Senandung Cinta

207 24 5
                                    

Aku terharu dalam beragam emosi tatkala melihat seulgi bersanding di pelaminan. Jimin pun tampil mempesona, membuat keduanya menjadi sangat serasi. Air mataku hampir menitik, tapi aku berusaha menahannya sekuat tenaga. Aku tidak ingin tampak konyol, menangisi pengantin yang sedang berbahagia.

"pasti sedang melamunkan si mata biru" gumaman nakal dari yeri mampir di telingaku. Aku tidak menjawab, hanya tersenyum tipis.

"kenapa dia tidak datang mbak?"

Kami berdua sama sama tahu siapa yang dimaksud adikku.

"ada urusan pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan chanyeol"

Aku merasa hangat saat menyebut namanya. Memikirkan kembali permintaan sungguh sungguhnya untuk mempertimbangkan hubungan kami, mencari tahu perasaanku dengan sungguh sungguh. Ya Tuhan, aku mencintai lelaki itu!

Ketika mark mengantarku dan yeri pulang, tubuhku terasa sangat lelah.

Sampai di rumah, aku segera mandi. Perjuangan untuk membersihkan make up dan membuka puluhan jepit di rambutku ternyata sangat menyusahkan. Untungnya irene bersedia membantuku, sementara mama menolong yeri.

Hari sudah tengah malam ketika wajah dan rambutku sudah bersih kembali. "untung saja tidak harus setiap hari aku berdandan seperti tadi" gumamku sambil menahan nyeri di kepalaku. Tadi, salah satu jepit rambut yang dibuka irene menusuk kulit kepalaku. Sungguh, berdandan itu merepotkan.

Aku memandang ranjangku dengan penuh nafsu. Betapa nyamannya membaringkan tubuhku diatasnya. Saat melihat ponsel yang seharian ini kutinggal, aku meraihnya sambil berbaring. Aku terlonjak kaget mendapati ada 27 panggilan tak terjawab! Dan, semuanya berasal dari chanyeol.

Panggilan terakhir sekitar 18 menit silam, jadi ketika aku masih di kamar mandi. Penasaran, aku membuka pesan. Ada empat puluh empat pesan yang isinya sama, "kamu ada dimana, elle? Aku rindu"

"halo chanyeol"

"elle, kamu baik baik saja?" aku menangkap suara yang penuh kelegaan di seberang sana. Suaranya pun memberi efek yang kurang lebih sama padaku.

"tentu, aku baik baik saja"

Aku mendengar embusan napas yang berat dan panjang, "aku hampir gila seharian ini. Aku mengirim pesan dan meneleponmu berkali kali. Aku takut terjadi sesuatu padamu"

Aku merasakan hati dan pipiku menghangat mendengar suaranya yang lembut. Hari hari penuh pertengkaran dan adu urat itu sudah berlalu, meski kadang aku merindukan suasana itu. Dan, ciuman indah yang pernah dihadiahkannya padaku. Wajahku panas mengingat itu.

"kamu tidak meneleponku berkali kali. Kamu meneleponku sebanyak 27 kali dan pesan 44 kali" uraiku

"hah? Masak aku cuma menelepon 27 kali?"

"chanyeol, itu bukan 'cuma'. Itu sudah 'over'"

"ah, jumlah itu masih sedikit!" bantahnya

"jadi kamu ingin mengajakku bertengkar lagi?" godaku.

Tawa renyahnya terdengar, membuat kulitku pun terasa hangat.

"aku tidak mau bertengkar lagi denganmu, elle. Aku cuma mau bertemu denganmu" gumamnya dengan suara halus.

"lalu, kenapa kamu tidak menemuiku?"

"sekarang? Kamu tidak sedang mengujiku kan? Kamu cukup mengatakan 'ya', maka saat ini juga aku akan menyetir ke Cipanas"

Aku bergidik membayangkan hal itu. "jangan!" sergahku.

"aku juga baru pulang"

"semalam ini, chan?" tanyaku tak percaya

meragu (remake novel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang