Ada Mino dan Chanyeol di suatu Ketika

171 32 3
                                    

"chanyeol?" aku nyaris terpekik

"ya, chanyeol. Yang kemarin malam baru saja menjadi supirmu. Oh ya, mobil seulgi sudah diambil tadi siang. Terpaksa diderek. Tapi, aku sama sekali tidak tahu apanya yang rusak"

Aku menggerakkan tangan dan menatap Irene dengan tatapan serba salah yang bermakna "apa yang harus kulakukan?" kakakku itu hanya mengangkat bahu. Menyerahkan sepenuhnya kepadaku apa yang harus dilakukan. Aku merasakan kepalaku berdenyut tiba tiba.

"elle, kamu masih mendengarku?"

"wendy" ralatku buru buru

"elle saja, lebih enak di telinga" chanyeol bersikeras. Suaranya tidak mau dibantah. Astaga, apa ada laki laki yang lebih keras kepala dibanding dirinya?

"kenapa kamu seenaknya mengganti namaku?" aku nyaris berteriak. "wendy dan Elle itu sama sekali tidak mirip"

Aku mendengar desah pelan di seberang. "singa betina mulai beraksi. Elle itu artinya perempuan. Cocok denganmu. Kamu tidak berencana mau melakukan operasi transgender kan?"

"nggak lucu!"

"aku memang tidak sedang melucu. Pokoknya, mulai sekarang aku tidak akan memanggilmu wandy. Aku ganti jadi elle!" tandasnya

Aku tidak bisa menutup bibirku. Lelaki aneh ini memang sangat menjengkelkan. Tempo hari, dia mengejekku dan sengaja mengganti namaku menjadi wandy. Rasanya lebih baik aku mengalah agar tetap waras

"kenapa kamu menghubungi kakakku? Kenapa tidak langsung menelpon ke ponselku saja?"

"aku tidak tahu nomormu" jawabnya jujur. Aku menepuk jidatku tanpa sadar. Bodohnya diriku! Aku memang tidak memberi nomor ponselku dengan dua alasan. Dia tidak pernah meminta dan aku tidak berencana untuk bertemu lagi dengannya. Kenapa sekarang aku malah menyiratkan sebaliknya?

"chanyeol, bisa tidak kamu menelponku lagi nanti? Mungkin hmm... Satu jam lagi?" tanyaku

"kenapa? Kamu sedang tidak bisa menerima telepon ya? Pesanan brownies mu banyak?"

Aku nyaris menggerutu. Laki laki ini terlalu ingin tahu. Sekaligus banyak tahu. Sangat tidak pantas dengan status hubungan kami yang aneh. "bukan"

"lalu kenapa?"

"ada tamu" sunggutku

"oh pacarmu ya?"

"bukan urusanmu!"

Ya ampun, bahkan kami bertengkar di telepon! Apa sebenarnya mau lelaki aneh ini? Membuatku tidak bahagia?

"kukira kamu sudah lebih jinak. Ternyata masih singa betina. Baiklah. Boleh aku minta nomormu?"

Aku ingin marah, tapi rasanya percuma. Aku pun menyebutkan dua belas angka yang sudah  kuhafal luar kepala

"sebentar, jangan terlalu cepat! Bisakah kamu ulangi lagi? Aku baru menemukan pulpen"

Aku menuruti kemauannya

"sampaikan salamku pada pacarmu. Bye, elle"

Tentu saja aku tidak akan mau menyampaikan pesannya tadi

"dasar sinting!" makiku setelah sambungan terputus. Aku nyaris membanting ponsel ke lantai kalau tidak ingat benda itu mudah rusak. Lagi pula, ponsel itu bukan milikku. Irene pasti marah kalau benar benar kubanting

"mau apa dia?" irene penasaran

Aku mengangkat bahu sambil mengangsurkan ponsel "entahlah, aku memintanya menelpon satu jam lagi"

"hah?"

Aku memalingkan wajah kearah jan dinding. Hampir jam sembilan, ternyata. Sudah cukup malam

meragu (remake novel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang