Bab 16

4.2K 387 15
                                    

[Assalamu'alaikum. Ini dengan Raihanah putrinya Zahra? Tante sudah terima titipannya lewat putra Tante. Apa sekarang tidak sedang sibuk? Kalau tidak, Tante mau call]

Sebuah pesan masuk. Tante Sofi? Aku langsung membalasnya.

[Wa'alaikumussalam warohmatullah. Betul, saya Raihanah. Boleh, Tante.]

Tidak lama kemudian, sebuah panggilan masuk. Aku menepikan piring nasi padang yang belum selesai kuhabiskan isinya, lalu menggulir tanda gagang telepon berwarna hijau ke atas.

"Assalamu'alaikum," sapaku.

Terdengar jawaban dengan suara lembut dan bahasa halus yang membuat hatiku tiba-tiba berdesir. Seketika sekujur tubuhku membeku dan tidak menyadari apa yang barusan disampaikannya.

Salma menepuk tanganku dan bertanya dengan tatapannya saat melihatku lama mematung. Beruntung kesadaranku kembali pulih pada waktu yang tepat. Kuangkat sebelah tangan sebagai isyarat bahwa aku baik-baik saja.

"Mohon maaf, Tante, tadi kurang jelas. Bisa tolong diulangi?"

Tante Sofi tampak tidak enggan mengulanginya. "Iya. Hana kenapa bisa kenal sama Fathan?"

"Oh itu sengaja tidak sengaja sih. Ceritanya cukup panjang." Aku menggigit bibir.

"Jadi Ibumu masih menyimpan majalahnya, ya? Tante sama sekali tidak menyangka."

"Ah iya tante, kebetulan Hana menemukan majalah itu saat mengambil sesuatu di meja Ibu. Hana rasa Ibu ingin mengembalikannya sudah sejak lama."

"Bagaimana kabar Ibumu? Sudah lama tidak saling berkirim kabar. Sehat saja, kan? Sampaikan salam dari Tante, ya."

Ternyata kabar meninggalnya Ibu belum sampai ke telinga tante Sofi.

"Ibu ... Ibu sudah meninggal setahun lalu, Tante. Sakit."

"Innalillahi." Ada nada terkejut dan menyesal dalam suaranya. "Maafkan Tante, Tante tidak tahu."

"Tidak apa-apa, Tante."

Hening. Sepertinya kabar itu cukup mengejutkannya.

"Semoga Allah menerima iman, Islam, dan amal ibadah almarhumah. Semoga keluarga yang ditinggalkan bisa tetap tabah. Sabar ya, Sayang." Tante Sofi sedikit terisak. "Maaf, Tante baru tahu."

"Tidak apa-apa, Tante," ulangku. "Terima kasih atas doanya "

"Hana sekarang sedang di mana? Kira-kira kapan ada waktu luang? Tante bisa bertemu?"

Walau sedikit terkejut, aku menjawabnya. "Hana masih di kampus. Sore ini agak luang. Memangnya Tante di mana?"

"Tante di rumah, daerah Cilandak. Dekat Rumah Sakit Fatmawati," Tante Sofi menjelaskan.

Aku sedikit shock mendengarnya.

Jadi, Tante Sofi tinggal di Jakarta? Ternyata dunia memang tidak selebar daun kelor!

"Kalau ke Fatmawati terlalu jauh dari tempat Hana, ya?"

Aku hendak menjawab, tapi segera Tante Sofi melanjutkan.

"Bagaimana kalau ketemu di daerah jalan Tendean saja? Ada kafe milik Fathan di sana, SOTTA. Hana bisa?"

"Baik, Tante. Kebetulan sore ini jadwal Hana kosong. Bisa ke sana selepas salat ashar."

Tante Sofi memutus sambungan setelah kami berdua sepakat mengenai waktu dan berpesan supaya aku berhati-hati di jalan.

Aku menghela napas panjang dan meletakkan kembali ponselku.

"Siapa?" Wajah Salma sudah menunjukkan tingkat penasaran level tinggi.

Aku menyungging senyum, menggoda Salma dengan mengabaikan pertanyaannya. Kusendok kembali nasi berkuah santan dengan lauk tunjang yang sudah kehilangan kepulan asap panasnya.

Salma menahan lenganku untuk menyuapkan nasi ke dalam mulut.

"Iseng, deh." Aku pura-pura marah.

"Apa yang membuat tuan putri sekaget dan sebahagia ini dalam waktu yang berdekatan? Dapat hadiah undian? Atau dapat dana hibah dari pemerintah?" Salma membulatkan matanya, penasaran menanti jawaban.

Aku mengalah, meletakkan kembali sendokku di atas piring.

"Barusan ditelepon tante Sofi, yang waktu itu kita cari-cari bareng datanya lewat sosmed."

Salma mengangguk.

"Ternyata tante Sofi tinggal di Jakarta."

Salma terperanjat.

"Lalu, sore ini kami janjian mau ketemu di kafe putranya, jalan Kapten Tandean."

"Jadi, kafe itu ada juga di Jakarta?" Salma menepuk dahinya. "Mungkin kita aja yang mainnya kurang jauh."

Aku terkekeh melihat tingkahnya. "Ya, sepulang dari kampus 'kan kita jarang main, nggak ada waktu."

Salma tertawa geli mendengarnya.

--bersambung--

Jodoh Pasti Kembali [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang