Dua hari berlalu dan aku masih di suasana hati yang sama, terpuruk. Dua hari ini aku tidak pergi bekerja, hanya mengurung diri di dalam kamar. Menangis tanpa suara. Dan jika sudah sampai seperti ini, artinya itu disebabkan oleh hal yang sangat menyakitkan.
Setiap bangun tidur, aku berharap jika yang terjadi malam kemarin itu hanyalah mimpi. Tapi mana ada mimpi yang rasanya sangat nyata sampai hati ini sesak luar biasa?
Kecewa ini sangat besar, tapi sepertinya memang aku saja yang bodoh. Harusnya dari awal aku tidak menaruh hati kepada pria itu dengan kuat. Harusnya dari awal aku tidak berharap begitu banyak. Sekarang aku yang menyesali diriku yang dengan gampangnya melabuhkan hati hanya karena bualan manis itu.
Apa begini perasaan wanita jika gagal menikah? Ya Tuhan, bahkan ini tinggal seminggu sebelum hari pernikahanku. Dan bodohnya, sampai saat ini aku masih menunggu pria itu datang dan meminta maaf. Aku semakin membodohi diriku karena nyatanya dia sama sekali tidak menghubungiku. Apa dia juga tidak khawatir bagaimana aku pulang malam itu?
Hahah. Apa benar hubungan kami sudah berakhir? Hanya karena suatu kisah yang tidak ingin dia ceritakan padaku? Ironi sekali.
Sekarang aku ingat ketika pertama kali aku membawa foto USG ke kantor dan membuat lelaki itu terpukau begitu lama.
Hari itu, dia tersenyum sangat manis sambil mengusap citra bayiku yang saat itu masih berbentuk kacang polong.
"Anak kamu lucu."
"Harusnya dulu saya juga punya yang seperti ini."
Aku tertawa kencang di dalam kemulan selimut. "Hhahaha... Itu anak siapa? Hikss... Apa kamu sudah pernah menikah? Lalu apa salahnya kamu jujur?"
Sungguh, aku nggak mempersalahkan masa lalu pria itu. Mau sebobrok apa dia dulu, sebrengsek apa pun dia dulu, aku tidak peduli. Karena itu hanyalah masa lalu. Yang aku permasalahkan adalah, diamnya pria itu. Kenapa harus disembunyikan dariku yang notabene-nya adalah calon istrinya? Bahkan Mbak Alana yang dulu masih berstatus pacarnya dia ceritakan.
Apa benar selama ini pria itu hanya main-main denganku? Ingin menikahiku hanya karena rasa iba karena aku hamil di luar nikah?
Tok...Tok...Tok...
Kanaya menyembulkan kepalanya di balik pintu, lalu berjalan mendekat setelah aku tidak meresponnya.
"Makan dulu yaa?"
Aku menggeleng. Mana mungkin selera makan di saat hatiku sedang patah begini.
"Lo nggak boleh egois, anak lo butuh asupan," ucap Kana lagi.
Aku masih di posisi yang sama. Bergeming di tempat sambil melamun melihat ke luar apartemen.
Kanaya menghela napas kencang, menaruh mangkuk makanan itu ke atas meja, dan merangkul bahuku.
"Gue tahu hati lo lagi hancur banget, Zel, tapi lo nggak boleh sampai seperti ini. Mana ada calon ibu yang egois kayak lo?" gerutunya, namun dengan sendu.
"Gara-gara anak ini mungkin dia nggak mau menikah sama gue. Mungkin dia baru sadar dan baru menyesali keputusannya kemarin," lirihku.
Kanaya memuluk lenganku kencang, tapi aku tidak merintih sakit. Seluruh tubuhku rasanya kebas, tak berasa. Karena dikalahkan oleh rasa sakit luar biasa dari dalam hatiku.
"Sembarangan! Keanu bukan orang kayak gitu! Gue yakin, sangat yakin dia beneran tulus mencintai lo dan anak lo."
Aku mengedikkan bahu apatis, lalu mengusap pipiku yang basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azalea✔
ChickLitAku sedang menggenggam erat tanganmu, ketika kau hempaskan diriku ke langit lepas. Mendorongku beribu mill menjauhi dirimu, menolak untuk didekati kembali. Lalu aku menemukan bintang baru. Jauh lebih bersinar dari cahayamu. Jauh lebih menenangkan d...