1

4K 358 11
                                    

***

Im Yoona– wanita yang dinikahi G Dragon– adalah anak tengah dari keluarga pengusaha properti di kotanya. Seperti desas-desus yang beredar di agensinya, pernikahan itu terjadi karena perjodohan– demi kepentingan perusahaan. Untungnya, desas-desus itu tidak sampai ke telinga reporter dan para fans. Cerita yang dibuat perusahaan orangtua dan calon mertua Jiyong rasanya terlalu rapi hingga tidak ada satupun reporter yang membicarakannya.

Berbeda dengan berita pernikahan penyanyi-penyanyi lain, sama sekali tidak ada satupun reporter yang menulis berita buruk tentang rencana pernikahan itu. Semua berita seolah merayakan pernikahan itu. Disaat banyak reporter menyerang YG, apa itu mungkin? Ya, tentu saja hal seperti mungkin terjadi disaat putra dan putri pengusaha kaya raya memutuskan untuk menikah. Keluarga besar Jiyong dan perusahaannya, juga keluarga besar Yoona dan perusahaannya tidak akan membiarkan satupun berita buruk mengiringi pernikahan mereka.

Berkat berita-berita positif dari para reporter, juga karena citra baik Im Yoona selama ini, para fans pun tidak bisa berkutik. Sebagian dari mereka mendukung pernikahan itu, tapi sebagian lainnya berharap pernikahan itu hanyalah sebuah mimpi buruk belaka. Masih ada banyak orang yang tidak rela idola mereka dimiliki seseorang. Hebatnya, tidak ada satupun orang yang menghujat pasangan pengantin itu. Entah karena komentar-komentar jahatnya tenggelam oleh doa-doa baik, atau karena komentar-komentar itu memang dihapus, tidak ada yang tahu. Tapi satu hal yang pasti, Jiyong tidak pernah menyetujui pernikahan itu.

"Kami sudah memberimu banyak sekali kebebasan, disaat kau seharusnya memimpin perusahaan, aku membiarkanmu bekerja di tempat lain. Untuk kali ini saja, turuti permintaan orangtuamu ini," sebuah kalimat pendek yang di ucapkan ibunya itulah yang akhirnya membuat Jiyong berserah.

Jiyong punya banyak sekali pikiran keji dalam kepalanya, ia ingin sekali melarikan diri dari rumah dan hidup bebas sekali lagi, tapi pada akhirnya ia tetap saja melangkah datang ke acara-acara keluarga, fitting setelan untuk acara pernikahannya, pemotretan untuk pre-wedding sampai ke acara resepsi pernikahannya. Jiyong datang kesemua acara itu dengan langkah yang sangat berat. Berdiri diantara pilihan menjadi anak durhaka atau merelakan kebebasan sakralnya benar-benar sulit bagi Jiyong. Tapi sekarang kedua pilihan itu sudah lenyap tidak lagi bersisa, kemarin ia sudah resmi menikah dan hari ini ia berada di bandara untuk terbang berbulan madu ke Hawaii– tempat bulan madu favorit para pengantin.

Mulai dari berangkat sampai ketika mereka tiba di Hawaii, banyak sekali mata yang memperlihatkan mereka. Mengagumi sepasang pengantin baru yang berjalan berdampingan itu. Yoona membawa tasnya, begitu juga dengan Jiyong, hingga tidak ada alasan bagi mereka untuk bergandengan atau saling rangkul layaknya pengantin bahagia. Tapi Jiyong tersenyum saat itu, begitu juga dengan Yoona. Senyum keduanya begitu lebar seolah mampu menghubungkan kedua telinga mereka. Bahkan di pesawat pun mereka duduk bersebelahan walau tidak ada obrolan sama sekali sepanjang penerbangannya.

Hanya dua kata– ya dan tidak– yang keluar dari mulut Jiyong setiap kali Yoona mencoba mengajaknya bicara. Gadis itu bisa mengerti, sejak awal Jiyong tidak menyetujui pernikahan itu. Yoona masih bisa bersabar sekarang, mungkin nanti setelah mereka berlibur bersama, mulai saling mengenal kemudian tinggal bersama, ia bisa meluluhkan hati Jiyong. Yoona beranggapan, ia masih punya kesempatan untuk membangun rumah tangga yang diimpikannya.

Berbeda dengan Jiyong yang sempat menolak keras pernikahan itu– walaupun gagal– Yoona justru tidak punya pilihan lain. Gadis itu tidak dekat dengan banyak pria, bahkan hampir tidak punya teman pria. Yoona ingin menikah, karena usianya pun sudah cukup dewasa untuk itu– usianya tiga puluh tahun sekarang– tapi ia tidak punya seorang kekasih. Sembari bekerja di perusahaan ayahnya, sebagai wakil direktur, Yoona berharap ia bisa bertemu seorang pria baik yang nantinya akan menjadi ayah bagi anak-anaknya. Sayangnya ia tidak kunjung bertemu dengan pria itu sampai pada suatu malam ayahnya– yang sekarang sudah pensiun– berencana untuk menjodohkan Yoona. Sang ayah resah karena putri tengahnya tidak pernah terlihat berkencan selama hampir sepuluh tahun terakhir.

Dengan beranggapan kalau pilihan orangtuanya adalah pria baik yang memang ditakdirkan untuk menikah dengannya, Yoona menerima perjodohan itu. Ia pertama kali bertemu dengan Jiyong dalam sebuah acara keluarga, disana pria itu terlihat begitu sopan dan baik hati, disana Jiyong terus tersenyum karena memang itu pekerjaannya– ia terbiasa selalu tersenyum di depan seluruh fansnya. Mungkin ada sebuah kesalahpahaman disana, Yoona tidak tahu kalau Jiyong memang selalu tersenyum dengan sopan di depan semua orang termasuk orang-orang yang tidak ia sukai. Yoona tidak menyadari kalau rasa profesionalisme dalam diri Jiyong sudah menjadi kebiasaan.

Pada akhirnya, angan-angan Yoona untuk memiliki waktu-waktu bulan madu yang menyenangkan bersama suaminya hancur berantakan. Masih dengan sopan, dengan nada bicara yang tenang dan wajah tersenyum yang sopan, Jiyong mengatakan pada Yoona kalau ia akan memesan kamar lain di hotel tempat mereka menginap.

"Aku tidak nyaman kalau harus berbagi kamar dengan orang lain," ucap Jiyong tidak benar-benar jujur. Ia bisa berbagi kamar dengan siapapun kecuali Yoona– itulah kenyataannya. "Jadi aku akan memesan kamar lain, selamat malam, nikmati liburanmu," tambah Jiyong yang sekarang justru menarik kopernya pergi setelah ia mengantar Yoona sampai ke depan kamar hotelnya. "Ah! Dan aku akan mematikan handphoneku, aku tidak suka seseorang menganggu liburanku, tolong mengertilah," teriak Jiyong– yang kali ini telah berada di depan lift, untuk kembali menuju meja resepsionis.

Begitulah akhir dari bulan madu romantis yang Yoona bayangkan sebelumnya. Dan begitulah Yoona, gadis itu bahkan tidak bisa mengatakan apapun sampai Jiyong benar-benar menghilang di balik pintu lift yang tertutup. Sejak kecil Yoona memang tidak banyak bicara, seperti seorang yang punya masalah demam panggung, Yoona selalu kesulitan untuk berbicara pada orang-orang yang belum begitu dekat dengannya. Bahkan setelah ia pergi sekolah ke luar negeri sampai bekerja di perusahaan ayahnya sendiri, Yoona tetap berkeringat setiap kali harus berdiri dan bicara di depan banyak orang. Mungkin karena sejak kecil ia selalu berada dalam zona-zona paling nyaman di rumahnya, gadis itu selalu kesulitan setiap kali orang-orang mendesaknya.

Pada akhirnya, setelah kepergian Jiyong, bulan madu yang seharusnya bisa menjadi kesempatan untuk saling mengenal berubah menjadi liburan panjang tanpa bertemu sama sekali. Jiyong benar-benar mematikan handphonenya, meminta resepsionis untuk tidak memberitahu siapapun dimana kamarnya dan sama sekali tidak keluar dari kamar hotelnya itu. G Dragon si pemusik jenius itu justru memanfaatkan waktu liburannya untuk menulis lagu-lagu baru di kamarnya.

***

WetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang