Pada Suatu Pagi

133 28 5
                                    

Dan, disinilah kami berada.

Aku dan chanyeol mengapit naeun. Yeri, irene, dan suho duduk di depan kami. Lalu mama dan papa duduk terpisah di kepala meja. Meja makan berkursi delapan ini terisi penuh. Sesekali aku melirik chanyeol, mencari sisa sisa kekesalannya kemarin malam. Tidak ada. Nol. Laki laki itu tampak begitu "normal"

Mama menyambut naeun bagai cucunya sendiri, mencium pipinya dengan hangat. Menjabat tangan chanyeol dengan begitu bersemangat hingga membuatku merasa malu. Papa jauh lebih santai. Nyaris tanpa ekspresi saat berjabatan dengan chanyeol. Datar. Tapi, penuh perhatian.

Irene nyaris sama noraknya dengan mama. Matanya terang terangan bersorot penuh kekaguman, hingga aku berbisik di telinganya "suami mbak bisa mati karena cemburu!" untungnya suho tampak sangat memaklumi tingkah istrinya. Dia bersikap ramah pada chanyeol.

Yeri lebih santai, hanya saja berulang kali aku memergokinya berbisik bisik dengan irene. Dia pun sesekali menjawil pipi naeun dengan gemas. Untung saja hari ini seulgi tidak turut "meramaikan" suasana. Aku tidak akan bisa membayangkan bagaimana sikapnya melihat ini.

Tidak banyak tercipta perbincangan di meja makan. Semua tampak menikmati nasi uduk dan lauk pauknya yang benar benar memanjakan lidah penikmatnya. Naeun beberapa kali menunjuk ke arah irisan telur dan ayam goreng. Aku dan chanyeol bergantian mengambilkan lauk dan meletakkannya di atas piring naeun. Aku tak memedulikan pendapat yang lain melihat pemandangan ini. Meski ada rasa risih saat melihat yeri dan irene berbagi senyum penuh arti. Aku sangat bisa menebak maknanya.

Memang, kalau ditilik ulang, situasi hari ini sangat aneh. Kami sekeluarga duduk semeja dengan chanyeol dan naeun, dua orang yang nyaris sangat asing. Menyantap menu sarapan yang lumayan "berat" laksana sebuah keluarga besar. Mino saja belum pernah mengalami hal serupa ini.

"bagaimana nasi uduk tante? Enak tidak?" mama menatap chanyeol dengan mata berbinar.

Dengan antusias, chanyeol mengangguk mantap "sangat enak tante". Jempolnya mengudara "terima kasih sudah mengundang kami hari ini. Kebetulan nasi uduk makanan kesukaan saya"

Bibirku membulat, melongo. Makhluk ini bisa tampil begitu sopan di depan mama! Seolah olah orang yang selama ini berdebat denganku bukanlah dirinya. Tidak ada setitik pun jejak laki laki sombong di awal perkenalan kami.

Papa mengajak chanyeol, dan suho ke ruang tamu, meninggalkan meja makan yang harus segera dibereskan. Mama memberi keistimewaan untukku hari ini. Aku diminta menemani naeun, sementara mama mengurus pesanan brownies yang biasanya menjadi tanggung jawabku.

Tapi, aku tidak bisa menjauh dari dapur brownies. Bukankah kemarin aku sudah menjanjikan sekotak brownies klasik untuk nona kecil yang menawan ini? Dan tidak ada alasan untuk tidak menepatinya.

Aku berjongkok, memegang tangan naeun yang halus. "naeun mau tidak menemani tante membuat brownies?" tanyaku lembut. Ekspresi naeun berubah, gairah tampak menyala nyala di wajahnya. Mata abu abunya memandangku penuh semangat. Membuatku terpesona dan terdorong mengelus pipinya.

"mau?" aku nyaris harus selalu mengulangi pertanyaanku padanya. Naeun terlalu sering menatapku berlama lama tanpa memberi jawaban apa pun. Hanya memandangku. tapi, aku tidak keberatan.

Kini kepalanya mengangguk mantap

Tanganku terulur ke arahnya dan naeun segera menyambut dengan paras penuh semangat. Bibirnya mengukir senyum. Dia pun tampak tak keberatan saat aku memakaikan celemek yang tentu saja kebesaran di tubuh mungilnya. Dia bahkan tertawa kecil. Aku mempersiapkan bahan yang dibutuhkan. Terigu, telur, cokelat blok yang di tim, irisan almond, mentega......

Mama yang tadinya akan mengambil alih tugasku justru tidak terlihat di dapur brownies. Aku curiga, jangan jangan mama sedang menguntit chanyeol di ruang tamu bersama yang lain. Hanya ada para karyawan disana, dengan segala kesibukannya masing masing. Keriuhan khas sebuah dapur yang sedang memenuhi pesanan dalam jumlah lumayan. Aku menikmatinya.

meragu (remake novel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang