Nyatanya semua yang terjadi di bumi ini adalah tersirat. Kita tidak tahu bagaimana takdir kita di hari kemudian, bisa jadi hari ini membahagiakan namun esok adalah kematian. Bisa jadi kita mencoba mati di tangan sendiri, tapi malah mati di tangan orang lain.
Kupikir malam ini adalah akhir dari doa-doaku. Mati di tangan orang yang mengobsesikan diriku. Tapi Tuhan selalu baik kepadaku, Dia sungguh menyayangiku, Dia tidak membiarkanku tersesat lebih jauh lagi untuk memuaskan hasrat terlarang Bimo.
Mungkin terdengar aneh jika aku mengatakan aku memiliki malaikat pelindung, tidak hanya satu tapi dua. Setelah Kanaya, pria ini juga dua kali menyelamatkanku dari segala yang menyesatkan. Batinku menjerit, dia adalah guardian angel-ku. Lucu? Memang.
Apapun rasa kagumku padanya, sayangnya tubuhku masih gemetar di pojok dinding. Melihat dua orang pria dewasa bergulat di depan mataku, salah satu bersikeras menerkamku, seorang lagi berjuang melindungiku.
Sampai akhirnya si baik berhasil membekuk pria jahat yang kini mendesis ke arahku. Membuatku merinding, tapi tak gentar aku tetap berjalan ke arahnya, menampar di salah satu pipi yang sudah robek di hajar tangan besar milik boss-ku.
"Brengsek!" desisku menatapnya tajam.
Bimo terkekeh, bahkan bibirnya yang kini robek tak menghambat untuk menyeringai ke arahku, lidahnya menjilat memutari bibir bawahnya, membuatku ingin muntah. Pria ini benar-benar sudah gila.
Sekali lagi, Mas Keanu menendang ulu hatinya sampai Bimo tergeletak tak berdaya di sudut dinding. Tak banyak dia berbicara, dia hanya mendesis lalu menendang Bimo lagi dan lagi. Setelah puas atau setelah mendengar teriakan nyaringku berulang kali, dia memompa napasnya, meredam amarah. Tak lama dua orang satpam masuk ke dalam lobbi, lalu terkejut tidak karuan melihat kekacauan.
"Bawa dia ke kantor polisi!" titah boss-ku dengan mata yang menatap awas Bimo.
Dua orang satpam itu tampak bingung, barangkali mereka bertanya: atas dasar apa bisa menjebloskannya ke penjara?
"Pelecehan seksual atas pegawai saya," jawabnya menjelaskan. "Bawa dulu, nanti saya susul ke sana."
Keduanya langsung patuh, memapah Bimo yang kini setengah sadar.
Sekarang tinggal aku berdua bersama Mas Keanu. Wajahku menunduk, tubuhku masih menggigil, tanganku merapatkan sweater yang tadi sempat berantakan akibat ulah kejam Bimo. Aku gak tahu apa yang akan terjadi jika Mas Keanu tidak tiba tepat waktu.
Aku sedikit memekik ketika Mas Keanu tiba-tiba menarikku dalam pelukannya. Sangat erat sampai membuatku sesak. Tanganku berulang kali menyuruhnya untuk melepaskan, tapi dia malah memelukku lebih erat lagi. Deru napas beratnya menerpa ubun-ubunku. Dari sentuhan ini, aku bisa mendengar detak jantungnya yang tak kalah keras dariku.
Aku merintih. Terharu karena dia memang benar menyukaiku. Dia melindungiku berulang kali, mengungkapkan isi hatinya berulang kali. Tapi hatiku tetap menolak mengakuinya, bahkan sampai detik ini.
Sekarang dia menatap lamat-lamat wajahku, membuatku tak punya alasan untuk tidak membalas tatapannya. Namun dari sini, aku melihat sesuatu yang lebih penting dari detak jantung yang berdegub lebih kencang.
"Mas terluka," pekikku ketika melihat beberapa lebam di wajahnya dan robek disudut bibirnya.
Dalam hati aku menggurutu, betapa sialnya aku membuat wajah mulus Mas Keanu kini tercoreng. Mas Keanu mengusap sudut bibirnya sebentar, lalu merintih pelan. Sepertinya dia juga baru sadar jika wajahnya terluka.
"Aku cari obat di pantry dulu," pamitku terburu-buru, tapi orang ini menolak dengan keras kepala.
"Ini bukan apa-apa. Ayok pulang, sudah malam," ucapnya menarik tanganku keluar, tak membiarkanku untuk menolak perintahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea✔
Chick-LitAku sedang menggenggam erat tanganmu, ketika kau hempaskan diriku ke langit lepas. Mendorongku beribu mill menjauhi dirimu, menolak untuk didekati kembali. Lalu aku menemukan bintang baru. Jauh lebih bersinar dari cahayamu. Jauh lebih menenangkan d...