pt🌸2

715 53 0
                                        

Hanna membuka pintu dengan sungut merah yang masih tercetak di atas kepalanya. Mood-nya benar-benar hancur hari ini. Dengan asal pula ia melampiaskan kemarahannya itu ke pintu yang ia tutup hingga terdengar debuman yang cukup keras. Segera ia menaiki tangga tanpa menyadari adanya seseorang duduk tenang menunggu kepulangannya.

Sudah kebiasaan Hanna. Bila kesal akan membuatnya tak menggubris siapapun.

Iya, kakaknya yang duduk tampan di sofa sampai tak sempat ia tegur. Atau mungkin berkoar bila dia sudah pulang seperti biasanya. Hanna sungguh benar-benar kesal.

Oh Sehun kakak dari Hanna. Merasakan ada sesuatu yang terjadi pada adik perempuan satu-satunya itu. Ia mengerutkan dahi mulusnya-mencoba berspekulasi apa yang sebenarnya membuat Hanna marah. Tapi, Sehun itu sangat malas berpikir lama-lama. Maka dari itu ia sudah bangkit dan menaiki tangga. Menuju kamar Hanna. Akan menanyakannya langsung ke Hanna sendiri.

Ia mengetuk pintu kamar bercat coklat itu dua kali. Karena tidak kunjung mendapat respon, ia memutar knop pintu yang ternyata tak dikunci itu.

Sehun menyembulkan kepalanya ke dalam kamar. Dilihatnya Hanna duduk dengan bibir manyun--sembari memeluk boneka kesayangannya.

Sehun akhrinya masuk begitu saja ke dalam kamar. "Hei, kau kenapa Hanna?" Tanyanya.

Hanna menoleh--sedetiknya ia cukup kaget karena tiba-tiba sang kakak sudah berdiri di sana.

"Kakak. Kapan masuk?" Tanyanya sambil melongo.

Sehun mengangkat bahunya dan berjalan untuk ikut duduk di dekat Hanna. "Makanya. Jangan melamun terus. Kau sedang marah, ya?" Tanya Sehun dengan lembut.

Hanna tambah memanyunkan bibirnya. Dan mengangguk kecil membenarkan pertanyaan Sehun, kalau dia memang sedang marah.

"Kau terlihat uring-uringan. Ada apa? Kau rindu ibu dan ayah?"

Hanna menggeleng dan menatap lurus wajah Sehun. "Tidak."

"Lalu?" Sehun mengangkat sebelah alisnya ke atas.

"Aku sedang kesal." Ujar Hanna.

"Dengan?" Sehun ingin tau lebih dalam.

Lalu Hanna menceritakan kejadian tadi pagi secara rinci ke Sehun. Sedangkan Sehun mendengarkan baik-baik ocehan Hanna.

"Aku sudah minta maaf, kak. Tapi lelaki itu membuatku kesal. Padahal aku hanya tak sengaja menabraknya. Bagaimana mungkin aku bisa mengotori bajunya. Dasar aneh!" Oceh Hanna penuh kemarahan yang meluap-luap.

Sehun terkekeh menanggapi ocehan yang keluar dari mulut Hanna. Ia meraih kepala adiknya itu dan mengelusnya. Hanna menatap sebal sekarang ke Sehun.

"Kakak. Kenapa tertawa!"

"Tidak." Ucap Sehun ketahuan. Dan langsung berusaha menahan kekehannya. "Kau sudah melakukan tindakan baik karena meminta maaf. Mungkin orang itu yang tidak bisa menghargai seseorang" lanjut Sehun bijak.

Hanna entah mengangguk saja. "Hah! Aku sangat membenci orang seperti itu" cetus Hanna.

"Sudahlah. Berdoa saja besok kau tidak akan bertemu dengannya lagi" kata Sehun.

"Lagi pula aku juga tidak mau melihat wajahnya lagi" ketus Hanna.

Sehun mencubit pipi Hanna gemas. Hingga Hanna meringis di sana. Gadis yang hanya berjarak tiga tahun dengan Sehun itu memanyunkan bibirnya kembali.

"Baiklah. Kakak akan pergi lagi. Jangan cemberut. Kau terlihat jelek" ejek Sehun. Menggoda sang adik.

"Aku cantik seperti ibu" bela Hanna percaya diri.

HUANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang