Ada Reaksi Kimia di Antara Kita

138 26 2
                                    

"aku kan sudah bilang, nanti aku akan mengantarmu" gumam chanyeol.

"aku tidak mau merepotkanmu" ujarku dengan tenggorokan yang tiba tiba terasa kering. Aku melepaskan tangannya dan bersikeras tetap berdiri

Lelaki itu dengan lancang memegang tanganku lagi dan menarikku. Untungnya aku tidak sampai kehilangan keseimbangan. Lalu bersikap biasa seakan akan genggaman tangnnya itu hanya menimbulkan efek anggukan ramah. Dia tidak tahu, tindakannya menghasilkan percikan listrik yang membuat perutku kram. Perasaanku campur aduk dan nyaris menimbulkan migren. Perlahan dan tak kentara, kutarik tanganku dari genggamannya. Menyelamatkan jantungku dari serangan stroke. Reaksi kimia heh?

"aku bersedia kamu antar..."

Chanyeol memotong cepat "namun, mengapa aku merasa kamu akan mengajukan syarat? Aku bisa mendengar kata 'tapi' yang terpantul dari kepalamu"

Laki laki ini bisa membaca pikiranku. Sambil memasang wajah tak berdosa, aku tersenyum setulus mungkin "tepat sekali. Aku hanya ingin kamu menjawab pertanyaanku dengan jujur"

"pertanyaan apa?"

"selain Criminal Minds, apa lagi yang bisa membuatmu menangis? Bagaimana dengan oprah?"

Chanyeol pasti ingin menelanku bulat bulat

"kadang kadang" jawabnya dengan suara rendah, seolah tidak ingin aku mendengar kalimatnya

"yang lainnya?" selidikku lagi

"tidak ada lagi yang lain"

Aku menggeleng gelengkan kepala. "tidak kusangka kalau kamu bisa menangis hanya karena menonton Criminal Minds! Ya Tuhan, apa yang terjadi kalau media tahu?" tawaku pecah

Chanyeol berubah pucat

"kamu tidak berencana untuk mengambil keuntungan dariku kan?"

Kata katanya menyalakan api dalam diriku. Aku tak bisa mencegah diriku untuk tidak marah.

"apa kamu selalu mengira kalau orang ingin mendapat keuntungan darimu? Tidak adakah hal yang tulus di dunia ini menurutmu?"

Chanyeol segera tahu kalau aku serius. Ketegangan di wajahnya mengendur. Dia menghela napas panjang.

"aku tidak bersahabat dengan media. Selama ini sebisanya aku menghindari pemberitaan. Rasanya wajar kalau aku khawatir kamu benar benar akan membongkar masalah ini. Masalah konyol seperti ini bisa menjadi bencana" suaranya sudah terkendali lagi. Tenang dan datar

Aku paham maksudnya. Tapi, tidak seharusnya dia begitu serius menanggapi candaanku

"maaf. Kamu terlalu serius menanggapi kata kataku. Apakah sebelumnya tidak ada yang bercanda padamu?"

"kamu juga selalu serius menanggapi ucapanku. Untuk hal hal yang sangat remeh, kamu gampang marah"

Kami bertukar pandang dan sedetik kemudian tawa pecah dari bibirku dan chanyeol. Tidak ada yang bisa menyelamatkan kami dari perdebatan. Sepertinya begitula kami ditakdirkan

"aku selalu lebih sabar saat bersama orang lain. Tapi denganmu? Aku berubah jadi orang pemarah" aku menggelengkan kepala karena tidak habis mengerti

Dia seperti tidak mendengar kata kataku. "kamu lucu kalau sedang tertawa"

"lucu? Kamu kira aku pelawak?" protesku

"caramu mengerutkan hidung. Unik sekali. Lesung pipimu juga. Aku suka melihatnya. Gayamu sangat orisinal"

orisinal?

"baiklah, aku anggap itu pujian" balasku salah tingkah

"memang itu pujian"

meragu (remake novel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang