Naeun

219 30 1
                                    

Aku lebih banyak berdiam diri di dalam mobil. Seulgi dan yeri yang tiba tiba sangat tertarik dan memaksa untuk ikut bertuka cerita dan tawa. Entah kenapa, mereka pun seolah sepakat untuk mengabaikanku. Seakan akan aku tidak ada diantara mereka. Menjengkelkan!

Seperti biasa, sabtu sore begini kemacetan mulai terlihat sejak mendekati area perkebunan teh dikawasan puncak. Seulgi mengemudikan mobilnya diiringi makian sesekali terhadap pengendara sepeda motor yang dengan seenaknya menyalip dari sebelah kiri.

"mbak, kenapa harus maki maki?" protes yeri yang terbiasa dengan kalimat santun

"kesal" balas seulgi seenaknya. Lalu dia memandangku dari kaca spion

"tadi sebenarnya jimin mau mengantar kita, tapi terpaksa kutolak. Aku tidak mau ada salah paham

"kukira kamu sudah lupa kalau ada aku disini" sindirku

Seulgi mengerling jenaka. Sementara yeri buru buru mengucapkan maaf dua kali

"mbak wen, jangan memasang tampang judes begitu. Ayolah, coba untuk bersenang senang. Ini kan bukan kawin paksa, cuma sekedar berkenalan saja. Apa salahnya membahagiakan kami?"

"apa? Kami? Jadi sekarang kamu pun bersekongkol dengan mereka untuk menentangku? Yeri mudah sekali kamu menyuruh orang bersenang senang! Kalau kamu yang jadi aku, bagaiman perasaanmu diminta berkali kali untuk meninggalkan mark? Bahkan ada yang bersusah payah menjawab iklan jodoh untukmu! Coba apa masih bisa bahagia?" aku memuntahkan kekesalan dengan nada suara sekesal mungkin. Hasilnya? Seulgi dan yeri tampaknya tidak merasa perlu menanggapi dengan serius omelanku.

"oke memang aku agak keterlaluan. Tapi niat kami baik kok, malah punya firasat, suatu hari nanti kamu akan sangat berterima kasih karena kami sudah melakukan ini padamu"

Aku mencibir "jangan bermimpi"

Yeri buru buru melerai "sudah ah jangan ribut terus. Kita jalani saja rencana ini. Mbak wen, kapan sih ada pengusaha muda yang ganteng mencari jodoh dengan cara kayak begini? Anggap saja kita sedang menghadapi salah satu peristiwa langka. Pasti banyak perempuan yang suka dia.

Ada kalimat yeri yang aku setujui

"justru di situ aku merasa ini hal yang aneh, bukan langka. Orang dengan kualifikasi seperti itu kenapa mencari jodoh dengan cara begini? Bukankah sangat mencurigakan? pasti ada sesuatu dibalik semua ini. Sesuatu yang tidak wajar" sambungku sinis "jangan jangan dia gay? Atau foto itu palsu? Siapa tahu kan?"

Aku sedang berupaya memengaruhi yeri dan seulgi, tapi tampaknya kemampuan persuasifku begitu rendah. Kedua orang itu tidak terpengaruh. Memperhatikan pun tidak.  Malah bertukar senyum

chanyeol, aku mengeja nama itu dalam hati. Dari foto yang kulihat, lelaki itu lebih dari sekedar menawan. Rasanya tak akan sulit baginya mendapatkan perempuan secantik bidadari. Makanya, kenyataan bahwa dia memilih memanfaatkan rubrik cari jodoh di majalah ternama, sungguh membuatku berpikir keras. Apa yang melatar belakangi hal ini? Pasti bukan sesuatu yang baik.

Aku juga didera rasa bersalah pada mino. suaranya jelas dipenuhi kekecewaan saat aku membatalkan janji kami hari ini lewat telepon. Seolah aku sudah berkhianat padanya. Makanya aku berjanji dalam hati bahwa aku tidak akan memandang wajah chanyeol, kecuali untuk kesopanan. Dan aku sangat yakin dia tak akan tertarik padaku. Apa pun godaan yang ditawarkan, hatiku tidak akan goyah. Cintaku hanya untuk mino seorang.

Di kursi depan, yeri dan seulgi berdiskusi seru dengan suara rendah. Aku tak berminat mendengarnya. Mereka juga sibuk menentukan jalan mana yang akan dipilih untuk menuju rumah chanyeol.

"kenapa kalian melakukan semua ini?" tanyaku untuk yang kesekian kali. Dengan senang hati seulgi memberi penjelasan yang menurutku tidak masuk akal

meragu (remake novel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang