pt🌸3

476 43 0
                                        

Decitan pintu terbuka menginterupsi Nyonya Huang menoleh untuk tau siapa sosok yang datang. Munculah tubuh tinggi putra sulungnya dari balik pintu yang sudah terbuka itu. Wajahnya yang biasa angkuh terlihat lesu, tampilannya lusuh dengan rambut setengah berantakan.

Tanpa menghiraukan-- menyapa bahkan tanpa melirik sang ibu, Tao melewatinya begitu saja.

"Darimana saja kau Tao?"

Pertanyaan itu cepat Nyonya Huang lontarkan sebelum Tao menginjak anak tangga pertama.

"Dari rumah teman" jawabnya singkat.

Ia masih belum mau menatap sang ibu.

"Dari rumah teman?" Nyonya Huang mengulang. "Sampai dua hari tidak pulang? Benar?!" Sambungnya dengan nada menyindir.

Tao berbalik malas-- lalu menghadap ibunya yang sekarang juga berdiri menghadapnya. Wanita yang masih cantik di usianya yang sudah menginjak kepala lima itu melipat tangannya di dada.

"Ibu, aku mengerjakan tugas dengan temanku di rumahnya." Jelas Tao.

"Hingga dua hari-" Nyonya Huang menjeda. Ia menghela napasnya sejenak. "Jangan membodohi ibu. Kalau memang kau benar mengerjakan tugas, kenapa tak mengabari ibu dulu. Dan satu lagi... kenapa ponselmu malah susah dihubungi?" cercanya mengintrogasi membuat telinga Tao jengah mendengar.

"Bisakah kau beralasan sekarang Tao?"

"Sudahlah ibu, aku sudah berkata jujur. Aku bukan anak kecil lagi" ujar membuang muka.

"Kau memang bukan anak kecil, tapi lihatlah sifatmu seperti anak kecil. Berpikirlah dewasa, jangan menuruti nafsu gilamu Tao. Ibu lelah mengurusmu" omel Nyonya Huang.

"Ya sudah jangan mengurusku lagi" sarkas Tao dan mulai menaiki tangga untuk menuju kamarnya di atas.

Sekali lagi Nyonya Huang harus dibuat jengkel oleh sikap anak pertamanya tersebut. Kedua tangannya sudah ia angkat untuk memijat pelipisnya. Sangat-sangat pusing dengan cara apalagi ia mendidik Tao.

Kedua kali, decitan suara pintu terbuka pun terdengar kembali. Nyonya Huang membalikan badannya untuk tau siapa orang yang datang. Nampak putra kesayangannya sudah pulang-- dengan membawa seorang gadis berjalan di belakangnya.

"Renjun, sudah pulang?"

"Ibu. Iya, aku baru pulang." Ujarnya.

Renjun balik badan dan seperti ingin mengenalkan siapa gadis yang bersamanya sekarang.

"Eumm.. ini teman Renjun, ibu. Teman di kampus" kata Renjun.

Gadis tadi membungkuk sopan dan tersenyum canggung kemudian.

"Akh.. benarkah. Ayo ayo kita duduk" ramah Nyonya Huang menggiring keduanya untuk duduk di sofa ruang tamu mewahnya.

"Renjun akan pergi ke dapur dulu." Kata Renjun.

Dan hanya dijawab dengan anggukan kecil dari ibunya. Nyonya Huang kemudian beralih menatap gadis ayu di hadapannya saat ini.

"Siapa namamu, sayang?" Tanyanya beserta senyum ramahnya.

"Oh Hanna, bibi" jawabnya dengan senyum canggung.

"Oh Hanna.. nama yang cantik secantik wajahnya" puji Nyonya Huang.

Membuat Hanna tersipu di sana.

"Margamu Oh.. apa mungkin.." Nyonya Huang seperti ingin menebak sesuatu.

Hanna mengerutkan dahinya menunggu ibu dari Renjun itu berucap kembali.

".. kau putri dari Oh Junsu?"

HUANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang