Matahari yang sudah menjulang tinggi yang berarti telah menandakan waktu siang. Angin musim semi tertiup sepoi-- menerbangkan surai hitam legam gadis berkaki jenjang bermarga Oh itu. Hari Senin ini ia memiliki jadwal kuliah pagi, dan tepat pukul 10 dia sudah bisa pulang.
Dengan sneakers putihnya dan outfit dres selulut warna kuning terang ia berjalan menuju mobilnya terparkir. Dalam jarak 3 meter sudah terlihat mobilnya berada-- dihimpit oleh kendaraan para mahasiswa lain. Tanpa basa-basi lagi gadis yang kerap disapa Hanna itu menuju mobilnya.
Namun, tak disangka olehnya-- dari arah kanan muncul sebuah mobil sport putih hampir-- dan bisa saja menabraknya jika saja Hanna tak segera menghindar tadi.
Raut kaget sekaligus marah langsung terpatri di wajah Hanna. Ia menyusul si mobil itu-- menunggu si pengemudi keluar dan niatnya ingin menegur-- atau bisa saja dia akan mengomelinya habis-habisan.
Saat Hanna ingin membuka mulutnya untuk memaki-- seketika aksinya itu harus dia tunda sejenak. Tapi tak berselang lama kemarahannya kian bertambah meluap-luap.
"Hei! Apa kau tidak tau aturan berkendara dengan baik, huh!" Maki Hanna di depannya.
Lelaki yang tak lain adalah kakak dari temannya itu, Tao, merotasikan bola matanya karena mendapat makian dari Hanna. "Ck! Kau lagi?" Gumam Tao, tapi masih bisa didengar oleh telinga Hanna.
"Kau tau, kau hampir menabrakku tadi!" Nada Hanna semakin meninggi
"Tapi buktinya kau tidak tertabrak kan?". "Hanya hampir" tanggap Tao sekenanya.
"Apa katamu!?" Hanna tak terima dengan tanggapan Tao. "Sepele sekali dirimu, jika nyawaku hilang apa kau juga akan sesepele itu?!" Lanjutnya.
"Oh astaga. Dasar pria gila" emosi Hanna terus meledak-ledak.
Tao melotot dengan cacian yang terakhir. "Apa kau bilang? Aku gila?" Ulang Tao tak terima seraya menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuk. Badannya ia condongkan ke Hanna yang memiliki tubuh lebih pendek dari dirinya.
"Iya" jawab Hanna tanpa rasa takut. Sungguh wajah Tao sekarang terlihat menyeramkan. Judes, angkuh apalagi dia sudah mulai tersulut emosi karena perkataan Hanna tadi. "Kau pria gila, angkuh dan tak punya hati!!" Sambung Hanna, yang tak sadar membuat Tao jadi emosi sungguhan.
"Yak!!" Bentak Tao. Dengan dirinya yang semakin hilang kendali-- tangan kanannya terangkat hendak menampar pipi Hanna.
Namun, segera ia urungkan niatnya tadi. Badan tingginya lebih memilih berbalik dan menuju gedung fakultas. Walau Tao ini pria urakan, tapi untuk menyakiti fisik wanita itu sama sekali bukan sifatnya. Ia hanya akan meninggalkannya jika merasa bosan.
Hanna yang sedari tadi menutup matanya-- heran karena tidak ada layangan tangan yang menyentuh wajahnya. Dengan perlahan dia mencoba membuka mata.
Terlihat sosok Tao yang jangkung telah pergi-- padahal tadi masih ada tepat di depannya.
"Semoga ini terakhir kali aku bertemu laki-laki sombong itu"
♥♥♥
"Kak!!"
Panggilan keras itu berasal dari pria manis bernama Huang Renjun.
Tao yang baru saja keluar dari lobi kontan mencari sumber suara. Terdengar jelas di telinganya jika suara itu pasti milik adiknya. Renjun.
Dengan kepala yang masih celingukan untuk mencari keberadaan Renjun-- Tao melihat Renjun muncul dari taman kampus. Cowok manis itu lari dengan tergesa menghampiri kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HUANG
RandomApa sih definisi saudara menurut kalian? Mirip? Terkadang punya hobi atau karakter yang sama. Tapi mungkin itu untuk saudara-saudara di luar sana. Beda dengan dua saudara ini. Di keluarga Huang. Huang Zi Tao dan Huang Renjun. Kepribadian mereka seb...