang," ucap Andi tiba-tiba, diikuti oleh temanku yang lain.

"Gue gak mau Acha minggat, tolong Zel bantu ngomong ke Bang Ken," kali ini Bowo yang meminta.

Mbak Maya memegang pundakku seperti memberi semangat. "Cuma lo yang deket sama boss."

Aku menghela napas, lalu mengusap rambut Acha sayang. "Mbak usahain ya, tapi Acha jangan marah kalau Mbak gak berhasil." Acha mengangguk.

Sedikit gemetar aku membuka pintu ruangan Mas Keanu. Seharusnya aku tidak melakukan ini, mengingat tadi malam orang ini tahu rahasia terbesarku. Tapi aku juga tidak mau Acha di pecat begitu saja, yang ku yakini itu bukan salah Acha sepenuhnya.

Mataku menangkap seorang pria yang sedang duduk dengan satu tangan yang menumpu kepalanya. Terlihat sangat stress, rambutnya yang biasa klimis kini berantakan tanpa gel. Aku tahu, ini adalah masalah besar, dan perusahaan akan merugi. Kasihan Mas Keanu.

"Kalau kamu kesini mau merubah keputusan saya, sebaiknya kamu keluar," ucapnya dingin tanpa menoleh sama sekali.

Nyaliku semakin menciut. Pria diam ini tampak semakin dingin tak tersentuh. Aku sampai menggigil rasanya. Tapi demi Acha dan teman-teman, aku harus bicara.

"Apa gak sebaiknya ditelusuri dulu Mas, siapa yang seharusnya bertanggungjawab?" ucapku hati-hati.

"Acha editornya, dia yang tanggungjawab," kekeuhnya.

Azalea✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang