5

2.8K 355 8
                                    

***

Selama satu pekan setelah pulang berbulan madu, Jiyong masih tinggal di apartemennya sendiri. Pria itu tetap tidak ingin tinggal di rumah yang sudah mertuanya siapkan. Dengan beralasan kalau pekerjaannya tidak bisa ditinggal, Jiyong menolak semua permintaan mertuanya, permintaan Yoona bahkan permintaan orangtuanya. Jiyong tidak ingin tinggal di rumah pemberian orangtua Yoona. Jiyong tidak ingin kehidupannya diatur oleh keluarga besar istrinya itu.

Jiyong pikir setelah setuju menikah, bahkan setelah ia dan Yoona sama-sama tahu kalau pernikahan itu hanya perjanjian bisnis belaka, ia akan mendapatkan kembali kebebasannya. Tapi apa yang ia dapatkan sekarang hanya rantai-rantai kuasa yang perlahan-lahan diikatkan padanya. Orangtuanya tidak begitu peduli akan keluhan Jiyong, mereka pikir Jiyong sudah cukup dewasa untuk menyelesaikan masalah rumah tangganya sendiri. Toh selama ini Jiyong memang selalu menyelesaikan masalahnya sendiri. Tapi orangtua Yoona berbeda seratus delapan puluh derajat dari orangtua Jiyong. Ayah dan ibu Yoona, hampir setiap hari menelepon Jiyong, meminta Jiyong untuk mengabulkan permintaan mereka. Jiyong sampai muak karena kedua orang yang sangat mencintai putri mereka itu tidak mau mencari jalan tengah tapi hanya memaksa Jiyong mengikuti keinginan mereka.

Jadi semalam, di pukul dua pagi, Jiyong menelepon kakak perempuannya– Kwon Dami. Pria itu mengeluhkan semua yang terjadi dalam hidupnya selama satu minggu terakhir ini. Sembari berjalan menuju mobilnya, Jiyong mengeluh pada Dami. Katanya, Jiyong masih tidak bisa menerima Yoona. Tapi Dami yang saat itu sudah sangat mengantuk justru menyuruh Jiyong untuk mencoba tidur dengan Yoona.

"Kalau kau mulai mencoba tidur dengannya, lama-lama kau akan terbiasa dan mencintainya," ucap Dami semalam dan Jiyong justru semakin kesal dengannya. Pria itu bilang ia tidak bisa tidur dengan orang yang tidak disukainya. Jiyong bersikeras kalau ia sama sekali tidak bergairah saat melihat Yoona. Dan saat itulah Lisa mendengar pembicaraan Jiyong. Gadis itu baru saja selesai latihan, berencana untuk menyetir pulang namun pembicaraan Jiyong di telepon justru menarik perhatiannya.

Kembali ke sore yang cerah di depan apartemen Lisa, Jiyong masih berdiri disana, menahan Lisa agar ia tidak pergi. Jiyong tidak benar-benar peduli kalau Lisa tahu mengenai masalah rumah tangganya yang busuk itu, pria itu hanya butuh alasan agar ia tidak perlu masuk sekarang. Namun mengeluh di depan Lisa juga bukan pilihan karena Jiyong tidak ingin terlihat menyedihkan di depan Lisa– di depan siapapun.

"Kau sudah tahu apa yang terjadi, apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Jiyong, yang justru berperan sebagai senior di agensi. Nada bicaranya saat ini, biasanya hanya muncul di studio rekaman dan banyak orang yang takut akan nada bicara itu– termasuk Lisa. Kwon Jiyong yang sedang bekerja dan Kwon Jiyong yang sedang bermain adalah dua pribadi yang berbeda, semua orang tahu itu terlebih mereka yang sudah lama bekerja di YG.

"Pergi ke supermarket, mau ikut?" tanya Lisa dan Jiyong menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bukan itu maksud pertanyaannya tapi tawaran Lisa juga terdengar cukup menarik baginya. Pergi ke supermarket bisa menunda rencananya untuk datang ke rumah barunya.

"Maksudku," lanjut Lisa yang juga tahu kalau jawabannya benar-benar terdengar bodoh saat itu. "Tidak maksudku, aku memang sudah mendengar apa yang terjadi, tapi itu bukan urusanku dan masalah-"

"Kau akan membicarakannya dengan teman-temanmu?" potong Jiyong dan Lisa menggelengkan kepalanya. "Kenapa? Takut aku akan marah?" tanya Jiyong sekali lagi dan sekali lagi juga Lisa menggelengkan kepalanya. Ia benci setiap kali merasa terintimidasi oleh aura Jiyong seperti sekarang dan Lisa pun yakin semua orang di agensi pasti akan membencinya. Lisa bahkan pernah dengar kalau Kwanghee, pria yang sangat menyukai G Dragon dan ingin bekerja di YG itu pernah menangis karena di marahi Jiyong saat sesi rekaman.

"Masalah serius seperti itu tidak asik digunjingkan," singkat Lisa. "Boleh aku pergi sekarang?" tanya gadis itu membuat Jiyong mau tidak mau harus memberikannya jalan.

Lisa membungkuk untuk menyapa Jiyong, setelahnya ia melangkah menjauh tapi Jiyong justru mengikutinya. Dengan beralasan kalau ia sedang butuh rokok, Jiyong mengikuti Lisa sampai ke supermarket yang tidak seberapa jauh dari sana. Supermarket itu masih berada di komplek apartemen yang sama, namun Lisa tetap mengendarai mobilnya karena tidak ingin berjalan di bawah terik matahari.

"Berapa harga unit apartemen disini?" tanya Jiyong sementara Lisa mengemudikan mobilnya di jalanan yang tidak begitu ramai. Di komplek apartemen itu ada empat gedung apartemen dengan fasilitas-fasilitas standarnya. Supermarket, taman, tempat penitipan anak, taman kanak-kanak dan beberapa fasilitas umum lainnya juga sudah ada disana, karenanya Lisa memilih tinggal disana.

"Hampir sama dengan Galleria Foret, tapi sedikit lebih ramai, walaupun tidak ada perkantoran disini," jawab Lisa.

"Tapi tempat ini sangat jauh dari agensi," gumam Jiyong yang kemudian mengatakan kalau ia tidak ingin tinggal disana. "Ya, Lisa-ya, jangan menikah. Kau akan menyesalinya," ucap Jiyong yang begitu sampai ke supermarket justru enggan turun dari mobil.

Jiyong melihat mobil Yoona dan supirnya di supermarket itu dan dia enggan berpapasan dengannya disana. Jiyong menyuruh Lisa membelikannya rokok, sementara ia menunggu di mobil.

"Oppa kau benar-benar dijodohkan?" tanya Lisa dan Jiyong melemparkan tatapan tidak percaya pada gadis itu.

"Seorang penggunjing sepertimu tidak tahu tentang itu? Bukankah semua orang di agensi sudah membicarakannya?" tanya Jiyong dan Lisa membulatkan matanya. Lisa tidak suka disebut penggunjing, tapi ia sadar kalau ia memang sering sekali bergunjing di agensi. Berteman dengan Mino membuat Lisa jadi ikut menikmati gunjingan-gunjingan di sekitarnya.

"Karena aku penggunjing makanya aku bertanya. Semakin sering oppa menggunjing, oppa akan semakin sadar kalau sebagian besar gunjingan itu tidak benar. Kita selalu menambahkan MSG ke dalamnya, agar menarik," jawab Lisa dan Jiyong menganggukan kepalanya. Jiyong mengakui kalau ia benar-benar dijodohkan dan tidak begitu senang karenanya. Jiyong juga bilang kalau sebenarnya ia tidak ingin tinggal di rumah itu, tapi mertuanya yang pengatur membuatnya jengah.

"Kau tahu, Lisa?" gumam Jiyong. "Rasanya tidak seperti menikah dalam komik, tapi seperti menjadi peliharaan baru keluarga orang lain," ucapnya membuat Lisa tidak jadi keluar dari mobilnya.

"Mungkin oppa hanya belum sampai ke tahap itu? Di novel-novel, butuh setidaknya sembilan bulan sampai pasangan yang dijodohkan bisa benar-benar jatuh cinta,"

"Kenapa sembilan bulan?"

"Saat itu kalian akan punya anak dan oppa akan sangat bahagia karenanya. Bukankah selalu begitu akhir dari kisah orang-orang yang dijodohkan?"

***

WetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang