pt🌸5

296 29 0
                                        

Seorang wanita muda, kisaran usia belasan tahun, terlihat memasuki sebuah kafe. Terdengar suara lonceng bergemerincing saat ia membuka pintu kafe tersebut. Dengan langkah kecil ia berjalan menuju kasir berada. Ia ingin memesan menu di kafe. Satu porsi green tea latte dan green tea roll cake.

"Semua jadi 11.000 won, nona" kata sang kasir dengan senyum ramah.

Tanpa pikir panjang lagi. Wanita muda yang tak lain adalah Hanna itu merogoh tas selempang yang dia bawa. Wajahnya mulai panik saat ia tak menemukan benda yang ia cari. Dompetnya.

"Ya Tuhan di mana dompetku?" Gumam Hanna mulai menumpahkan seluruh isi di dalam tasnya ke meja kasir.

Si kasir cukup kaget dengan tindakan Hanna ini.

"Maaf nona, karena antrean masih banyak bisa lebih cepat?" Ujar si kasir memberi pengertian Hanna supaya tidak berlama lagi berada dalam antrean.

"Aku.. iya iya tunggu. Dompetku sepertinya tertinggal. Aku akan menggunakan ibanking saja. Tunggu.." kata Hanna.

Dan oleh karena itu Hanna sekarang mencari benda yang ia butuhkan segera. Yaitu ponselnya. Di mana ia menyimpan ponselnya? Jangan bilang dia juga melupakan benda pintar itu..

Hanna menepuk keningnya. Dia merasa dipermalukan hari ini. "Aku lupa .. Hanna apa kau sudah pikun?" Desisnya, menyalahkan dirinya sendiri.

"Bagaimana ini.." gumam Hanna mulai menggigit kukunya yang baru dua hari  lalu mendapat perawatan dari salon.

"Bagaimana nona?" Tanya si kasir lagi.

"Se-sebentar.." Hanna mulai kebingungan kali ini. Dia cemas jika tak bisa membayar yang sudah ia pesan tadi. Mau diletakkan di mana wajahnya nanti. Ia juga tak dapat menghubungi siapapun untuk ia mintai bantuan.

"Cepatlah, tidak hanya kau saja di sini yang mengantre!" Suara itu berasal dari orang yang ada di belakang Hanna.

Hanna memutar tubuhnya untuk melihat siapa gerangan orang itu. Mata Hanna membulat penuh dengan pria di hadapannya sekarang. Terlintas pula ide untuk meminta pertolongan pada pria tersebut.

"Maaf, apa aku bisa meminjam uangmu? Sebelas ribu won saja. Aku mohon.." Hanna membuang rasa malu dan egonya. Ia memohon di depan pria tinggi itu. Dan perlu diketahui pria itu adalah Tao. Kakak dari sahabat Hanna, Renjun.

"Apa untungnya untukku?" Responsnya acuh. Lagi dan lagi. Tapi Hanna harus menahan emosinya saat ini agar tidak memaki Tao. Dia benar-benar butuh bantuannya. Hanya dia yang bisa membantunya saat ini.

"Untungnya kau bi-bisa segera memesan. Dan aku akan pergi. Ayolah bantu aku.. tolong" ujar Hanna. Ia juga mengeluarkan jurus puppy eyes-nya. Buang rasa malunya kali ini.

Hanna menatap Tao penuh harap. Tangannya membuat gestur memohon.

Tao yang sedari awal melipat tangannya di dada pun hanya memutar bola matanya malas dengan sikap Hanna.

"Ck! Minggir" Tao menggeser badan mungil Hanna agar menepi.

"Green tea latte" pesan Tao pada kasir dengan nada datarnya. "Dan.. sekalian dengan tagihan gadis itu." Tunjuk Tao menggunakan dagunya.

Hanna mengembangkan senyumnya, hatinya merasa lega sekarang.

Setelah Tao yang tadi selesai memesan. Hanna langsung menarik tangan Tao-- mengajak pria angkuh itu untuk duduk bersama.

Tao yang sejatinya terkejut karena sentuhan Hanna secara tiba-tiba, hanya pasrah saja.

Beberapa saat pesanan keduanya diantar. Mata Hanna berbinar saat cake yang dia idam-idamkan sejak tadi dia bangun itu ada di depannya. Hanna bahkan bingung apakah dirinya sedang ngidam atau apa. Intinya setiap kemauannya harus dituruti hari itu juga.

HUANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang