22

2.2K 289 18
                                    

***

"Setiap kali oppa selesai dengan acara keluargamu, oppa pasti kesal," keluh Lisa yang sekarang bicara pada wajah Jiyong di layar handphonenya. Lagi-lagi panggilan video.

"Hm... Dan setiap kali kesal, aku membutuhkan dukunganmu,"

"Fighting?" jawab Lisa dan Jiyong terkekeh karenanya. Wajah polos gadis yang sesekali sangat cerdas itu selalu berhasil memperbaiki mood Jiyong.

"Apa Ten di rumah?"

"Ya, dia ada di kamarnya," jawab Lisa. "Sedang kesal padaku, tapi bukan karenamu. Tadi sore fotoku dengan Taeyong tersebar di internet dan Ten cemburu,"

"Foto apa?" tanya Jiyong, sama sekali belum melihat foto yang ramai dibicarakan itu.

"Fotoku memeluk Taeyong," jawab Lisa, dengan sangat santai. "Lalu orang-orang kesal karena aku memeluk Taeyong, mereka menyebutku pelacur murahan karena aku menggoda oppa mereka,"

"Tunggu sebentar," sela Jiyong. "Kenapa kau memeluk Taeyong? Kau seharusnya memelukku,"

Mendengar ucapan Jiyong, Lisa lantas menghela nafasnya, awalnya ia malas menanggapi Jiyong dan kecemburuannya. Tapi beberapa detik kemudian ia terkekeh karena kecemburuan Jiyong.

"Jadi begini rasanya dicemburui?" komentar Lisa, yang justru senang karena melihat reaksi Jiyong terhadap ceritanya. "Tapi dimana oppa sekarang? Tidak bisakah oppa kesini saja? Aku juga ingin memelukmu,"

"Bagaimana dengan Ten?"

"Dia tidak akan peduli, cepat kesini... Aku ingin memelukmu," jawab Lisa yang kemudian membawa Jiyong ke rumahnya.

Setelah berganti pakaian– dengan kaos hitam dan celana selutut– Jiyong melangkah keluar dari studionya. Di luar ada Yoona yang sedang gugup sembari bicara di telepon. Ayah dan ayah mertua mereka sudah pulang sejak dua puluh menit lalu. Tanpa menegur Yoona, Jiyong berjalan meninggalkan studio itu. Hanya ada handphone dan sebuah dompet di tangannya. Pria itu tidak akan pergi jauh pikir Yoona, yang justru jadi khawatir karenanya.

"Kau akan pergi ke-"

"Ya, aku akan pergi menemuinya, gadis itu," potong Jiyong, yang sengaja berdiri di depan cermin lebih dulu. Memastikan kalau wajahnya benar-benar sudah sempurna untuk menemui gadis itu. Membuat Yoona merasa sangat tersinggung karena pria itu tidak pernah bersikap seperti itu terhadapnya.

"Kau tidak berfikir kalau aku yang menyuruh Donghae oppa melakukan itu kan?" tanya Yoona dan Jiyong menganggukan kepalanya.

"Ya, aku tidak berfikir kalau kau menyuruh Donghae oppamu melakukan itu, karena memang bukan kau yang melakukannya? Atau mungkin kau hanya berpura-pura tidak tahu kalau appamu yang melakukannya?" ucap Jiyong yang sekarang bersandar pada dinding, menatap Yoona di tempatnya berdiri. Gadis itu kelihatan sangat sakit, di mata Jiyong, pucat dan khawatir.

"Yoona, milik siapa hidupmu itu? Milikmu, atau milik appamu? Sebenarnya, aku kasihan padamu. Kau tahu kan kalau appamu membenci Lee Donghae? Dia yang sebelumnya asistenmu dibuatnya jadi supirmu, menurutmu kenapa dia melakukan itu? Dia ingin Supir Lee mengundurkan diri, karena dia tahu kau tidak akan melepaskannya. Tapi Supir Lee tidak mengundurkan diri, lalu dia menikahkanmu denganku, ini bagian yang paling ku benci. Dia membual tentang keluarga bahagia berharap kau akan berhenti mempertahankan Supir Lee, tapi sudah lebih dari dua bulan kita menikah, kau masih saja mempertahankannya, jadi sekarang dia mengirim Supir Lee ke penjara, karena menguntit. Yoona, appamu benar-benar menakutkan, kau tidak tahu itu?"

"Tidak! Appaku tidak akan melakukan itu!"

"Kasian sekali," gumam Jiyong yang kemudian mengatakan kalau dia tidak akan pulang malam ini.

Sejak awal, Jiyong tahu kalau ia hanya alat untuk tuan Im mendapatkan kembali putrinya.

Yoona, yang selama ini terbiasa menjadi putri penurut dan anak sempurna, tidak bisa menolak perintah ayahnya. Ia hampir mempercayai seluruh ucapan ayahnya. Saat ayahnya bilang kalau Lee Donghae– yang saat itu masih jadi asisten Yoona– tidak becus mengatur jadwal dan membuat Yoona sakit karena kelelahan, Yoona mempercayainya. Tapi Yoona tidak ingin memecat kekasihnya, gadis itu justru meminta Donghae menjadi supir pribadinya– seperti saran sang ayah yang berperan sebagai penasehat bijak di depan Yoona dan perancang rencana keji di belakang putrinya. Tuan Im pikir begitu Donghae di jadikan supir, harga dirinya akan terluka dan ia akan mengundurkan diri, tapi ternyata bayangan Tuan Im meleset.

Kalau rencana pertama saja tidak cukup untuk menyingkirkan Donghae tanpa melukai putrinya, maka Tuan Im butuh rencana kedua. Tuan Im menikahkan Yoona dengan Jiyong. Ia memilih pria yang jauh lebih baik dari Donghae untuk mendapatkan kembali hidup putrinya. Ia ingin memakai Jiyong sebagai alat untuk menyingkirkan Donghae.

Sedari awal Jiyong mengetahui itu dan ia bersedia melakukannya, tapi ternyata Tuan Im tidak bisa menahan dirinya, setelah mendapatkan Jiyong sebagai menantunya, tujuannya meluas. Ia tidak hanya ingin menguasai hidup Yoona, tapi ia juga ingin mendapatkan hidup Jiyong. Baru satu hari setelah hari pernikahan mereka, Tuan Im sudah banyak memerintah Jiyong– seolah Jiyong adalah karyawan yang ia pekerjakan. Tuan Im bersikap seolah ia ingin Jiyong bertekuk lutut padanya karena ia sudah memberikan putrinya yang sempurna pada Jiyong.

Rupanya Tuan Im punya hobi mempermainkan orang-orang disekitarnya. Ia ingin semua orang disekitarnya tunduk padanya, bergantung padanya dan menginjak-injak mereka. Membuat orang lain sudi menuruti perintahnya, adalah kebahagiaan tersendiri bagi Tuan Im. Membuatnya merasa menjadi Tuhan bagi orang-orang itu.

Awalnya, Tuan Im berhasil membuat Yoona menginginkan Jiyong. Tuan Im berhasil memanipulasi perasaan putrinya, mengiming-imingi putrinya dengan gambaran keluarga bahagia bersama Jiyong. "Kau bisa tetap bersahabat dengan Supir Lee, tapi juga bisa mendapatkan rumah tangga yang bahagia dengan Jiyong, kau cantik dan sempurna, kau bisa mendapatkan keduanya," tutur Tuan Im mempermainkan kerakusan putrinya.

Lalu Jiyong yang tidak menanggapi perhatian Yoona, melukai harga diri gadis tamak itu. "Kau tidak boleh kalah, kau sempurna, kau bisa mendapatkan segalanya, kau mampu mendapatkan semua pria, appa akan sangat bangga padamu kalau kau berhasil membuat dua pria itu berlutut di kakimu, kau sempurna untuk itu," pujian-pujian yang Tuan Im berikan pada Yoona, pada akhirnya membutakan gadis itu. Ia ingin mendapatkan Jiyong dan Donghae sekaligus. Ia ingin menjadi putri yang dibanggakan ayahnya, tapi bayangannya akan cinta dan isi hatinya yang sebenarnya mulai kabur karena ketamakannya.

Tuan Im memanipulasi putrinya sendiri. Tuan Im mencekoki putrinya dengan angan-angan, dengan gambaran sempurna akan hidupnya kemudian membuat putrinya tenggelam dalam gambaran rasa bahagia yang samar. Tuan Im yang memberitahu hubungan Jisoo dengan Jiyong di masa lalu, dengan kata-katanya, Tuan Im juga yang membuat Yoona sampai bersikap sangat kasar pada Jisoo. Ia mengatakan pada Yoona kalau Jisoo adalah serangga yang sedang merusak rumah tangga bahagianya. Yoona hanya cangkang kosong yang selama ini di permainkan oleh ayahnya sendiri.

***

WetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang