Menemanimu Menjemput Bahagia

143 27 3
                                    

Seulgi tampak sangat mengagumkan dalam balutan busana pengantin bergaya Eropa. Rambutnya ditata indah, make up nya sempurna. Dia menjelma putri putri cantik dalam dongeng Hans Christian Anderson. Jimin pun terlihat makin gagah.

"kamu kapan menikah?" tanya taehyung tiba tiba. Sejak tadi aku hanya berbincang sekadarnya dengan laki laki itu. Aku tidak ingin dia salah paham, karena sudah jelas sekali terbaca niat seulgi untuk mendekatkan kami berdua. Jadi, lebih baik sejak awal aku menjaga jarak

"kalau sudah tiba waktunya, aku pasti akan menikah" jawabku diplomatis. "kamu sendiri?"

Taehyung mengangkat bahunya yang bidang

"belum menemukan perempuan yang pas"

"teruslah mencari" saranku sambil lalu

"tentu" senyumnya melebar

Persiapan pemotretan sudah hampir selesai. Kini, saatnya seulgi dan jimin bergaya di depan kamera. Bertepatan dengan itu, ponsel yang berada di dalam kantong celana jeansku mendadak bergetar

"sebentar ya, aku terima telepon dulu" pamitku pada taehyung yang dijawab dengan anggukan

Sebuah nomor asing terpampang di layar. Meski begitu, aku tetap menjawabnya

"halo?"

"apa yang sedang kamu lakukan siang ini?"

"siapa ini?"

"astaga, kamu tidak menyimpan nomorku?"

Aku mengeluh dalam hati
"ada apa?"

"terima kasih karena sudah menanyakan kabarku" sindir chanyeol halus. "kamu sedang apa?"

"menemani seulgi berfoto untuk pre wedding"

"kamu berfoto juga?"

"tidak lucu! Mau apa kamu menelepon? Jangan bilang kalau kamu ingin memata mataiku!"

Chanyeol tertawa kecil di seberang sana

"tentu saja tidak. Kamu kira aku punya waktu untuk itu? buang buang waktu saja"

Aku menggeram tak sabar. "lalu, kenapa kamu menyia nyiakan waktumu yang berharga itu untuk meneleponku? Apakah ada hal yang sangat penting?"

"tidak"

"Lalu?"

"aku cuma ingin membuatmu marah" balasnya, lalu tertawa kali ini lebih kencang dari sebelumnya

"dasar sinting!"

"melihat temanmu berfoto, jangan sampai ngiler"

"tidak akan" sergahku tajam

"oh ya, simpan nomorku ini! Tidak sembarang orang kuberikan nomor ini, elle"

"kamu kira aku tersanjung?" bentakku kesal

"wah ternyaya aku sukses mengacaukan mood mu ya. Kalau begitu bye"

Aku menatap tak percaya pada ponselku. Chanyeol seenaknya memutus panggilan telepon. Ya Tuhan, benarkah manusia seperti itu memang benar benar kau ciptakan? Dia sudah membuatku nyaris mati kesal!

Aku kembali ke dalam studio foto dengan dada dipenuhi rasa gemas. Chanyeol memang aneh. Apa dikiranya karena aku bersedia bertemu naeun sabtu ini, lantas dia punya hak untuk menggangguku?

Seulgi tampak sangat bahagia. Aku bersyukur untuk itu. Bertahun tahun menjadi sahabatnya, aku tahu pasti jiminlah yang paling tepat untuknya. Sejak SMP, seulgi yang cantik memiliki banyak pengagum. Dia sudah terbiasa dibanjiri surat cinta. Tapi, seulgi punya banyak persyaratan sebelum memilih pacar. Dia tak gampang ditaklukkan meski tidak tabu untuk bersama seseorang. Bahkan, saat kuliah dulu, ia sempat membuatku khawatir karena tergolong sering gonta ganti pacar

"aku ingin memilih yang terbaik, bukan memilih kucing dalam karung. Yang penting, aku tidak pernah berlaku tak setia". Begitu selalu alasannya saat aku mencemaskannya

"tapi, seul..."

"bagaimana bisa kalau tidak pernah mengenal seseorang dari dekat? Jadi, kalau aku merasa tidak cocok, aku tidak akan mau mempertahankan hubungan kami. Aku tak bisa berpura pura"

Seulgi keras kepala. Dia juga sangat pintar beradu argumen. Aku nyaris selalu muncul sebagai pihak yang kalah. Aku tak punya kemampuan mumpuni untuk mempengaruhi orang

Seulgi luwes bergaya di depan kamera. Dulu aku pernah menyarankannya untuk menjadi model. Seulgi memiliki modal yang lebih dari cukup untuk merambah dunia itu. Dia sempat menuruti saranku. Seulgi mengikuti sebuah lomba model sampul yang digelar oleh majalah remaja terkenal. Meski tidak menjadi juara pertama, sahabatku itu berhasil menyabet posisi pemenang favorit pilihan pembaca. Cipanas yang kecil pun dibuat heboh.

Tapi, seulgi tak bertahan lama. Setelah beberapa kali pemotretan dia memilih mundur. Bahkan, sampai masa kuliah pun masih ada tawaran pemotretan yang menghampiri dirinya. Semuanya mengalami nasib yang sama, ditolak mentah mentah

Bibirku tersenyum bila mengingat masa masa itu. Di sinilah sekarang sahabatku. Siap memulai hidup baru dengan kekasih  yang sangat dicintainya. Kebahagiaan yang terpancar di wajahnya benar benar menyentuh hatiku. Tanpa bisa dicegah, aku membayangkan kira kira seperti apa penampilanku kelak dalan balutan gaun pengantin?

Aku tersentak sendiri. Apakah itu bermakna aku mulai merindukan pernikahan? Mino belum akan mewujudkan impian itu kalau boleh dibilang begitu dalam waktu dekat ini. Benarkah apa yang selama ini dikhawatirkan irene dan seulgi?

Tapi, aku segera mengenyahkan jauh jauh pikiran menyesatkan itu. Aku memercayai mino. Dan, dia sudah membuktikan kalau dia adalah orang yang dapat dipercaya. Dan, menurutku, suatu hubungan akan berhasil bila kedua pihak yang terlibat saling percaya. Itu adalah bekal yang mahal karena zaman sekarang orang kerap membengkokkan kepercayaan yang tersemat pada dirinya.

Tiba tiba aku kembali teringat pada topik tentang pindah tugas itu. Hatiku mendadak terasa tidak nyaman

"kamu sangat cantik" pujiku pada seulgi berkali kali setelah dia menyelesaikan pemotretannya

"sangat terlambat kalau kamu baru menyadarinya sekarang" seulgi mengedipkan mata, menggodaku

"semoga kamu bahagia selalu" kataku lagi

"astaga, jangan sentimentil begitu, wendy! Jadi, kapan kamu mendesak mino agar segera mengikuti jejakku?"

Aku bisa melihat rasa haru menyerbu seulgi saat mendengar kalimatku tadi. Dia pintar mengalihkan topik pembicaraan

"nanti, akan ada saatnya"

"jangan kelamaan! Nanti kalau punya anak, kita jodohkan ya?"

Aku tertawa mendengar itu

"kok malah tertawa?"

"kamu terlalu banyak menonton sinetron. Lagi pula, kalau anak anak kita kelak jenis kelaminnya sama, apa tetap memaksa akan menjodohkan mereka?"

Beginilah ternyata rasanya. Mengantarkan sahabat terbaik menuju hari bahagia yang semakin dekat. Hatiku turut dipenuhi kebahagiaan untuknya, juga sedikit kecemasan yang manusiawi. Melihat seulgi dalam busana pengantin, menangkap jelas rona puncak bahagia yang berkeliaran dalan setiap tutur dan gerak tubuhnya, aku merasa ada yang berubah dalam hatiku. Tiba tiba saja, aku pun merindukan sebuah pernikahan!

Yeay double up...
Jangan lupa vote+commentnya

meragu (remake novel) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang