7

2.5K 305 19
                                    

***

Awalnya, Lisa marah karena Ten mempermalukannya di depan Jiyong. Namun beberapa menit kemudian, Lisa tidak sengaja menyenggol mainan Ten, dan merusaknya. Awalnya Ten belum menyadari perbuatan Lisa itu, tapi saat Lisa melarikan diri dan bersembunyi di rumah Jiyong, Ten langsung naik pitam- pertama, karena Lisa merusak mainannya dan kedua, karena Lisa bersembunyi di rumah pria yang tidak ingin Ten temui.

Sekarang, Lisa bersembunyi di rumah Jiyong. Ia duduk di dalam studio pribadi Jiyong yang dekorasinya sedikit aneh- menurut Lisa. Lisa duduk di salah satu kursi, mencoba merekatkan kembali mainan yang ia rusak, sedang Jiyong duduk di depannya sembari merokok, memperhatikan Lisa yanh sibuk dengan lemnya.

"Bukan oppa yang mendekorasi studionya ya?" tanya Lisa, dengan kepala yang masih tertunduk, sibuk menatap lem dan mainan milik Ten.

"Bagaimana kau tahu?" balas Jiyong, yang sekarang melirik ke arah pintu dan melihat Yoona datang dengan nampan dan kudapan.

"Tidak ada lukisan seksi disini- oh terimakasih eonni, maaf karena membuatmu repot," ucap Lisa disaat ia menyadari kehadiran Yoona disana. Gadis itu lantas membantu Yoona menurunkan piring kudapannya dari nampan, berusaha terlihat sopan karena ia yang paling muda disana.

Yoona ingin dilibatkan dalam pembicaraan Lisa dan Jiyong disana, namun Jiyong sama sekali tidak bicara padanya. Jiyong hanya diam, merokok dan sesekali mengecek handphonenya. Sementara Lisa duduk canggung di tempatnya, bingung dengan suasana dingin yang ada di ruangan itu. Suasananya membuat Lisa merasa kalau ia tidak seharusnya ada disana.

"Hei, foto apa yang kau kirim ke grup agensi?" tanya Jiyong membuat Lisa menaikan alisnya, Lisa tidak mengirim foto apapun hari ini, ia bahkan tidak ingat dimana handphonenya sekarang.

"Aku tidak membawa handphoneku, foto apa?" tanya Lisa dan Jiyong menghela nafasnya kemudian memberikan handphonenya pada Lisa. Jiyong sama sekali tidak membagi obrolannya dengan Yoona, namun reaksi Lisa ketika ia tahu foto apa yang sedang Jiyong bicarakan itu membuat Yoona tidak sempat merasa kecewa.

"Ya! Chittaphon sialan!" maki Lisa begitu ia melihat fotonya sendiri sedang memakai gaya santai favoritnya- kaos oversize, celana biru kusam, rambut acak-acakan, kacamata rusak dan sebuah bra di genggaman tangannya.

"Ya! Bodoh! Kembalikan handphoneku!" seru Jiyong karena Lisa yang terlalu kesal dan malu itu pergi begitu saja. Gadis itu bergegas pulang kemudian mencari Ten, si pelaku yang mengirim foto memalukan itu ke grup besar agensinya- bahkan CEO Yang Hyunsuk bergabung di grup itu.

Setelah hari itu, Jiyong memutuskan untuk tinggal di rumah Yoona. Bukan karena rumah Yoona lebih bagus dari miliknya. Bukan juga karena ia ingin menuruti permintaan ayah mertuanya. Jiyong ingin tinggal disana justru karena ia penasaran pada gadis yang akan jadi tetangganya. Jiyong penasaran kenapa Lisa memilih tinggal disana alih-alih tetap di dorm seperti tiga tahun lalu padahal ia seorang warga negara asing. Jiyong juga penasaran akan hubungan Lisa dan Ten yang baginya menggemaskan. Jiyong tidak akan terkejut kalau ternyata Lisa dan Ten adalah sepasang saudara dari keluarga yang berbeda– mungkin orang tua Lisa dan Ten bercerai kemudian menikah lagi dengan orang lain. Banyak khayalan akan hidup Lisa yang tanpa sadar justru memenuhi kepala Jiyong.

Jiyong pikir ia sudah cukup mengenal Lisa sebagai junior serta rekan kerjanya di agensi, namun ternyata pikiran itu hanya ilusi belaka. Setelah melihat Lisa hari ini, Jiyong tahu kalau ia tidak mengenal Lisa sama sekali. Jiyong baru sadar kalau ia tidak tahu apa yang Lisa sukai dan apa yang tidak gadis itu sukai. Jiyong baru sadar kalau ia tidak cukup mengenal Lisa sampai tahu siapa saja orang-orang yang ada di sekitarnya.

Sayangnya, walaupun Jiyong memang berencana tinggal disana, pria itu tidak lantas memberi Yoona kesempatan. Di kamar– yang sudah dirombak jadi sebuah studio– Jiyong menaruh semua barang-barangnya. Pria itu tidak membawa banyak barang, karena ia hanya berencana tinggal disana selama beberapa minggu sampai rasa penasarannya hilang. Satu koper pakaian, sebuah ranjang kecil beserta seprei dan selimutnya juga sebuah lemari es kecil, hanya itu yang Jiyong bawa dari rumahnya. Jiyong menolak tidur di kamar utama. Jiyong menolak berbagai kamar dengan Yoona. Jiyong menolak berbagi privasi dengan Yoona.

Dengan sopan, Jiyong mengatakan pada Yoona kalau ia hanya akan tinggal di kamar sekaligus studionya. "Karena ini rumahmu, anggap saja aku menumpang disini," tutur Jiyong, yang sangat ingin Yoona sela namun ia tidak diajarkan untuk menyela kata-kata orang lain. Jadi, lagi-lagi Yoona hanya diam mendengarkan ocehan Jiyong. "Aku akan tinggal disana," lanjutnya sembari menunjuk studio pribadinya. "Tempat tidur, kamar mandi, dan kebutuhanku lainnya sudah ada disana. Aku hanya akan tinggal disana, jadi kau bisa melakukan apapun di rumahmu kecuali disana. Besok aku akan meminta tukang kunci untuk datang dan memasang kunci disana, mari kita jaga privasi masing-masing,"

"Tapi kita suami istri yang seharusnya-"

"Kita memang menikah, kita suami dan istri sekarang tapi pernikahan kita tidak sama dengan pernikahan pada umumnya. Kita tidak menikah karena cinta jadi tidak perlu memaksakan diri," potong Jiyong yang secara tidak langsung mengatakan pada Yoona untuk menjaga jarak darinya. "Aku akan memenuhi kebutuhan finansialmu, karena sekarang itu tanggung jawabku, tapi aku tidak melakukannya karena aku mencintaimu jadi kau bisa tetap bekerja atau melakukan apapun yang kau inginkan, tidak perlu meminta izinku untuk apapun yang ingin kau lakukan, putuskan saja sendiri semuanya. Aku akan rutin mengirimimu uang setiap bulannya, tidak perlu menungguku pulang apalagi menyuruhku untuk segera pulang, tidak perlu menyiapkan makanan untukku, tidak perlu melakukan apapun, kau mengerti kan?"

"Penjelasanmu terdengar seperti penekanan kalau aku hanya pemilik rumah dan kau penyewa rumah itu," gumam Yoona, sembari melirik studio yang sudah ia usahakan sebaik mungkin.

Yoona sudah meminta bantuan nyonya Kwon untuk mengambil alat-alat musik itu, ia mendekorasi sendiri studio itu bahkan meminta pendapat seorang pemusik sungguhan saat mendekorasi studionya, tapi sepertinya usahanya itu sia-sia, Jiyong tidak kelihatan menyukai studio itu. Pria itu bahkan mendekorasinya ulang studionya agar ranjang kecilnya bisa masuk ke dalam sana. Yoona kecewa, karena apa yang sudah ia lakukan ternyata belum cukup untuk menyenangkan hati Jiyong.

"Maaf kalau aku menyinggung perasaanmu, tapi menanggap hubungan kita sebagai hubungan antara pemilik dan penyewa rumah jauh lebih mudah bagiku. Aku tidak punya perasaan apapun untukmu," sopan Jiyong yang kemudian berpamitan– mengatakan kalau ia akan pergi bekerja sekarang.

Lagi-lagi Yoona merasa sangat kecewa. Sudah hampir tiga minggu mereka menikah, tapi Jiyong masih berusaha mendorongnya menjauh. Yoona tahu kalau Jiyong jadi begitu karena sikap ayahnya, tapi Yoona merasa kalau dia berada di antara dua pria yang sama-sama kuat, Yoona tidak bisa memilih salah satu diantara suami dan ayahnya. Yoona ingin mendapatkan keduanya– perhatian Jiyong, juga perhatian ayahnya.

***

WetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang