12

2.6K 342 34
                                    

***

Jiyong tidak menyesali perbuatannya. Pagi ini Jiyong tidak menyesal karena telah mencium Lisa semalam. Bahkan saat Lisa menghindarinya hari ini, Jiyong masih tidak menyesal. Menurutnya Lisa sangat menggemaskan saat gadis itu sengaja berbalik dan mengganti arah langkah kakinya hanya untuk menghindari Jiyong. Ciuman semalam memang masih membuat Jiyong berdebar, tapi ia tidak menyesalinya.

Sementara Lisa justru merasakan yang sebaliknya. Lisa menyesal karena membiarkan Jiyong menciumnya. Lisa menyesal karena setelah kejadian semalam, ia tidak bisa melupakan Jiyong. Ingatan akan ciuman itu terus melintas di kepalanya. Bukan hanya ingatan akan alur kejadiannya, tapi suasana, kata-kata bahkan aroma tubuh Jiyong yang bercampur dengan whiskey masih terasa dengan jelas dalam kepala Lisa.

"Ya! Kau mabuk?" tegur Jennie disaat ia melihat Lisa yang sebelumnya berdiri di tengah-tengah ruang latihan tiba-tiba saja duduk dan memeluk lututnya sembari berteriak. "Atau kau kerasukan?!"

"Eonni," gumam Lisa, yang masih duduk dengan memeluk lututnya di lantai. "Sepertinya, aku sudah sangat lama tidak berkencan,"

"Hm... Kau memang sudah sangat lama tidak berkencan, sudah dua puluh delapan tahun kau tidak berkencan," jawab Jennie setengah mengejek.

"Heish! Eonni! Kau jahat sekali!" omel Rose. "Lisa pernah berkencan! Sering! Tapi hanya beberapa hari, kalau semuanya di gabung, seumur hidupnya, Lisa sudah berkencan selama dua bulan," susul Rose yang kemudian mengundang tawa orang-orang di ruang latihan itu– termasuk pelatih serta manager mereka.

"Kenapa Lisa? Ada apa denganmu? Siapa yang menciummu? Hanbin? Atau Hyunsuk? Ah mungkin Yedam?" tanya sang manager disusul ledekan Jisoo dan tawa tambahan dari orang-orang disana.

"Noona! Lisa noona! Aku mencintaimu!" seru Jisoo, mengikuti bagaimana Hyunsuk dan Yedam saat menggoda Lisa.

"Bagaimana eonni tahu? Kalau aku baru saja dicium?" polos Lisa, ia tidak peduli dengan ledekan-ledekan itu. Ia tidak bisa memikirkan ledekan-ledekan itu karena semua hal tentang Jiyong sekarang memenuhi kepalanya. "Ya! Bagaimana ini?! Sepertinya otakku tidak dirancang untuk memikirkan masalah ini! Ah! Menyebalkan! Aku tidak mau latihan!" seru Lisa, sebelum kemudian ia melarikan diri karena terlalu bingung.

Dari semua tempat di agensi, hanya ada satu tempat bagi Lisa untuk menyendiri, memikirkan masalahnya– perpustakaan. Tidak seperti atap di kantor atau sekolah dalam cerita, ada banyak pria yang suka merokok di atap gedung agensi, jadi atap bukan tempat tujuan yang tepat bagi Lisa yang ingin menyendiri. Bagian belakang gedung agensi juga bukan pilihan tepat, karena banyak artis yang sering memarkir mobil mereka disana, sengaja untuk menghindari para fans. Tangga darurat pun bukan pilihan karena disana terlalu lembab dan mengerikan– setidaknya bagi Lisa yang percaya kalau hantu penunggu YG memang benar-benar ada.

Kali ini di perpustakaan YG yang jarang sekali di datangi orang. Bukan benar-benar perpustakaan seperti bayangan orang-orang, tempat itu lebih seperti toko buku dibanding perpustakaan sungguhan. Sebagian besar bukunya adalah buku puisi atau cerita-cerita yang di tulis para artis YG. June iKon, Tablo, Lee Sungkyung bahkan Jisoo pernah menulis buku yang kemudian diterbitkan dan untuk mengapresiasi mereka, pihak agensi membuatkan sebuah ruangan khusus yang mereka sebut perpustakaan– walau disalah satu sisinya terdapat satu rak penuh berisi album-album para pemusik di YG. Di ruangan persegi itu, Lisa berdiri di balik sebuah rak buku tinggi. Ada sebaris naskah drama disana, drama-drama yang pernah diperankan oleh artis YG, Lisa sedang melihat drama-drama itu, mencari siapa tahu ada drama perselingkuhan disana. 

"Kenapa aku jadi begini," gumam Lisa yang dengan sengaja membentur-benturkan kepalanya ke rak buku di rak buku kayu yang kokoh itu. "Apa karena aku sudah lama tidak berkencan? Ayolah Lisa berhenti memikirkannya," keluhnya.

"Kau akan melukai dahimu," tegur Jiyong, yang dengan sengaja menyelipkan tangannya diantara rak buku dan dahi Lisa.

"Huh?! Pergi!" usir Lisa yang langsung berbalik dan menghindari Jiyong. Ia menghindari Jiyong yang sebenarnya berada disana untuk mengambil sebuah buku– bukan untuk mengikuti Lisa. Jiyong bahkan terkejut saat melihat Lisa di perpustakaan, karena Lisa tidak pernah kesana sebelumnya, sedang Jiyong sering sekali ke perpustakaan itu untuk mengambil buku yang mungkin akan jadi inspirasinya. Jiyong perlu banyak membaca agar lirik lagunya tidak terlalu monoton.

Sekarang Lisa berdiri di depan rak buku dengan sederet buku komik yang disumbangkan Eun Jiwon untuk perpustakaan kecil itu. Lebih tepatnya, Jiwon menitipkan koleksi komiknya disana karena rak buku di rumahnya sudah penuh dan ia tidak bisa menambah rak buku lagi– kecuali ia ingin rumahnya penuh dengan rak buku.

Ada sederet komik One Piece di depan Lisa sekarang, semuanya di urut berdasarkan nomor serinya dan Lisa mengambil lima buku di depannya. "Kau akan terus menghindariku?" tanya Jiyong, yang wajahnya muncul di sela lima komik yang baru saja Lisa ambil.

"Ish!" keluh Lisa, yang mengembalikan komik-komik itu ke tempatnya dan menghapus wajah Jiyong dari pandangannya.

Jiyong menahan kekehnya, melihat Lisa kesal karena kehadirannya saja sudah sangat menyenangkan. Di tambah reaksi-reaksi Lisa saat ia tidak ada, melihat Lisa uring-uringan karenanya, membuat kekosongan Jiyong mulai terisi. Jiyong ingin terus melihat Lisa, ia ingin menangkap semua ekspresi wajah Lisa, ingin menyimpannya dalam ingatan. Perasaan seperti ini yang selalu ingin Jiyong rasakan. Perasaan seperti ini yang selalu Jiyong bayangkan sebelum menikah. Jiyong ingin mencintai seorang wanita seperti ini, kemudian menikahnya, bukan sebaliknya.

Selama satu minggu terakhir ini, Lisa menghindari Jiyong. Gadis itu hanya mengeluh dan mengusir Jiyong setiap kali mereka bertemu. Jiyong tidak pernah tersinggung walaupun Lisa menyuruhnya pergi. Ia pun tidak marah karenanya. Akan tetapi, beberapa orang jadi penasaran, kenapa Lisa terus menghindari Jiyong dan kenapa Jiyong tidak marah karenanya.

Seperti siang ini, ketika Jiyong kebetulan tiba di tempat parkir agensi bersamaan dengan Lisa dan Seunghyun. Lisa menghindari Jiyong seperti biasanya, tapi Jiyong justru mendekatinya begitu mereka sampai di depan lift. Jiyong merangkul Lisa dan Lisa kesal karenanya.

"Ish! Pergi sana, sialan!" keluh Lisa yang justru mendorong Jiyong menjauh kemudian pergi dari lorong di depan lift itu dan kembali masuk ke tempat parkir. Lisa tidak bisa melupakan ciuman Jiyong, suasana bahkan aroma tubuh pria itu kalau Jiyong terus saja muncul di hadapannya.

"Ada apa dengannya?" tanya Seunghyun, yang sedikit kaget karena Lisa berani mengumpat pada Jiyong dan karena Jiyong sama sekali tidak terlihat marah.

"Dia marah padaku," jawab Jiyong.

"Kenapa?"

"Aku sedikit menjahilinya,"

"Dan dia marah sampai mengumpat padamu begitu? Dia pasti sudah gila," komentar Seunghyun sedang Jiyong hanya terkekeh karenanya. "Kau tidak marah?"

"Kenapa aku harus marah?"

"Kau biasanya marah pada junior gila sepertinya,"

"Eiy... Ini bukan soal pekerjaan, aku tidak berhak marah," jelas Jiyong, yang tentu saja tidak memberi tahu Seunghyun alasan sebenarnya Lisa marah padanya.

***

WetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang