Mimpi yang kepagian

157 31 4
                                    

Irene menatapku penuh rasa bersalah begitu aku tiba di rumah. Seulgi pasti sudah menceritakan segalanya. Dia menggandengku ke kamar, diikuti seulgi dan yeri. Mirip anak ayam mengekor induknya

"inilah hasilnya" kataku pendek sambil merentangkan tangan

"mimpi kalian terlalu muluk. Mimpi yang kepagian"

Wajah wajah di depanku itu menyajikan beragam ekspresi. Dan aku tidak tertarik untuk menelaah lebih jauh

"maafkan aku, wendy! Aku tidak tahu kalau dia sudah pernah menikah dan punya anak"

"sudahlah mbak, di iklannya memang tidak tertulis" kataku mencoba bergurau. "kalau ditulis, mana ada yang mau. Termasuk kalian". Tidak ada yang tertawa mendengar leluconku

"aku tidak tahu harus bicara apa" cetus seulgi lirih

"yang penting, kalian tidak bisa memaksaku melakukan hal hal seperti ini lagi. Terimalah kenyataan, dan biarkan aku bahagia dengan mino. Ah, akhirnya masalah ini selesau dengan sempurna". Aku membaringkan tubuh di ranjang. Tubuhku terasa penat, mataku mulai mengantuk. Hari ini terasa begitu berat untuk kulalui karena ulah mereka

"tapi mbak, mereka berdua sebenarnya cocok" sergah yeri sok tahu. Aku terkejut mendengarnya. Anak satu ini pun tampaknya sudah teracuni oleh seulgi dan irene. Bagaimana bisa dia punya pendapat seperti itu setelah tahu kondisi chanyeol?

"cocok bagaimana?" tanya irene heran. Tapi raut wajahnya tampak penuh perhatian

"mereka bertengkar, berbaikan, bertengkar lagi. Pokoknya seru. Seperti sudah saling kenal bertahun tahun"

"betul. Tapi itu karena kami sangat tidak cocok. Lebih mirip seteru abadi" bantahku kesal

"tapi" manda keras kepala. Ujung telunjuknya diketuk ketukkan di kepalanya. Seakan akan sedang berpikir keras "kalau dipikir pikir apa yang terjadi hari ini cukup baik"

"baik apanya? Kita memperkenalkan wendy dengan duda beranak satu" protes seulgi. Syukurlah, akhirnya dia mengakui kalau apa yang dilakukannya bersama irene, tidak bagus bagiku

Yeri sangat tidak setuju, dan itu benar benar menyebalkan. Aku ingin mengikat lidahnya supaya tidak berkicau lagi

"dia tampan, Sangat kaya raya, memang dia punya anak. Tapi anaknya cantik dan menyukai mbak wendy. Satu hal lagi, walau agak angkuh tapi aku yakin hatinya baik. Kalau tidak, untuk apa dia bersusah payah mengantar kita pulang di tengah kemacetan? Mustahil dia tidak memiliki supir. Kalau mau dia bisa meminta supir untuk melakukan itu kan?" paparnya panjang lebar

"apa? Dia mengantar kalian? Bagaimana bisa? Dan, kenapa tidak ada yang memberi tahuku?"

"untuk apa memberi tahu mbak? Supaya mbak bisa berlari lari melihatnya dan kemudian terbengong bengong seperti mereka?" sindirku. "dasar norak! Apa lagi kalau mbak tahu bahwa dia adalah Chanyeol Harfanza. Pemilik perusahaan rokok terkenal itu" imbuhku kemudian

Benar sekali dugaanku. Tiga pasang mata itu kini nyaris melompat keluar dari rongganya

"apa?" terdengar keterkejutan seperti koor serempak

"chanyeol harfanza. Pengusaha yang tidak pernah muncul di media tapi namanya sangat sering disebut itu"

Yeri segera bisa menguasai diri. "tuh kan. Tidak ada yang salah dengan pertemuan hari ini. Malah makin bagus. Ya ampun, mark pasti tidak percaya kalau aku baru saja diantar pengusaha rokok ternama"

Lalu dia menatapku sungguh sungguh "aku yakin, hubungan kalian akan berhasil. Saat bertengkar tadi, orang orang akan mengira kalau kalian suami istri yang sedang meributkan bulan madu" kekehnya geli. Astaga, aku ingin pingsan mendengar perkataan adikku

meragu (remake novel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang